Disebut Pusat Kerajaan Aru, Ini Fakta Menarik Situs Benteng Putri Hijau di Sumut
Merdeka.com - Sumatra Utara (Sumut) dikenal memiliki pesona keindahan alam yang luar biasa. Namun, daerah ini juga menyimpan sejarah kebudayaan yang sangat kaya.
Terdapat beragam situs peninggalan sejarah di masa lalu yang ada di daerah ini. Tak sedikit dari situs-situs tersebut yang juga dijadikan sebagai daya tarik pariwisata.
Salah satunya yang saat ini sedang dalam penataan ulang dan pelestarian oleh Pemerintah setempat ialah situs Benteng Putri Hijau, yang ada di Kabupaten Deli Serdang. Situs ini merupakan salah satu lokasi sejarah yang menjadi cagar budaya di Sumut.
-
Di mana Kerajaan Aru berlokasi? Letak geografis Kerajaan Aru yang berada di Deli Tua sangat menguntungkan mereka untuk melancarkan aksinya.
-
Apa yang terkenal dari Kerajaan Aru? Kerajaan ini juga menguasai aliran-aliran sungai di sekitar wilayahnya.Dalam konteks materiel, Kerajaan Aru termasuk kaya raya, hal ini dikarenakan seluruh hasilnya berasal dari merompak kapal-kapal pedagang yang melintas.
-
Dimana letak kota kuno tersebut? Situs Niuluchong ini berada di Gongcheng Yao, dekat kota Guilin.
-
Apa yang menjadi pusat ekonomi di Sumatra? Pekanbaru dikenal sebagai salah satu sentra ekonomi terbesar di Pulau Sumatra.
-
Apa pusat peradaban Kerajaan Banten? Pada masanya dulu, Banten merupakan salah satu pusat peradaban Islam di Pulau Jawa.
-
Dimana Kerajaan Bedulu berada? Desa Bedulu di Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar diduga kuat merupakan salah satu desa yang menjadi pusat peradaban Bali pada masa silam.
Benteng ini diketahui merupakan peninggalan dari Kerajaan Aru yang berkuasa pada abad ke-13. Namun, saat ini situs tersebut tinggal tersisa sebagian kecil, lantaran sudah banyak yang berubah menjadi pemukiman warga dan pertokoan. Berikut fakta menarik dari situs Benteng Putri Hijau selengkapnya.
Pusat Kerajaan Aru
liputan6.com ©2021 Merdeka.com
Melansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menurut beberapa data sejarah, disebutkan situs ini merupakan pusat kota dari Kerajaan Aru yang pernah ditaklukkan oleh kerajaan Aceh pada abad ke-16 M.
Kerajaan Aru ini disebut merupakan cikal bakal dari Kerajaan Deli yang sisanya masih dapat dijumpai di Kota Medan sampai saat ini.
Selain itu, situs ini dulunya diketahui merupakan sebuah lokasi hunian. Namun, tidak diketahui secara pasti apakah hunian tersebut merupakan sebuah Kuta atau Urung dalam kebudayaan Karo.
Sisa-sisa Benteng Putri Hijau
Instagram/@disbudpar_su ©2021 Merdeka.com
Saat ini, bangunan benteng sudah tidak utuh lagi. Hanya sedikit sisa bangunan yang bisa dijumpai di situs ini. Yang tersisa saat ini adalah bagian dinding tanah yang membujur arah utara-selatan sepanjang 40 meter. Selain itu terdapat benteng sisi selatan, membujur arah barat-timur sepanjang 100 meter, sementara diperkirakan panjang dinding benteng tanah sisi sebelah selatan mencapai 240 meter.Bangunan kedua terletak di sebelah utara benteng pertama tersebut. Saat ini yang tersisa adalah gundukan tanah membentuk huruf L, dengan inding sebelah selatan (barat-timur) berukuran panjang 180 meter dan dinding sebelah barat (utara-selatan) berukuran panjang 120 meter. Beberapa survei yang dilakukan di lokasi ini juga berhasil mendapatkan cukup banyak temuan berupa keramik tembikar dan batuan.
Peninggalan Artefaktual
Di area situs ini, pernah ditemukan juga beberapa peninggalan artefak. Di antaranya ditemukan sebanyak 3 peralatan batu (sumatralith) yang menggunakan bahan batuan beku.
Instagram/@disbudpar_su ©2021 Merdeka.com
Alat batu pertama berukuran panjang 14 cm, lebar 7 cm, tebal pangkal 4 cm dan tebal ujung 2,7 cm. Alat batu kedua berukuran panjang 13,5 cm, lebar 9,13 cm, tebal pangkal 4,6 cm dan tebal ujung 2,6 cm dan alat batu ketiga berukuran panjang 12,9 cm, lebar 8,5 cm, tebal pangkal 3,6 cm dan tebal ujung 1,5 cm.Selain itu, ditemukan juga peluru senjata api berbahan timah, yang umum digunakan pada abad ke-15 sampai 19 M, yang dalam Bahasa Turki dikenal dengan nama senapan musket atau tϋfenk.Kemudian, banyak juga ditemukan peninggalan berupa keramik. Melalui penggalian yang dilakukan di situs tersebut didapatkan sebanyak 19 fragmen keramik, sisanya, sebanyak 35 buah didapat melalui survey permukaan. Seluruh keramik itu rata-rata digunakan di abad 9 hingga 18 M. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kota ini terus berkembang seiring perkembangan zaman.
Baca SelengkapnyaKerajaan ini memiliki kekayaan alam dan tanah yang subur serta dikenal sebagai penguasa perairan di bagian utara Selat Malaka.
Baca SelengkapnyaDesa Bedulu di Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar diduga kuat merupakan salah satu desa yang menjadi pusat peradaban Bali pada masa silam.
Baca SelengkapnyaNama perpustakaan itu bertujuan untuk mengenang jasa pujangga asal Riau keturunan Tapanuli, yaitu Soeman Hasibuan.
Baca SelengkapnyaMenurut budayawan dan sesepuh Besemah, nama tersebut berasal dari pengucapan orang Belanda yang salah.
Baca SelengkapnyaSisi modern Banten terbentuk dari kota kuno Banten Girang
Baca SelengkapnyaMuseum Sadurengas terletak di Kecamatan Pasir Belengkong, Kabupaten Paser, yang merupakan bekas rumah kediaman salah seorang Sultan Pasir.
Baca SelengkapnyaSetelah melepaskan diri dari pengaruh Demak, pusat pemerintahan dipindahkan dari Ngurawan ke Sogaten.
Baca SelengkapnyaLetak Bukit Sulap yang berada di jantung kota membuat para pengunjung yang sudah mencapai puncak akan melihat langsung suasana kota dari berbagai sudut.
Baca SelengkapnyaAreal benteng yang cukup luas menjadikan tempat ini sangat memungkinkan untuk menampung prajurit dalam jumlah besar.
Baca SelengkapnyaDari pasar terapung yang ramai hingga keheningan hutan pinus, kota ini menyimpan cerita di setiap sudutnya.
Baca Selengkapnya