Jual Jagung dari Gowa ke Makassar, Harap Raup Untung Berlipat di Malam Tahun Baru
Merdeka.com - Selain bakar-bakar ikan, juga ada acara bakar-bakar jagung yang sudah lama jadi tradisi bagi warga Makassar dalam merayakan malam pergantian tahun.
Bersama keluarga, kolega dan teman-teman sembari bakar-bakar jagung adalah cara lebih murah berkumpul rayakan malam tahun bar, tanpa resiko menembus kemacetan arus lalu lintas menuju titik lokasi yang menjadi pusat menumpuknya warga habiskan waktu menuju tahun 2019, seperti di anjungan Pantai Losari.
Karena tradisi ini, yang menuai untung adalah warga penjual jagung. Dan di pusat Kota Makassar, sejak Minggu kemarin, penjual jagung sudah banyak bertebaran. Puncaknya sore tadi, para penjual dadakan masuk kota mencari posisi strategis untuk menarik perhatian calon pembeli. Dan rata-rata penjual itu datang dari kabupaten tetangga, Kabupaten Gowa.
-
Kenapa jagung bakar cocok untuk pergantian tahun? Anda bisa menyiapkan ayam, daging sapi slice, atau jagung untuk dibakar sambil menunggu pergantian tahun. Kalau mau praktis, cukup masak jagung bakar saja.
-
Kenapa ikan bakar sangat populer di Indonesia? Sebagai daerah maritim, Indonesia memiliki kekayaan alam melimpah terutama ikan. Tak mengherankan bila banyak masakan olahan ikan yang cukup beragam di beberapa daerah. Salah satunya adalah ikan bakar.
-
Kapan tradisi bakar gunung api dilakukan? Pelaksanaan tradisi bakar gunung api ini berlangsung pada malam takbiran.
-
Apa saja makanan khas Makassar yang direkomendasikan? Nah, jika kamu berkesempatan untuk berkunjung ke kota ini, jangan lupa untuk mencoba tiga makanan khas Makassar seperti berikut ini. Apa saja, ya?1. Coto MakassarCoto Makassar adalah makanan yang paling ikonik dari kota ini. Hidangan ini terbuat dari daging sapi atau jeroan yang dimasak dengan kaldu berbumbu rempah-rempah seperti lengkuas, ketumbar, bawang putih, serai, dan banyak lainnya. Setiap suap dari coto ini memberikan rasa gurih dan aroma rempah yang begitu khas. Biasanya disajikan dengan ketupat dan sambal tauco, Coto Makassar nggak hanya menghangatkan perut, tapi juga memberikan pengalaman kuliner yang nggak terlupakan. 2. PallubasaPallubasa sekilas mirip dengan Coto Makassar, namun memiliki perbedaan signifikan dalam penyajian dan rasa. Kuah Pallubasa lebih kental dan kaya dengan tambahan kelapa sangrai yang memberikan tekstur dan rasa gurih tersendiri. Rempah-rempah seperti kunyit, jahe, dan merica hitam memberikan sentuhan kuat pada hidangan ini. Biasanya Pallubasa disajikan dengan kuning telur mentah di atasnya yang kemudian akan mengental dengan panas kuah, menciptakan sensasi rasa yang kaya dan kompleks.3. KonroKonro merupakan salah satu hidangan yang paling terkenal dari Makassar. Hidangan ini terdiri dari iga sapi yang direbus dalam kuah yang kaya rempah seperti ketumbar, pala, kayu manis, dan jintan. Kuah konro biasanya berwarna gelap karena penggunaan kacang hitam dan rempah-rempah yang kuat. Selain dalam bentuk sup, ada juga versi Konro bakar yang disajikan dengan bumbu kacang dan sambal khas. Tekstur daging iganya yang empuk serta rasa rempah yang kuat membuat Konro selalu dicari oleh para pecinta kuliner.
-
Kapan ikan bakar disajikan? Jika sudah siap, sajikan ikan bakar bersama sambal dabu-dabu dan nasi hangat.
