Pembina Pramuka Empat Sekolah di Denpasar Diduga Lecehkan Delapan Siswa SD dan SMP
Delapan siswa SD dan SMP di Kota Denpasar diduga menjadi korban pelecehan seksual seorang pria yang merupakan pembina pramuka mereka.
Delapan siswa SD dan SMP di Kota Denpasar diduga menjadi korban pelecehan seksual seorang pria yang merupakan pembina pramuka mereka.
Pembina Pramuka Empat Sekolah di Denpasar Diduga Lecehkan Delapan Siswa SD dan SMP
Pelaku diduga melakukan pelecehan seksual dengan cara meminta korban atau para siswa mengirimkan foto kelamin lewat aplikasi chat.
"Diminta kirim foto alat kelamin anaknya, dan diduga banyak cuma yang diperiksa jumlahnya baru delapan (siswa). Ya ada (SD) juga SMP dan polisi sedang memperkuat bukti-bukti."
Luh Putu Anggreni, Kanselor Hukum UPTD PPA, Kota Denpasar, Kamis (31/8).
Kasus dugaan pelecehan itu sudah dilaporkan ke Polda Bali pada Maret 2023, "Bulan Maret (dilaporkan). Makanya anak-anak dan masyarakat resah melihat pelaku masih bebas berkeliaran," imbuhnya.
Putu Anggreni juga menyatakan bahwa pelaku menjadi pembina pramuka di empat sekolah di daerah Kota Denpasar, Bali.
"Di tiga sekolah SD dan satu SMP (jadi pembina pramuka). Pelaku satu orang, sepertinya guru pramuka hanya kedok saja," ungkapnya.
Kemudian, untuk modus pelecehan seksual pelaku yaitu dengan cara grooming atau membangun hubungan emosional atau keakraban untuk mendapatkan kepercayaan dan keinginannya.
"(Pelaku) seorang laki-laki yang berkedok sebagi guru pramuka. Padahal, ketika ditanya sama kawan-kawan pengurus Pramuka Denpasar, katanya tidak ada yang namanya si (pelaku). Padahal orang ini sudah melakukan pembinaan sebagai guru pramuka di empat sekolah SD dan SMP dan meng-grooming anak-anak ini dengan permintaan yang melecehkan secara seksual yang sebenarnya cukup banyak anak-anak yang didekati," ungkapnya.
Putu Anggreni menduga pelaku telah lama melakukan pelecehan seksual kepada para siswa. Namun perbuatannya baru terbongkar setelah orang tua kebetulan membaca chat di handphone korban.
"Sepertinya sudah lama, kebetulan saja setelah satu orang tua heran saat membaca chat-chat anaknya yang aneh. Akhirnya diusut dan melapor kepada guru sekolah, ternyata setelah diusut-usut oleh pihak sekolah ternyata banyak anak yang menerima chat yang sama dengan rayuan hadiah atau traktiran," ujarnya.
Ia menyatakan bahwa proses hukum itu masih berjalan. Kendati dinilai agak lambat tapi pihaknya lebih menekankan pada pendampingan psikis korban, walaupun masyarakat dan pihak orang tua sudah resah ingin pelaku cepat ditangkap.
"Kami agak khawatir dengan aksi-aksi pedofilia lokal yg memanfaatkan kerentanan anak-anak SD dan SMP ini. Semoga pihak sekolah bisa lebih waspada dengan adanya pemberitaan ini, bisa lebih melakukan seleksi lagi karena ternyata orang ini tidak dikenal identitasnya secara gamblang," ujarnya.
Kasubdit IV PPA Ditreskrimum Polda Bali AKBP Ni Luh Kompyang Srinadi membenarkan bahwa kasus dugaan pelecehan seksual itu sudah dilaporkan empat bulan lalu dan masih dalam proses penyelidikan. "Sudah sekitar empat bulan lalu dilaporkan. Sudah dilaporkan ke kami. Kami masih dalam proses penyelidikan, karena kita tidak bisa berbicara apa yang disampaikan, apakah sesuai faktanya, kita kan mencari alat bukti," ujarnya.
Penyelidikan terkendala kurangnya alat bukti yang kuat setelah dilakukan pemeriksaan saksi-saksi. "Masih ada kendala di kami, karena hasil pemeriksaan saksi-saksi juga belum kesesuaian petunjuk satu dengan lainnya. Untuk bukti mengirimkan foto itu, anak-anak ini belum mengirimkan foto salah satu bukti. Karena baru disuruh mengirim tapi belum mengirimkan foto. Jadi kita cari di mana mengambil alat buktinya," jelasnya.
"Kalau misalnya ada salah satu anak itu sudah mengirimkan (foto) kan bisa kita ambil langsung. Kita jadikan bukti digital, itu yang belum ada. Makanya masih pendalaman semua terkait keterangan saksi korban dan saksi-saksi yang lain," lanjutnya.
Ia juga menerangkan, sebenarnya yang melaporkan adalah pihak sekolah yang dapat informasi dari wali atau orang tua para siswa dan Putu Anggreni yang menjembatani ke Polda Bali.
Sementara, untuk korban yang diduga jadi korban pelecehan seksual rata-rata anak SD dan terjadi di wilayah Kota Denpasar.
"(Yang diduga menjadi korban pelecehan seksual) rata-rata SD. Kita masih dalami, kalau ada nanti dari bukti-bukti itu bisa kita ambil segera. Soalnya kesulitan kami di alat bukti, masih mengumpulkan alat bukti yang cukup. Sementara ini, wilayah di Denpasar dengan korban yang disampaikan ada yang disuruh mengirim foto, ada yang mengalami pelecehan," ujarnya.