Banyak Wanita Takut Menjalani Pemeriksaan Kanker Serviks
Masih tingginya angka kanker serviks bisa dipicu oleh masih banyaknya orang yang takut memeriksakan diri.
Pemeriksaan kanker serviks adalah langkah penting dalam mendeteksi dini dan mencegah perkembangan penyakit yang mematikan ini. Namun, ketakutan dan rasa malu sering kali menjadi penghalang bagi banyak wanita untuk menjalani pemeriksaan ini.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi sub-spesialis onkologi dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dr. Kartiwa Hadi Nuryanto, Sp.OG(K)Onk, mengungkapkan bahwa faktor-faktor ini menjadi kendala signifikan dalam upaya deteksi dini kanker serviks.
-
Apa itu kanker serviks? Ini merupakan penyakit organ reproduksi yang umumnya muncul pada leher rahim perempuan. Masalah kesehatan ini nyatanya bisa saja dialami oleh para perempuan dari berbagai usia. Namun, risiko tertingginya ada pada para perempuan yang aktif secara seksual.
-
Kenapa kanker serviks bisa berbahaya? Kanker serviks memang bukan sebuah penyakit yang bisa disepelekan. Untuk itu, apabila kamu merasakan tanda-tanda masalah kesehatan tersebut, ingatlah untuk selalu berkonsultasi dengan dokter agar bisa menentukan diagnosa yang tepat.
-
Siapa yang lebih berisiko terkena kanker serviks? Perempuan yang merokok memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker serviks dibandingkan dengan yang tidak merokok.
-
Apa penyebab utama kanker serviks? HPV adalah penyebab utama kanker serviks, terutama jenis HPV onkogenik seperti tipe 16 dan 18.
-
Kapan sebaiknya periksa kanker serviks? Sementara itu, dengan rutin memeriksakan diri, artinya kamu bisa terbantu dalam mendeteksi perubahan pada tingkat seluler di serviks sejak dini sebelum menjadi kanker.
-
Kenapa deteksi dini kanker serviks penting? Deteksi kanker serviks harus terus digalakkan, dan Yayasan Kanker Indonesia sangat senang dapat memberikan pelatihan deteksi dini kanker serviks kepada 35 praktisi kesehatan, melalui metode pemeriksaan IVA, sebuah langkah strategis dalam merealisasikan pengurangan kejadian kanker serviks,' ujarnya.
"Rasa takut kalau hasilnya akan jelek, rasa malu, ini tampaknya memang menjadi kendala tersendiri untuk bisa deteksi dini kanker serviks" kata dr. Kartiwa dalam sebuah diskusi mengenai kanker serviks beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Prosedur pemeriksaan untuk mendeteksi kanker serviks, yang melibatkan pemeriksaan genitalia oleh bidan atau dokter, memang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi sebagian besar perempuan. Ketidaknyamanan ini sering kali diperparah oleh ketakutan akan hasil pemeriksaan yang buruk dan rasa malu yang menyertainya.
Dr. Kartiwa menekankan pentingnya pendidikan bagi bidan agar dapat membuat pasien merasa lebih nyaman selama menjalani pemeriksaan.
"Pemerintah sudah menyediakan fasilitas kesehatan, baik pelayanan primer maupun swasta, untuk menegakkan kemungkinan adanya keganasan," ujarnya.
Dengan ketersediaan fasilitas kesehatan seperti puskesmas yang sudah mampu melakukan pemeriksaan deteksi dini, serta cakupan oleh BPJS, seharusnya tidak ada alasan bagi perempuan untuk tidak menjalani pemeriksaan Pap Smear dan inspeksi visual asam asetat (IVA). "Ini dicakup oleh BPJS, jadi harusnya tidak ada alasan lagi untuk tidak Pap Smear dan IVA," tegas dr. Kartiwa.
Dr. Kartiwa menyarankan agar perempuan yang sudah menikah menjalani pemeriksaan Pap Smear atau IVA setiap dua tahun sekali. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan minimal tiga hari setelah bersih dari darah haid dan keputihan. Selain itu, perempuan yang hendak menjalani prosedur ini dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual tiga hari sebelum pemeriksaan guna menghindari gangguan dalam deteksi kanker serviks.
Pemerintah juga telah menjalankan program pemberian vaksin human papillomavirus (HPV) sebagai upaya menekan risiko infeksi virus penyebab utama kanker serviks. Vaksin HPV ini sangat efektif dalam mencegah infeksi yang dapat menyebabkan kanker serviks, sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian penyakit ini di masa mendatang.
Meski fasilitas dan program sudah tersedia, edukasi dan penyadaran masyarakat masih menjadi tantangan besar. Banyak perempuan masih merasa takut dan malu untuk menjalani pemeriksaan yang sebenarnya sangat penting ini. Padahal, deteksi dini adalah kunci untuk mencegah perkembangan kanker serviks ke tahap yang lebih parah dan sulit diobati.
"Diperlukan upaya yang lebih intensif untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya deteksi dini dan vaksinasi HPV," ujar dr. Kartiwa. Selain itu, peran keluarga dan lingkungan sekitar juga sangat penting dalam mendukung perempuan untuk tidak ragu menjalani pemeriksaan kesehatan reproduksi.
Ketakutan dan rasa malu yang dirasakan oleh banyak wanita harus diatasi dengan informasi yang tepat dan dukungan moral. Melalui pendidikan dan pendekatan yang empatik dari tenaga kesehatan, serta dukungan dari keluarga dan komunitas, diharapkan semakin banyak perempuan yang berani dan sadar akan pentingnya pemeriksaan kanker serviks.
Pemerintah dan berbagai lembaga kesehatan terus berupaya untuk menyediakan layanan yang terbaik dan mudah diakses oleh masyarakat. Namun, kesadaran dan kemauan dari individu untuk memanfaatkan layanan tersebut tetap menjadi faktor kunci dalam suksesnya program deteksi dini dan pencegahan kanker serviks.