Menelusuri Sejarah Kweekschool Fort de Kock, Poros Pendidikan Pertama di Sumatra Barat
Sekolah ini menjadi tonggak pendidikan di Sumatra Barat.
Pendidikan pada zaman Hindia Belanda merupakan suatu kenikmatan yang tak bisa semua orang bisa rasakan. Sekolah ini menjadi tonggak pendidikan di Sumatra Barat.
Menelusuri Sejarah Kweekschool Fort de Kock, Poros Pendidikan Pertama di Sumatra Barat
Era kolonialisme atau tepatnya ketika Nusantara berada di bawah Pemerintah Belanda, tidak semua warga pribumi bisa menikmati 'fasilitas' yang tersedia pada saat itu, salah satunya adalah program pendidikan. Fasilitas pendidikan yang berdiri di zaman Hindia Belanda masih sangat identik dengan suasana Eropa dan juga penggunaan bahasa Belanda dalam percakapan di sekolah. Kweekschool Fort de Kock adalah cabang pendidikan milik Hindia Belanda yang berdiri di Bukittinggi, Sumatra Barat.
(Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Sekolah ini bukanlah satu-satunya yang ada di Sumatra, ada beberapa sekolah yang serupa berdiri di berbagai wilayah seperti Tapanuli dan juga Padang Sidempuan. Secara umum, sekolah ini berfokus pada bidang pengajar sehingga lulusan dari Kweekschool akan bekerja sebagai guru.
Meski didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda, sekolah ini tentu melahirkan tokoh-tokoh pergerakan nasional yang pastinya memiliki jasa besar bagi Indonesia.
Sejarah Sekolah
Pendidikan guru atau dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah Kweekschool ini dulunya muncul berkat VOC dan misionaris yang bermula di Ambon sekira tahun 1834. Adanya pendidikan ini mampu menghasilkan guru pribumi.
-
Di mana perkebunan sawit Belanda pertama di Sumatra? Pada Masa kolonial Hindia Belanda, perkebunan kelapa sawit menjadi sebuah industri berskala besar dengan dibukanya perusahaan bernama Sungai Liput Cultuur Maatschappij oleh Adrien Hallet dan K. Schadt di Pantai Timur Sumatra, tepatnya di Deli pada 1911.
-
Apa nama sekolah elit peninggalan Belanda di Bandung? Pada masanya, sekolah itu bernama Hogere Burger School (HBS).
-
Siapa yang mendirikan Fort De Kock? Pada tahun 1825, Belanda mendirikan benteng pertahanan yang hingga kini dikenal dengan nama Fort De Kock.
-
Di mana Benteng de Kock berada? Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini tak semata-mata hanya menjadi bangunan biasa.
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
-
Apa yang terjadi di Purwokerto saat dikuasai Belanda? Mereka kemudian mengadakan pembersihan di desa-desa sekitar yang menjadi basis perjuangan tentara Indonesia di Banyumas.
Menurut beberapa sumber, fasilitas pendidikan serupa juga didirikan oleh Zending di Minahasa pada tahun 1852-1855. Dalam proses mengajarnya masih menggunakan bahasa Melayu. Kemudian, pemerintah menggelar kursus guru yang bernama Normaal Cursus yang nanti akan meluluskan guru Sekolah Desa.
Sekolah guru ini dibangun di Surakarta dengan menggunakan bahasa Jawa dan Melayu. Hampir seluruh murid-muridnya berasal dari kalangan Priyayi Jawa. Tahun 1875, sekolah ini pindah ke Magelang dan bermula dari sinilah, sekolah-sekolah serupa mulai didirikan termasuk di Bukittinggi.
Kweekschool Fort de Kock Bukittinggi ini bisa disebut dengan Sekolah Rajo (Raja) yang resmi berdiri pada tahun 1873. Seluruh lulusannya akan bekerja sebagai guru untuk mengajar di sekolah-sekolah masyarakat pribumi.
(Foto: sumbartempodulu.blogspot.com)
Banyak Alumni Berpengaruh
Mengutip kebudayaan.kemdikbud.go.id, calon-calon guru yang dididik di Kweekschool ini nantinya akan disebar ke beberapa daerah yang berada di bawah pemerintah Hindia Belanda.
Lebih dari itu, Kweekschool tentu menghasilkan orang-orang yang cendekiawan dan berpengaruh bagi Nusantara, salah satunya adalah Tan Malaka. Melalui Kweekschool, ia mendapatkan ilmu-ilmu pendidikan modern.
Kemudian, ada Rustam Effendi yang juga alumni Kweekschool yang sempat menjadi guru di Siak dan pernah menulis naskah drama Bebasari. Bahkan, ia satu-satunya orang Indonesia yang duduk di Parlemen Belanda, Tweede Kamer (majelis rendah).
Alumni lain yang juga tak kalah tersohor, yaitu ulama besar Minangkabau yaitu Syekh Ahmad Khatib. Meski hanya menempuh pendidikan yang singkat, namun ia menyerap ilmu-ilmu guru dan mempraktikkannya di Mekkah hingga menjadi guru besar.
Terbagi 4 Tempat
Sekolah yang kini bernama SMA 2 Kota Bukittinggi ini secara konsep bangunan dibagi dalam empat tempat. Pada bagian bangunan utama yang berada di tengah-tengah, berfungsi sebagai ruang belajar dan mengajar.
Kemudian, ketiga bangunan lainnya terletak di sisi kiri, kanan, serta belakang bangunan utama. Pada tahun 1991, bangunan ini sudah mengalami renovasi di beberapa bagian.
(Foto: sekolah.data.kemdikbud.go.id)
Bangunan utama sekolah ini dulunya ditopang dengan tiang berbahan kayu berjumlah 4 buah yang berada di bagian teras. Antara tiang dan tembok disambungkan dengan besi lengkung berbentuk suluran sebagai hiasan. Namun, penyangga itu kini sudah diganti dengan semen yang jumlahnya berkurang menjadi 3 buah.