Kisah tiga generasi kuliner legendaris Soto Sangka Banyumas
Merdeka.com - Ini salah satu kisah kuliner legendaris di Kabupaten Banyumas, Soto Sangka yang berusia 92 tahun. Tentang tiga generasi keluarga Mbah Sangka yang mempertahankan bumbu dapur dan cara memasak secara tradisional.
Bermula pada tahun 1925, Mbah Sangka berpeluh keringat menjajakan soto berkeliling jalan kaki di area kota lama Banyumas. Dia tak pernah tahu, soto racikan tangannya bakal jadi warisan berharga keluarganya.
Di masa silam, masakan berkuah itu konon jadi langganan para pembesar pemerintah kolonial Hindia Belanda di Banyumas. Sedang kini, para pembeli Soto Sangka tersebar mulai dari Kabupaten Wonosobo sampai Cilacap. Kebanyakan pelanggan mereka adalah warga keturunan Tionghoa yang jadi pelanggan turun temurun.
-
Apa yang membedakan Soto Banyumasan? Hal yang membedakan ialah penggunaan sambal kacang dan ketupat dalam soto ala Banyumasan ini.
-
Bango Warisan Kuliner diperkenalkan melalui cara apa? Para pelaku industri kuliner Indonesia berusaha mempromosikan tradisi pangan Nusantara dengan berbagai cara. Misalnya mengadakan festival kuliner, memberikan edukasi kuliner, atau membuat program yang memperkenalkan masakan Indonesia seperti Bango Warisan Kuliner.
-
Apa saja resep makanan tradisional Indonesia yang terkenal? Tidak hanya budaya dan keindahan alamnya saja, Indonesia juga dikenal memiliki berbagai makanan tradisional yang begitu lezat. Apalagi Indonesia juga mempunyai berbagai macam rempah-rempah yang membuat setiap masakan menawaran cita rasa khas yang memukau lidah. Karenanya, tidak sedikit dari turis mancanegara yang tertarik menikmati sajian makanan tradisional Indonesia.
-
Bagaimana Ibu Bunga melestarikan kuliner Indonesia? Ia ingin agar warisan kuliner dari tanah kelahirannya tetap lestari meski berada di negera orang.'Saya juga ajarin anak saya untuk membuat kuliner ini dan juga cara membuatnya,' kata Ibu Bunga dikutip dari kanal YouTube Rudy Chen.
-
Bango Warisan Kuliner membantu apa? Para pelaku industri kuliner Indonesia berusaha mempromosikan tradisi pangan Nusantara dengan berbagai cara. Misalnya mengadakan festival kuliner, memberikan edukasi kuliner, atau membuat program yang memperkenalkan masakan Indonesia seperti Bango Warisan Kuliner.
-
Dimana Soto Padang berasal? Mengutip indonesiakaya.com, awal mula lahirnya kuliner soto ini diperkirakan berasal dari pengaruh budaya Tionghoa melalui sajian sup daging bernama caudo.
Kekhasan bahan rempah-rempah, ayam kampung babon untuk kaldu, taburan kecambah, bawang goreng, taburan daun bawang telah jadi kekhasan tersendiri Soto Sangka. Metode memasak pun tradisional, kuah direbus dalam tungku dengan kayu bakar dari pelepah daun kepala. Sedang mangkuk yang dipakai berukuran mini, sehingga tak jarang membuat pelanggan untuk kenyangkan perut mesti melahap dua porsi soto.
kuliner legendaris Soto Sangka Banyumas ©2017 Merdeka.com
"Kami mempertahankan bumbu resep itu sejak dahulu. Juga pikulan yang dipakai Mbah Sangka saat jualan berkeliling dulu tetap kami pertahankan. Pikulan ini sudah layak masuk museum," gurau Ahmad Basuki (45) yang merupakan cucu Mbah Sangka saat ditemui merdeka.com, Jumat (22/12).
