Pada Pemilik Faktor Risiko, Skrining Diabetes Bisa Dilakukan Sejak Usia 30
Data terbaru angka prevalensi diabetes pada 2018 menunjukkan, 9 dari 10 atau 8,9 persen orang Indonesia memiliki diabetes.
Pemeriksaan diabetes bisa dilakukan seseorang dari usia 30 tahun salama dia memiliki sejumlah faktor risiko.
Pada Pemilik Faktor Risiko, Skrining Diabetes Bisa Dilakukan Sejak Usia 30
Menurut dr. Farid Kurniawan, SpPD, PhD, seorang spesialis penyakit dalam di divisi Endokrin, Metabolik, dan Diabetes RS Cipto Mangunkusumo FKUI, skrining diabetes dapat dilakukan sejak seseorang berusia 30 tahun, terutama jika orang tersebut memiliki faktor risiko keluarga seperti orangtua atau saudara kandung.
-
Kenapa skrining diabetes penting? 'Kita harus mengenali secara dini diabetes supaya kita tahu sejak dini, tidak menunggu skrining. Harus tahu tanda-tanda.
-
Siapa saja yang rentan terkena diabetes di usia muda? Meskipun faktor genetik tidak dapat diubah, gaya hidup sehat masih bisa membantu mengurangi risiko.
-
Siapa yang berisiko diabetes? Di sisi lain, jika kadar gula darah puasa Anda berada di rentang 100 hingga 125 mg/dL, Anda mungkin akan didiagnosis dengan prediabetes. Ini menandakan bahwa Anda memiliki risiko tinggi untuk mengembangkan diabetes tipe 2 dalam waktu dekat, terutama jika tidak ada perubahan dalam gaya hidup menuju yang lebih sehat.
-
Siapa yang berisiko tinggi diabetes? Ikhsan menyarankan individu dengan berat badan berlebih dan/atau riwayat keturunan diabetes untuk memperhatikan pola hidup mereka jika tidak dapat menghindari begadang, guna mengurangi risiko terkena diabetes.
-
Mengapa diabetes menyerang usia muda? Diabetes, sebuah tantangan kesehatan global yang tak bisa diabaikan, semakin mengkhawatirkan ketika menyerang usia muda. Di tengah kehidupan yang penuh dengan dinamika modern, banyak remaja dan dewasa muda yang tanpa disadari terjerat dalam jaring penyakit ini.
-
Siapa yang berisiko terkena diabetes? Kurangnya aktivitas fisik, konsumsi gula yang berlebihan, respons tubuh terhadap insulin yang terganggu, produksi insulin yang berkurang oleh pankreas, gangguan kinerja insulin akibat hormon lain
Menurutnya, jika hasil tes gula darah menunjukkan di luar batas normal maka akan dikonfirmasi dengan beberapa pemeriksaan.
"Secara umum, usia 30 tahun kita anjurkan cek gula darah. Nanti kalau didapatkan hasil gula darahnya di luar batas normal, kita akan konfirmasi dengan beberapa pemeriksaan," ujar Farid.
Menurut Farid, skrining juga dapat dilakukan pada orang yang mengalami kelebihan berat badan, tekanan darah tinggi, dan kebiasaan merokok.
Skrining diabetes sangat dianjurkan karena orang yang paling rentan terkena diabetes biasanya berusia di atas 40 tahun, atau di pertengahan rentang usia antara 30 hingga 60 tahun. Oleh karena itu, pemeriksaan perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran bahwa meskipun masih muda, seseorang tidak serta merta terbebas dari risiko diabetes.
Menurut Farid, data terbaru mengenai prevalensi diabetes pada tahun 2018 menunjukkan bahwa sebanyak 8,9 persen dari total penduduk Indonesia, atau sekitar 9 dari 10 orang, menderita diabetes. Sayangnya, dari 4 orang yang menderita diabetes, hanya 25 persen di antaranya yang telah terdiagnosis dengan kondisi tersebut.
Karena alasan tersebut, langkah-langkah untuk mendeteksi dini diabetes juga dijalankan dengan tujuan mengurangi angka kematian akibat penyakit ini di Indonesia. Kementerian Kesehatan pun turut mendorong upaya ini.
Diabetes Tipe 1 Rentan Dialami Anak
Selain itu, ungkap Farid, anak usia di bawah lima tahun dan puncaknya 11 tahun juga rentan terkena diabetes tipe 1. Ini karena adanya kerusakan sel Beta pankreas atau kelenjar pankreas di dalam tubuh tidak bsia menghasilkan insulin yang cukup. Hal itu menyebabkan gula darah tubuh meningkat.
Tidak hanya anak-anak, bahkan bayi yang baru lahir pun dapat mengalami diabetes yang disebut Neonatal Diabetes.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjalani gaya hidup sehat guna mencegah terjadinya diabetes pada usia muda, ibu hamil, maupun lansia. Gaya hidup sehat dapat dilakukan dengan rajin berolahraga dan mengurangi kebiasaan mengonsumsi makanan berkalori tinggi yang dapat meningkatkan risiko diabetes.
"Pertama aktivitas fisik yang teratur, kemudian olahraga, juga makanan tidak hanya mengurangi asupan gula tapi mengurangi asupan makanan yang kalorinya tinggi, makanan berlemak salah satunya gorengan." tutur Farid.
Hindari Merokok dan Stres serta Pastikan Cukup Istirahat
Ada beberapa faktor pola hidup lain yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengelola diabetes dengan lebih efektif. Salah satunya adalah dengan menghentikan kebiasaan merokok. Merokok diketahui dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Oleh karena itu, menghentikan kebiasaan merokok dapat membantu mengurangi risiko terkena diabetes.
Selain itu, mengurangi stres juga merupakan faktor penting dalam mencegah dan mengelola diabetes. Stres dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah, yang dapat mempengaruhi kontrol gula darah pada penderita diabetes. Oleh karena itu, mengurangi stres dengan melakukan aktivitas relaksasi seperti meditasi, yoga, atau olahraga dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.
Selain itu, istirahat yang cukup juga sangat penting dalam mencegah dan mengelola diabetes. Kurang tidur dapat mempengaruhi produksi hormon insulin dan mengganggu metabolisme gula darah.
Farid berharap masyarakat bisa lebih sadar untuk memeriksakan kondisinya ke fasilitas kesehatan untuk cek gula darah agar dapat dipantau.
Bagi individu yang telah memiliki diabetes, Farid mengingatkan agar semangat mengonsumsi obat secara rutin untuk mengontrol gula darah. Selain itu, didorong pul auntuk rutin periksa ke dokter agar kondisi tetap terkontrol.