Terjadinya GERD pada saat Pandemi Didorong oleh Faktor Stres
Merdeka.com - Terjadinya masalah pada lambung merupakan hal yang kerap kali kita hadapi. Walau begitu, masalah ini bisa lebih rentan dialami di masa pandemi.
Faktor stres memegang peranan besar di balik penyakit GERD (gastroesophageal reflux disease) saat pandemi COVID-19, kata staf medik Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM-FKUI Rabbinu Rangga Pribadi.
"Penelitian menunjukkan hampir setengah pasien GERD melaporkan stres sebagai faktor terbesar yang memperburuk gejala," papar Rabbinu dilansir dari Antara beberapa waktu lalu.
-
Kenapa stres bisa jadi penyebab dispepsia? Stres dan kecemasan dapat memengaruhi keseimbangan sistem pencernaan, mengganggu fungsi normal, dan menyebabkan munculnya dispepsia.
-
Apa efek buruk stres pada pencernaan? Stres kronis dapat memperlambat pencernaan karena tubuh masuk ke dalam mode 'fight-or-flight', yang memprioritaskan fungsi tubuh untuk menghadapi ancaman, bukan untuk mencerna makanan.
-
Bagaimana stres mempengaruhi sistem pencernaan? Ketika seseorang mengalami stres, tubuhnya menghasilkan berbagai hormon dan senyawa kimia yang dapat memengaruhi sistem pencernaan. Reaksi ini disebut sebagai respons 'fight or flight,' yang dapat mengubah cara tubuh memproses makanan dan mengatur fungsi organ.
-
Apa yang bisa menyebabkan tingkat stres yang tinggi? Tekanan dan tuntutan dalam hidup dapat menyebabkan tingkat stres yang tinggi.
-
Kenapa stres bisa memperparah sariawan? Kondisi stres yang berkepanjangan dan kelelahan fisik dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, membuat seseorang lebih rentan terhadap sariawan. Stres juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan dan tidur, yang pada gilirannya berdampak pada kesehatan mulut secara keseluruhan.
-
Kenapa sakit perut bisa menjadi lebih parah saat stres? Jika nyeri perut semakin parah saat mengalami situasi stres atau tekanan emosional, ini merupakan tanda bahwa stres mungkin menjadi penyebab utama.
Stres punya kaitan erat dengan timbulnya GERD, sementara saat ini banyak orang yang merasa tertekan akibat kehilangan pekerjaan, kehilangan anggota keluarga hingga tidak bisa leluasa bepergian akibat pandemi COVID-19. Stres atau kecemasan jadi salah satu faktor risiko GERD, begitu juga gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan berat badan berlebih.
Faktor lainnya meliputi makan dalam jumlah besar, obat-obatan, hamil, menyantap makanan yang memicu kenaikan asam lambung juga berbaring setelah makan. GERD adalah penyakit yang disebabkan naiknya asam lambung ke kerongkongan, menyebabkan gejala tertentu dan komplikasi.
Gejalanya meliputi rasa terbakar di dada (heartburn) juga rasa makanan naik kembali atau mulut terasa asam alias regurgitasi. Gejala lainnya yang lebih umum meliputi batuk, suara serak, nyeri saat menelan, erosi pada gigi, nyeri dada, rasa pahit di lidah dan rasa terganjal di kerongkongan.
GERD berbeda dengan penyakit maag, tapi terkait dengan asam lambung. Dalam kondisi normal, asam lambung berada di dalam lambung, tapi asam lambung itu naik ke kerongkongan pada penderita GERD.
Penyakit ini banyak dialami masyarakat di dunia. Berdasarkan data 2016, ada 24,8 persen penduduk di Indonesia yang mengalami GERD.
Hal yang Harus Dilakukan Penderita GERD
Dia mengatakan, GERD bisa diatasi dengan obat, tapi itu saja tak efektif bila pasien tidak memodifikasi gaya hidup menjadi lebih sehat. Pasien GERD harus mengubah gaya hidup dengan cara menjaga berat badan ideal, olahraga teratur, berhenti merokok dan minum minuman beralkohol juga mengurangi makanan berlemak. Serta tidur dengan meninggikan kepala sekitar 20 cm, menghindari makan dalam jumlah besar terutama saat malam, menghindari ngemil pada malam hari dan tidak berbaring minimal tiga jam setelah makan.
Dia menjelaskan, pasien GERD perlu melakukan teropong saluran cerna atau endoskopi atas bila penyakit tidak segera membaik setelah mengonsumsi obat dan memodifikasi gaya hidup agar lebih sehat. Juga bila pasien mengalami gejala atau tanda bahaya seperti muntah terus menerus, muntah darah, BAB hitam, sulit menelan, anemia dan berat badan menurun.
"Penyakit ini tidak menimbulkan kematian, namun sangat mengganggu aktivitas keseharian pasien," kata dia.
Pada masing-masing individu, pengobatan GERD ini bisa sangat berbeda. Oleh karena itu, perlu konsultasi dengan dokter telebih dahulu untuk mengatasinya.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
GERD merupakan masalah kesehatan yang rentan dialami anak muda akibat stres serta gaya hidup buruk.
Baca SelengkapnyaDispepsia atau yang sering juga dikenal sebagai sindrom lambung adalah kondisi yang ditandai dengan berbagai gejala yang berkaitan dengan pencernaan.
Baca SelengkapnyaSakit perut karena stres merupakan kondisi umum yang dialami banyak orang ketika menghadapi tekanan mental atau emosional.
Baca SelengkapnyaBanyak mitos penyakit GERD yang tidak memiliki penjelasan ilmiah, sehingga perlu dipahami faktanya.
Baca SelengkapnyaMemahami penyebab perut begah adalah langkah pertama untuk mengatasi kondisi ini.
Baca SelengkapnyaKebiasaan ini juga bisa memicu masalah lambung yang sering dialami para Gen Z.
Baca SelengkapnyaSejumlah hormon saat stres dapat mempengaruhi produksi asam lambung, motilitas usus, dan keseimbangan mikrobiota usus.
Baca SelengkapnyaPerut terasa kencang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman.
Baca SelengkapnyaSimak cara mengatasi perut terasa panas beserta penyebabnya.
Baca SelengkapnyaPerbedaan antara GERD dan Mag, Sering Dianggap Sama namun Ternyata Memiliki Penyebab dan Penanganan yang Berbeda.
Baca SelengkapnyaCara mencegah asam lambung naik ini bisa kamu coba terapkan mulai dari sekarang.
Baca SelengkapnyaStres bisa memunculkan sejumlah tanda yang kadang terlewat kita sadari.
Baca Selengkapnya