Ketum PBMA Ingatkan Ulama Harus Jaga Lisan
Embay mengatakan, belajar agama tidak bisa sekadar emosional atau bahkan lucu-lucuan.
Ketua Umum Pengurus Besar Mathla'ul Anwar (PBMA) KH Embay Mulya Syarief mengatakan, ulama atau tokoh agama harus selalu menjaga lisan saat berdakwah. Harapannya, terhindar untuk menyakiti atau menyinggung orang lain.
Menurutnya, belajar agama tidak bisa sekadar emosional atau bahkan lucu-lucuan, namun minim substansi yang justru akan menjadi pedoman umat beragama tentang mana yang boleh dan yang tidak, begitu juga saat mengajarkannya kepada orang lain.
"Dalam ajaran Islam, baik dan buruknya perkataan pun diatur. Allah berfirman di dalam Alquran, di surat Al-Baqarah, wa kullu linnasi husna yang berarti katakan kepada manusia perkataan terbaik, baru setelah itu, wa ‘aqimussholata wa atuzzakat yang bermakna dirikan salat dan tunaikan zakat," kata Embay seperti dilansir dari Antara, Kamis (12/12).
Dia mengatakan dari firman Allah SWT itu secara jelas menyatakan bahwa perilaku yang baik mendapatkan prioritas yang bahkan melebihi kewajiban ibadah shalat dan zakat.
Dampak Buruk
Kegagalan dalam berkata dan berbuat yang baik terhadap sesama manusia, menurut dia, sebenarnya akan berdampak buruk, tidak hanya bagi para pelakunya, namun juga orang-orang di sekitarnya.
"Suka atau tidak, perbuatan tercela yang dilakukan seorang penceramah atau ulama, selain menjatuhkan kehormatan dari sosok sendiri, juga akan menurunkan legitimasi dari kebaikan yang dibawa olehnya," ujarnya.
Akibatnya, kata dia, banyak umat beragama yang salah dalam mengambil teladan karena figur yang dicontoh tidak menerapkan adab dan perilaku yang baik.
KH Embay berpesan agar umat Islam, khususnya para ulama bisa menjaga perkataan dan perbuatannya agar tidak menyakiti sesama manusia.
Sebab, menurut dia, ajaran agama selayaknya tidak hanya terwujud sebagai aspek ritualitas, tetapi juga mampu tergambar dalam tingkah laku terhadap sesama ciptaan Tuhan.
Ulama sepuh itu mengatakan jika seseorang tidak mampu menjaga budi pekertinya maka dia bisa menjadi hina di mata manusia lainnya. Begitu juga dengan seorang ulama kondang sekalipun.
"Agama harus dipahami secara lengkap, karena ia tidak hanya bicara masalah ritual saja, tapi juga aspek kemanusiaan. Semua kebaikan yang diperbuat oleh seseorang akan kembali untuk dirinya, begitu pun dengan keburukan," tutupnya.