Mbah Sangka sendiri meninggal tahun 1965 ketika gejolak politik nasional di Indonesia mulai berkecamuk seiring pergantian dari Orde Lama ke Orde Baru. Penggantinya adalah anak semata wayangnya, Sumardi, yang lantas meneruskan jerih payah Mbah Sangka selama 49 tahun. Dikaruani 8 anak, Ahmad Basuki putra ke-6 pasangan Sumardi dan Boinah memegang pengelolaan Soto Sangka. Di antara penggantian generasi ada beberapa drama yang nyaris membenamkan Soto Sangka dalam kebangkrutan.
Basuki bercerita, pernah suatu kali saudaranya menggantikannya tetapi warung justru sepi pembeli dan terlilit utang. Pernah suatu kali pula dibuka cabang Soto Sangka di area Pasar Banyumas tetapi sulit berkembang. Ada pula cerita, penjualan cara keliling dicoba kembali tapi malah merugi. Tak jarang pula, ada beberapa pelanggan yang menawarkan agar membuka cabang di luar Banyumas dan siap memodali.
"Pernah ditawar Rp 9 juta agar saya mau membuka cabang. Pelanggan itu juga siap modali dan kasih tempat. Saya menolak. Saya menjaga warisan keluarga di sini," ujarnya.
Basuki menaruh percaya rezeki Soto Sangka berada di rumah kakeknya di wilayah Karang Sawah Kedunguter Banyumas. Beberapa pelanggan ia katakan juga lebih nyaman menyantap soto di rumah kayu yang berukuran 3x4 meter itu. Bahkan para pelanggan setia seakan ikut memiliki warung tersebut, mereka meminta agar tak direnovasi, jelaga-jelaga asap di atap minta dibiarkan agar tetap terasa kunonya.
Sehari-hari, Basuki dibantu oleh ibunya, Boinah (75) yang meracik takaran bumbu dan istrinya, Eni Roinah (35) yang meracik soto. Boinah mengatakan meracik bumbu memang sudah jadi kebiasaanya sejak menikah dengan Sumardi. Ia mengatakan sedikit demi sedikit telah mengajari rahasia resep Soto Sangka pada Basuki.
"Saya yang meracik bumbu. Biar Basuki yang di warung melayani pelanggan. Kalau meracik saya kan bisa sembari momong cucu dan cicit," ujarnya.
Dia bersyukur sampai kini, Soto Sangka tetap digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Setidaknya baginya, meilhat Soto Sangka ramai dikunjungi banyak orang, dia menganggap tak perlu khawatir dengan cucu dan cicitnya untuk menatap masa depan.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain Soto Sokaraja di Banyumas ada kuliner soto lainnya yang tak kalah legendaris, yaitu Soto Sangka.
Baca SelengkapnyaWarung soto itu merupakan usaha keluarga yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Baca SelengkapnyaResep kuliner ini sudah diwariskan secara turun-temurun sejak tahun 1950
Baca SelengkapnyaWarung soto ini telah berdiri sejak tahun 1958, dengan mempertahankan cita rasa.
Baca SelengkapnyaWalaupun sudah berusia 85 tahun, Mbah Kromo tetap sehat dan semangat menjual sate kelinci
Baca SelengkapnyaDaerah yang dikenal dengan beragam varian soto terkenal, seperti soto Betawi, Cirebon, Lamongan, dan soto Madura.
Baca SelengkapnyaOmzet hariannya berkisar antara Rp2 juta hingga Rp3 juta rupiah.
Baca SelengkapnyaRumah makan ini menghadirkan menu bakso dan nasi tim jadul sejak 1960-an.
Baca SelengkapnyaSoto ini sudah diwariskan secara turun-temurun sejak zaman mbah buyut dari generasi saat ini
Baca SelengkapnyaMbah Jami sudah berjualan lotek di tempat itu sejak tahun 1965. Walau begitu, masyarakat Wonosobo lebih mengenalnya dengan nama Lotek Brukmenceng.
Baca SelengkapnyaMinuman ini merupakan salah satu minuman favorit pengamat kuliner ternama, Bondan Winarno.
Baca SelengkapnyaWarga lokal hingga mancanegara sering memburu kerupuk ini. Diproduksi sejak 94 tahun lalu, kelezatannya dipuji banyak orang.
Baca Selengkapnya