-
Apa itu tradisi bakar batu di Papua? Bakar batu adalah ritual memasak bersama dengan menggunakan batu-batu panas yang ditata di tanah sebagai pengganti kompor. Biasanya, warga memasak menu makanan lengkap yang terdiri dari umbi-umbian, sayuran, daging, dan ikan dengan metode ini. Makanan dibungkus dengan daun pisang atau daun kelapa, lalu diletakkan di antara batu-batu panas dan ditutup dengan tanah atau dedaunan untuk menjaga panasnya.
Seperti yang terlihat di sepanjang jalan AP Pettarani, tepatnya di depan Taman Pakui. Berjejer penjual dengan jagung yang dijajakan. Satu ikat ada 50 buah rata-rata dijual Rp 50 ribu. Para penjual jagung ini umumnya datang dari Kabupaten Gowa.
Nasrullah, (18) misalnya. Dia warga Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa. Bersama, Daeng Jarre, (65) ayahnya jauh-jauh dari Gowa, sengaja datang ke Makassar untuk mengulang keuntungan penjualan jagung seperti tahun lalu saat pergantian tahun 2017 ke 2018.
"Saya sama bapak sejak jam 10 malam Minggu kemarin ambil posisi di sini karena ada juga penjual-penjual lainnya. Tahun-tahun lalu untung banyak, jagungnya habis terjual jadi tidak ada yang dibawa pulang," tutur Nasrullah, alumnus salah satu SMK di daerah asalnya ini.
Bersama bapaknya, Nasrullah sebelumnya ke kebun-kebun jagung warga hunting langsung jagung yang diinginkan.
"Kita beli langsung jagungnya di kebun supaya bisa dipilih langsung jagungnya jangan sampai dapat jagung yang sudah tua. Per biji dibeli Rp 650. Tiba di Makassar kita jual Rp 1.000 per biji. Jadi untung Rp 350. Dalam satu ikat, ada 50 buah jagung jadi untung per ikat Rp 17.500," tutur Nasrullah saat ditemui Senin petang, (31/12).
Dia enggan menyebut berapa untungnya hasil jual jagung tahun lalu dan perkiraan untung tahun ini. Dia hanya katakan, pastinya dia bersama bapaknya datangkan jagung itu sampai berkarung-karung.
"Yah semoga jagungnya laris manis, biar tidak berat-berat lagi dibawa pulang ke Gowa," ucap Nasrullah penuh harap.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi warisan nenek moyang ini masih dipertahankan oleh masyarakat nelayan Jepara.
Baca SelengkapnyaNuansa Imlek sudah terasa di area Pasar Lama Kota Tangerang. Pernak pernik sampai kuliner khas peranakan tersaji lengkap di sini.
Baca SelengkapnyaTradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca SelengkapnyaBodho Kupat sendiri merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan masyarakat Lumajang ketika memasuki hari ketujuh Lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaSalah satu pilihan favorit untuk malam Tahun Baru adalah hidangan bakaran, mulai dari ayam, ikan, hingga sate. Serta jangan lupa camilan, dessert & minuman.
Baca SelengkapnyaSebuah ritual pembersihan laut oleh masyarakat pesisir ini hampir serupa dengan yang ada di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaSecara harfiah, Cap Go Meh artinya Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam.
Baca SelengkapnyaTradisi tahunan ini tak lepas dari peringatan kedatangan bangsa Tionghoa ke daerah tersebut serta sebagai bentuk rasa syukur.
Baca SelengkapnyaTak sekedar menyambut Tahun Baru Islam, tradisi Malam 1 Suro ini juga sebagai bentuk pelestarian budaya yang sudah mengakar di masyarakat.
Baca SelengkapnyaWalaupun pesisir Demak diterjang banjir rob sekalipun, tradisi itu tetap digelar
Baca SelengkapnyaSetiap wilayah di Indonesia punya caranya masing-masing dalam menyambut Hari Lebaran
Baca SelengkapnyaSebuah perayaan tradisi yang dilaksanakan rutin setiap tahun ini melibatkan seluruh petani untuk menyambut datangnya masa bercocok tanam.
Baca Selengkapnya