Kasus DBD kembali Marak di Sikka NTT, 33 Anak-Anak Dirawat
Merdeka.com - Kasus demam berdarah dengue (DBD) marak terjadi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tidak kurang dari 25 anak-anak di sana terkena DBD menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) TC dr TC Hillers Maumere.
"Hari ini ada 25 pasien anak terinfeksi DBD dari 33 anak yang dirawat di bangsal anak RSUD dr TC Hillers Maumere," kata Dokter Spesialis Anak RSUD TC Hillers, Mario Nara ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Kabupaten Mamggarai Barat, NTT, Sabtu (28/1). Dikutip dari Antara.
Mario menuturkan, pasien DBD yang dirawat ini berada pada rentang usia tujuh bulan hingga 16 tahun. Namun, paling banyak pasien DBD yang dirawat berusia tiga tahun ke atas.
-
Dimana penyakit demam berdarah banyak ditemukan? Penyakit ini banyak ditemukan di daerah beriklim tropis, termasuk Indonesia.
-
Apa yang menyebabkan banyaknya pasien DBD di RSUD Tamansari? Pasien mayoritas merupakan anak-anak. 'Total pasien sudah dirawat sejak 1 Januari 2024 sampai dengan hari ini ada 67 kasus. 70 persen kasus adalah anak-anak dan mayoritas usia SD dan SMP,' kata Ngabila dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (30/3).
-
Apa penyebab demam berdarah pada anak? Penyebab demam berdarah adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
-
Kenapa demam berdarah jadi masalah di Indonesia? Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia.
-
Siapa yang bisa terkena Demam Berdarah? Infeksi Kedua Bisa Lebih Fatal Meskipun seseorang mungkin hanya mengalami gejala ringan saat terinfeksi untuk kedua kalinya dengan serotipe yang sama, risiko menjadi lebih serius jika infeksi kedua disebabkan oleh serotipe yang berbeda.
-
Kenapa anak rentan demam berdarah? Imran mengungkapkan bahwa kematian pada usia anak-anak akibat DBD disebabkan oleh imunitas mereka yang belum sebaik kelompok usia produktif. Selain itu, anak-anak sering kali kesulitan mendeskripsikan gejala yang mereka rasakan, sehingga gejala perburukan sering terlambat terdeteksi dan anak baru mendapatkan penanganan ketika sudah dalam kondisi kritis.
Dia menjelaskan kasus DBD meningkat sejak dua minggu belakangan dengan jumlah pasien yang dirawat sebanyak lima pasien per hari. Dia mengatakan peningkatan kasus terjadi seiring dengan musim hujan yang telah berlangsung dari bulan November 2022.
"Seperti tahun-tahun sebelumnya kalau masuk musim hujan kasusnya meningkat. Puncaknya di Januari dan Februari," ujar Mario.
Bagi orang tua, Mario menyarankan agar anak-anak yang memiliki gejala demam berdarah untuk segera dibawa ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat sehingga cepat mendapatkan penanganan.
Gejala-gejala yang dimaksud antara lain demam selama 2-5 hari disertai nyeri kepala, nyeri badan, mual muntah, mimisan, gusi berdarah dan bintik-bintik merah di kulit.
"Segera bawa ke faskes terdekat untuk dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter dan pemeriksaan laboratorium guna mengetahui apakah ada gejala infeksi virus dengue yang menjadi penyebab penyakit demam berdarah," imbau Mario.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejumlah pasien demam berdarah dengue sampai saat ini masih menjalani rawat inap.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data RSUD Taman Sari tidak ada korban jika dalam kasus DBD tahun ini.
Baca SelengkapnyaRSUD Tamansari Rawat 67 Pasien DBD Sejak Januari 2024, Mayoritas Anak-Anak
Baca SelengkapnyaRumah sakit di Mojokerto kewalahan menampung pasien anak. Sejumlah anak sakit tak kebagian kamar.
Baca SelengkapnyaPenderita DBD di Depok melonjak drastis di Februari hingga 119 kasus
Baca SelengkapnyaJumlah kasus DBD di Kota Reog ini diduga lebih banyak dari data resmi Dinkes
Baca SelengkapnyaJumlah korban meninggal dunia itu berasal dari 62.001 kasus DBD yang teridentifikasi.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan mencatat, hingga minggu ke-15 tahun 2024, terdapat 475 orang meninggal karena DBD.
Baca SelengkapnyaKemenkes mengajak masyarakat mencegah DBD dengan membersihkan lingkungan.
Baca SelengkapnyaAni menambahkan untuk fasilitas kesehatan (faskes) di DKI Jakarta sangat mencukupi dan hingga saat ini semua dalam keadaan siaga 24 jam.
Baca SelengkapnyaDari data terakhir yang dihimpun hingga 26 Maret 2024, Jakarta Barat menjadi wilayah dengan penyebaran kasus DBD terbanyak yakni 716 kasus.
Baca SelengkapnyaHingga minggu ke-12 di tahun 2024, ditemukan sebanyak 43.271 kasus DBD dengan total jumlah kematian sebanyak 343 jiwa.
Baca Selengkapnya