Indonesia Bakal Miliki Alat Pendeteksi Kanker 3 Dimensi Buatan Sendiri
Merdeka.com - Indonesia kini memiliki alat baru yang bisa digunakan untuk membantu mendeteksi kanker secara tiga dimensi. Teknologi ini sendiri dikembangkan oleh Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA) Yogyakarta.
PSTA) Yogyakarta adalah salah satu Pusat Unggulan Iptek (PUI) yang berhasil merancang teknologi akselerator siklotron miliknya sendiri yang juga telah dipatenkan.
Peneliti PSTA, Darsono, menjelaskan, nantinya alat ini dapat digunakan untuk keperluan rumah sakit dalam mendeteksi kanker secara tiga dimensi.
-
Siapa yang mengembangkan alat deteksi kanker paru-paru ini? Mereka sedang mengembangkan sebuah alat diagnosis inovatif yang hanya memerlukan embusan napas untuk mendeteksi tanda-tanda kanker paru-paru.
-
Siapa yang mengembangkan alat ini? 'Kami bekerja selama bertahun-tahun dalam bidang fisika di balik proses desalinasi, namun mewujudkan semua kemajuan tersebut, membangun sistem, dan mendemonstrasikannya di laut…adalah pengalaman yang sangat berarti dan bermanfaat bagi saya,' kata penulis senior Jongyoon Han, seorang profesor teknik elektro dan ilmu komputer dan teknik biologi, dan anggota Laboratorium Penelitian Elektronika (RLE).
-
Bagaimana AI membantu deteksi kanker? Dalam kanker payudara, AI memungkinkan mamogram untuk ditinjau 30 kali lebih cepat dengan akurasi hampir 100%, mengurangi kebutuhan akan biopsi.
-
Apa yang dideteksi oleh alat dari Jogja? Dikutip dari berbagai sumber, saat gempa CIanjur pada 21 November 2022, tim dari UGM mengklaim sudah mendeteksi tanda-tanda gempa beberapa hari sebelumnya.
-
Bagaimana alat deteksi kanker paru-paru ini bekerja? Ketika isoprene dalam napas mengenai permukaan nanoflakes ini, terjadi pelepasan elektron yang dapat diukur secara presisi.
-
Apa yang diciptakan oleh para peneliti? Mereka menggunakan model muskuloskeletal – yang dikendalikan oleh metode kontrol refleks yang mencerminkan sistem saraf manusia.
“Produk siklotron sendiri akan menghasilkan radioisotop F-18, sehingga nanti kalau dengan radioisotop itu tubuh bisa memancarkan (bagian yang) kanker dan sebagainya. Bisa ketahuan secara 3 dimensi,” kata Darsono kepada Liputan6.com di Gedung PSTA, Yogyakarta.
Ia menjelaskan, sebelum PSTA mengembangkan siklotron tersebut, Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN) belum mampu untuk mengembangkan teknologi itu. Padahal, negara-negara maju seperti Amerika, Jepang, Jerman, dan beberapa negara di Eropa lainnya telah banyak mengoperasikan siklotron di rumah sakitnya.
Sebagian rumah sakit di Indonesia pun sudah memiliki fasilitas teknologi serupa hasil membeli dari luar negeri.
Namun, Peneliti PSTA Susilo Widodo menegaskan, Indonesia tidak bisa bergantung terus pada luar negeri. Sebab, harga mesin ini sangatlah mahal.
Susilo berharap, nantinya unit siklotron yang terus dikembangkan di PSTA ini dapat segera digunakan oleh rumah sakit di Indonesia.
“Kita sendiri punya kemampuan desain ini, unit kedua atau ketiga sudah harus bisa diset di rumah sakit mana yang membutuhkan, karena siklotron ini untuk keperluan rumah sakit,” katanya.
PSTA sendiri merupakan salah satu pusat penelitian yang telah diakui dan termasuk sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI) Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Reporter: Ratu Annisaa SuryasumiratSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jusup mengatakan PET/CT ini mampu mendiagnosis kanker lebih akurat dengan durasi waktu yang singkat.
Baca SelengkapnyaAlat deteksi dini kanker serviks pakai AI ini jadi kabar bahagia bagi perempuan.
Baca SelengkapnyaDeteksi dini kanker serviks terus diupayakan YKI dengan melakukan pelatihan tenaga terampil.
Baca SelengkapnyaProduk terapi target yang dikembangkan, terdapat obat yang digunakan spesifik khusus menargetkan ke sel-sel kanker agar tidak dapat tumbuh.
Baca SelengkapnyaMetode PCR sebelumnya juga digunakan untuk mendeteksi virus corona.
Baca SelengkapnyaAlat ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mempercepat penurunan angka prevalensi stunting di Indonesia menjadi 14 persen.
Baca SelengkapnyaRumah sakit ini memiliki fasilitas layaknya hotel bintang lima.
Baca SelengkapnyaPemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Pusat melalui Bagian Umum dan Protokol (Umprot) membuat alat yang bisa menangkap polutan di udara.
Baca SelengkapnyaAlat ini dirakit langsung oleh tim yang merupakan penyandang disabilitas. Tim ini berada di bawah naungan Sentra Terpadu Kartini di Temanggung.
Baca SelengkapnyaJika penemuan penggunaan AI untuk identifikasi sel kanker ini berhasil, banyak nyawa yang bisa terselamatkan dengan cepat.
Baca SelengkapnyaNavigator adalah individu yang terlatih untuk membantu pasien dalam sistem perawatan kesehatan
Baca SelengkapnyaAdanya aplikasi ini memungkinkan masyarakat lebih mudah mengakses berbagai layanan kesehatan dengan modal jari saja.
Baca Selengkapnya