Kisah Sri Sukses Berkebun Hidroponik dengan Omzet Rp4 Juta di Ibu Kota Nusantara
Merdeka.com - Ketekunan Sri Sudarwati bisa menginspirasi banyak orang. Eks honorer 16 tahun itu kini memilih usaha berkebun dengan cara beecocok tanam hidroponik di tempat tinggalnya, di Desa Suka Raja, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, di sekitar Ibu Kota Nusantara (IKN). Omzetnya tembus hingga Rp 4 juta. Berikut kisahnya.
Penetapan Sepaku sebagai IKN diikuti pembekalan pelatihan Kementerian Tenaga Kerja dan Otorita IKN, untuk lebih memberdayakan warga Nusantara. Pelatihan itu kini berbuah hasil.
"Berkat pelatihan saya sukses menanam pokcoy dan salada. Sekarang setiap panen saya bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp 3 juta-Rp 4 juta," kata Sri, seperti dikutip merdeka.com dari keterangan tertulis tim komunikasi Otorita IKN, Minggu (5/3).
-
Siapa yang merintis pekerjaan sebagai petani di Sukomakmur? Walaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
-
Siapa yang menginspirasi petani muda ini? Dyra mengatakan, mereka berjualan petai karena terinspirasi dari orang tua.
-
Bagaimana petani hidroponik di Indramayu ini bertani dari jarak jauh? Kombinasi NFT dan IoT tadi, di dalam green house ini bisa menciptakan suatu ekosistem hidroponik tersendiri. Dia tidak bergantung ke cuaca, musim sampai kondisi air, karena suhu sudah bisa diatur otomatis dengan adanya perangkat tadi melalui blower. Ini memungkinkan bisa dikontrol dari jarak jauh,' terangnya
-
Mengapa memilih menanam hidroponik di rumah? Cara menanam sayuran hidroponik di rumah menjadi pilihan favorit banyak orang karena mudah dan menghasilkan.
-
Kenapa petani hidroponik di Indramayu ini memilih bertani melon? Berangkat dari Keinginan Bertani Secara Praktis Jika biasanya, agar buah yang dihasilkan bagus dan manis, harus dipantau secara berkala, penyiraman rutin dan pengelolaan sinar matahari yang cukup.
-
Dimana petani hidroponik di Indramayu ini menanam melon? Rohmat kini membangun green house di rumahnya untuk membudidayakan tanaman buah bercita rasa manis itu.
Wanita berusia 47 tahun ini merupakan warga asli Sepaku, Penajam Paser Utara. Sebelumnya dia adalah pegawai honorer di Kabupaten Kutai Kartanegara selama 16 tahun.
"Saya lahir di sini jadi bisa dibilang orang asli, orang tua saya transmigran dari Jawa," ujar Sri.
Setelah tak lagi menjadi pegawai honorer, Sri tertarik untuk pulang kampung ke desanya, di Desa Suka Raja, untuk membuka usaha pada tahun lalu. "Karena rumah saya berada di wilayah IKN, selain ingin merawat orang tua, saya melihat ada peluang usaha," terang Sri.
Namun demikian saat itu dia masih kebingungan untuk memulai jenis usaha yang hendak dia jalani. Sambil berpikir, dia lalu coba menanam sayuran secara hidroponik.
"Awalnya hobi saja, Alhamdulillah Juli tahun lalu ada pelatihan, lalu saya ikut," ungkap Sri.
Bersama 32 warga lainnya, Sri mengikuti pelatihan berkebun hidroponik tahap pertama pada Juli 2022. Pelatihan ini digelar untuk meningkatkan kompetensi masyarakat (upskilling). Tujuannya masyarakat lokal bisa berpartisipasi dalam pembangunan Nusantara dan merasakan langsung manfaatnya secara ekonomi. Selain keterampilan hidroponik juga ada pelatihan lain seperti menjadi barista, menjahit juga membuat kue dan roti.
Banyak warga yang tertarik ikut pelatihan hidroponik, karena selain relatif mudah, juga tidak perlu modal atau area yang luas.
"Awalnya coba dengan satu meja dulu, eh ternyata bisa mendapatkan Rp 1 juta," ujar Sri.
"Wah lumayan juga, sejak itu saya semakin serius untuk mengembangkan dan mengajak teman-teman lain, yang warga sekitar sebanyak 12 orang," jelas Sri.
Kemudian para petani yang tergabung dalam Kelompok Hidroponik Nusantara memasarkan sendiri hasil kebunnya ke pasar Sepaku. Awalnya para pedagang menolak karena harganya cukup tinggi dibandingkan sayuran yang non-hidroponik. Para petani menjualnya seharga Rp 8 ribu per pak, isinya sayuran dari 3-4 lubang tanam. Namun lambat laun, hasil kebunnya diterima dan laris. Bahkan kesulitan memenuhi permintaan pasar.
Menurut Sri, seiring dengan pesatnya pembangunan Nusantara, semakin banyak pekerja yang datang membuat kebutuhan sayuran meningkat. Inilah yang membuat sayurannya selalu habis.
"Padahal potensi pasar masih besar, ada kebutuhan salada di kota Balikpapan yang belum bisa dipenuhi, ada permintaan 100-200 pak setiap hari," tambahnya.
"Alhamdulillah, baru dapat tambahan modal dari perusahaan BUMN, jadi saya bisa menambah greenhouse bersama teman-teman kelompok," jelas Sri.
Merespons hal ini, Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara Bambang Susantono sangat senang dengan suksesnya pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi (upskilling), terutama bagi warga yang kini berkebun hidroponik.
"Sesuai harapan dan tujuan kami bahwa kehadiran Ibu Kota Nusantara untuk memberdayakan masyarakat serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Nantinya masyarakat sekitar yang menjadi aktor utama yang menggerakkan ekonomi sehingga tujuan kami sebagai segitiga superhub ekonomi yakni Nusantara, Balikpapan dan Samarinda akan tercapai," kata Bambang.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di usianya yang baru 23 tahun, Regi sukses menjadi petani hidroponik.
Baca SelengkapnyaSalah satu transmigran muda berikut ini berhasil menjawab tantangan.
Baca SelengkapnyaBanyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat masyarakat untuk menjadi petani.
Baca SelengkapnyaHanya lulusan SMP, Sri mampu berjaya dengan usaha ekspor buah-buahan lokal.
Baca SelengkapnyaRahmat awalnya mencoba peruntungan di bidang pertanian, bahkan dengan modal awal yang minim yakni Rp2 juta.
Baca SelengkapnyaVita mencoba berjualan kaktus. Dia mengawalinya dengan 30 tanaman.
Baca SelengkapnyaKetekunan dan kerja kerasnya membuktikan bahwa dengan tekad yang kuat, impian sebesar apapun dapat tercapai, tanpa memandang dari mana seseorang berasal.
Baca SelengkapnyaTerkadang, hobi bisa dijadikan sebagai sumber untuk mendatangkan keuntungan.
Baca SelengkapnyaHendi prihatin banyak para petani tembakau di desanya terlilit utang. Ia pun mengajak mereka untuk mengembangkan pertanian melon
Baca SelengkapnyaPembeli gazebo buatan Suherman dan para pekerjanya tidak hanya diminati di pasar Indonesia, tetapi juga menarik minat pembeli luar negeri.
Baca SelengkapnyaSeorang wanita asal Magelang berhasil membangun rumah mewah hasil berjualan kaktus dan bertani cabai.
Baca SelengkapnyaBisnis tanam pepaya Califoria merupakan sebuah ketidaksengajaan.
Baca Selengkapnya