Jatuh bangun eks Bos Merpati bikin perusahaan penerbangan
Merdeka.com - "Sebetulnya saya membuat ini sudah tiga tahun yang lalu dan baru bisa terlaksana hari ini," ujar Sardjono Djony Tjitrokusumo membuka perbincangan dengan merdeka.com sehari sebelum soft launching Leste Aviation di Dili, Timor Leste.
"Semoga ini menjadi berkah buat semua, alhamdulilah" katanya dengan suara parau.
Nama Sardjono Djony Tjitrokusumo memang bukan orang baru dalam dunia penerbangan Indonesia. Lelaki berkulit hitam dan suka bercanda ini sudah malang melintang menjadi pilot di berbagai maskapai. Terakhir, Djony begitu Sardjono Djony Tjitrokusumo disapa, menjabat sebagai Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines.
-
Bagaimana Jakarta menarik investor? Pemprov DKI Jakarta mengundang para investor untuk datang menjajaki berbagai proyek potensial yang dikelola oleh badan usaha milik daerah (BUMD) serta badan layanan umum daerah (BLUD).
-
Kenapa Timothy lebih suka berinvestasi pada bisnis eksotis? Timothy bercerita kalau dia lebih suka menghabiskan sebagian uangnya pada investasi eklektik, mulai dari bisnis buah eksotis di Afrika hingga mendanai penjualan tambang lithium.
-
Mengapa Jakarta butuh investasi? Oleh karena itu, dibutuhkan investasi dari dalam dan luar negeri untuk membiayai pembangunan DKI Jakarta.
-
Bagaimana seseorang menunjukkan inisiatif? Orang yang memiliki aspek inisiatif umumnya dapat memutuskan dan melakukan sesuatu tanpa harus diberi tahu.
-
Bagaimana PLN menarik investor di proyek kelistrikan? Dua prinsip tersebut diterapkan PLN untuk menarik minat para investor agar akses listrik untuk seluruh masyarakat bisa dieksekusi dengan cepat,“ katanya.
-
Kenapa kos Tya Ariestya menjanjikan investasi? Rumah kos-kosan Tya Aristya berada di Kuningan, Jakarta Selatan, punya nilai investasi tinggi.
Karirnya memang bermula dari Merpati. 13 Tahun dia mengabdi sebagai pilot di perusahaan milik Badan Usaha Milik Negara itu. Selepas dari Merpati, Djony melangkahkan kakinya untuk membawa pesawat Singapur Airlines kemudian pindah ke Etihad. Namun tuhan memang berkata lain, Djony dipercaya untuk mengomandani perusahaan yang sudah 13 tahun membesarkannya, Merpati Nusantara Airlines.
"Merpati yang membesarkan saya," ujarnya sambil meyakinkan jika dia bukan salah satu orang lupa dengan kulitnya. "Bagaimana pun Merpati yang membesarkan saya,"
Kini Djony memang tak lagi di Merpati, namun jiwanya seolah tak pernah mau lepas meninggalkan dunia penerbangan. Tiga tahun lalu tepatnya 2013, Djony mulai menjajaki bisnis untuk membuat sebuah konsep demi memajukan industri penerbangan Timor Leste. Dia pontang panting untuk mencari investor yang mau membiayai idenya itu.
Satu dua investor dia tawari untuk memulai bisnis ini, namun tak satu pun berminat dengan konsepnya menerbangkan pesawat dari Dili, Timor Leste menuju Denpasar. Hingga akhirnya ada satu investor tertarik bergabung dengan ide Djony, namun lagi-lagi gagal. Puncaknya tahun ini, cuma butuh waktu lima hari, seorang investor asal negeri Tirai Bambu kepincut ide Djony untuk mengembangkan industri penerbangan Timor Leste.
"Ada usaha pasti ada jalan. Berpikir positif," katanya. Padahal sebelumnya kembali memantapkan hati untuk menjalani bisnis ini, Djony diminta menjabat sebagai direktur utama sebuah Bank di Jawa Barat. "Hanya empat hari saya mengundurkan diri," ujarnya.
Dewi fortuna memang berpihak kepada Djony, konsistensinya untuk terus terbang membuat dia yakin ide perusahaan penerbangan bakal berjalan. Kini mimpinya seolah terbeli, ketika pesawat Foker 100 berlogo bendera Timor Leste itu mengudara dari Bandara Pondok Cabe, Tangerang Selatan, dia menteskan air mata.
Apalagi ketika roda pesawat itu menggelinding mulus di Bandara Internasional Presidente Nicolau Lobato Dili, air matanya menetes. Dia bangga bisa memberikan sumbangsih bagi warga Timor Leste. "Ini adalah kado untuk warga Timor Leste," ujarnya sambil menyeka air mata yang sebentar lagi akan jatuh.
Kini langkah Djony untuk menerbangkan pesawat perusahaannya lewat Leste Aviation Lda, sebuah perusahaan logistik, travel agent dan jasa konsultan tinggal selangkah lagi. Dalam waktu dekat, jika izin dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan Indonesia, burung besi jenis Foker 100 akan mengudara dari Denpasar menuju Dili.
"Kami mengutamakan pelayanan dan keselamatan penumpang," ujarnya sambil tersenyum manis.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Langkahnya saat itu cukup ceroboh. Satu unit mobilnya dijual untuk membangun kedai kopi.
Baca SelengkapnyaMandala Airlines kini berganti nama menjadi Tigerair Mandala.
Baca SelengkapnyaKesulitan keuangan yang menerpa MYAirline terjadi setelah CEO maskapai tersebut Rayner Teo mengajukan pengunduran dirinya minggu lalu.
Baca SelengkapnyaHolmes mendadak bangkrut setelah alat-alat kesehatan buatannya diragukan.
Baca SelengkapnyaBerbeda dengan keluarganya yang terjun ke dunia politik, pria ini memilih jadi pengusaha.
Baca SelengkapnyaJika melihat latar belakang keluarga, Untung bukan berasal keluarga pengusaha. Ayahnya seorang sopir taksi, dan ibu guru honorer.
Baca SelengkapnyaAnton kecil kerap mendapatkan perlakuan buruk di sekolah.
Baca SelengkapnyaMelansir dari laman Forbes.com, sosok ini memiliki kekayaan bersih senilai USD1,7 miliar di tahun 2015 lalu.
Baca SelengkapnyaDia memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai supervisor di sebuah perusahaan BUMN dan memilih untuk merintis usaha keripik kentang.
Baca SelengkapnyaKisah pria dulu bos rental mobil namun bangkrut dan jatuh miskin. Kini tumbuh menjadi seorang pengusaha kuliner berjualan nasi telur yang sukses.
Baca SelengkapnyaKekayaan Haji Isam seperti tak berseri. Label sebagai orang paling kaya di Kalimantan dibuktikan dengan langkah Haji Isam membeli pesawat Boeing.
Baca Selengkapnya