Mengunjungi Kompleks Makam Papan Tinggi, Jejak Penyebaran Agama Islam di Tanah Barus
Merdeka.com - Masuknya peradaban Islam di Indonesia tentunya meninggalkan bukti-bukti sejarah yang menjadi petunjuk dan menjadi penanda bahwa telah terjadi peristiwa tersebut. Salah satu peninggalan sejarah peradaban Islam di Indonesia yaitu kompleks Makam Papan Tinggi.
Terletak di Desa Penanggahan, Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, kompleks makam ini berada di atas bukit setinggi kurang lebih 3000 meter di atas permukaan air laut.
Dengan adanya makam kuno di kawasan Barus yang merupakan wilayah Emporium dan pusat perdagangan komoditi kapur barus yang di ekspor sampai ke Arab dan Persia menunjukkan bahwa di Tanah Barus terdapat jejak-jejak penyebaran agama Islam.
-
Dimana penemuan makam kuno itu? Sekelompok arkeolog Turki menemukan tengkorak yang diperkirakan berusia 6.000 tahun di salah satu dari sembilan makam selama penggalian di distrik Afsin, Kahramanmaras, Turki.
-
Kenapa temuan masjid tertua ini penting? Pejabat Otoritas Kepurbakalaan (IAA) mengatakan temuan itu memberi petunjuk tentang bagaimana wilayah itu yang tadinya memeluk Kristen berpindah menjadi Islam.
-
Dimana masjid kuno itu ditemukan? Situs arkeologi Alto da Vigia, di dekat Praia das Maçãs di garis pantai Sintra, mengungkap keberadaan masjid kedua yang berasal dari abad ke-11 dan ke-12 ini.
-
Dimana penemuan makam kuno ini? Saat ini gundukan itu hampir tidak bisa terlihat karena berlokasi di sebuah ladang pertanian dan telah dibajak.
-
Mengapa penemuan makam ini penting? Penemuan makam ini menjadi peristiwa sangat penting dalam dunia arkeologi.
-
Mengapa makam kuno itu ditemukan? Ini pertama kalinya makam ditemukan di desa pertanian pertama yang terletak di wilayah yang diduduki sebelah barat Mexico Citu pada ketinggian 2.416 meter di atas permukaan laut.
Penasaran dengan Makam Tinggi di Barus? Simak ulasannya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Makam Dengan 1000 Tangga
kebudayaan.kemdikbud.go.id ©2023 Merdeka.com
Sesuai dengan namanya, kompleks pemakaman ini terletak berada di atas bukit yang cukup tinggi. Bagi pengunjung yang ingin mencapai ke kompleks makan, diharuskan dengan berjalan kaki dan menaiki tangga yang berjumlah 708 anak tangga.
Saat ini, masyarakat sekitar telah membangun pos-pos peristirahatan bagi para pengunjung di setiap 150 anak tangga.
Melansir dari situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, kompleks makam ini memiliki luas 40 meter X 15 meter, dengan pagar pembatas di sekelilingnya setinggi 160 cm.
Terdapat 7 Makam
direktoripariwisata.id ©2023 Merdeka.com
Masih dari sumber yang sama, di dalam kompleks makam ini terdapat 7 makam berupa batu nisan tanpa menggunakan Jirat Enam makam yang tergabung dalam satu kelompok.
Material yang digunakan pada makam-makan tersebut terbuat dari batu kali. Adapun makam yang bernisan besar berjumlah 3 buah, kemudian nisan kecil berjumlah 3 buah dan 1 makam lainnya terletak secara terpisah.
Salah satu makam itu memiliki nisan berbentuk segi empat yang pipih dan pada ujungnya berbentuk bulat. Pada bagian luar nisan terpadat kaligrafi Arab yang sudah mulai rusak.
Adapun ukuran nisan yang berkaligrafi Arab itu memiliki tinggi 144 cm, lebar 46 cm, dan tebal 13 cm. Panjang nisan dari bagian kepala hingga kaki mencapai 8,15 meter.
Makam Saudagar Arab
cagarbudaya.sumutprov.go.id ©2023 Merdeka.com
Salah satu dari makam yang ada dalam kompleks Makam Papan Tinggi itu salah satunya adalah makam Syekh Mahmud. Dia adalah seorang pendatang dari Yaman sekitar abad ke-7 dan juga saudagar dari Arab Persia yang menyebarkan Agama Islam pertama di Indonesia.
Syekh Mahmud sendiri disinyalir hendak melakukan pelayaran dari Yaman menuju ke Kerajaan Samudera Pasai di Aceh. Namun, saat berlayar kapal Syekh Mahmud tiba-tiba salah arah dan terdampar di Barus.
Pada saat itulah, Syekh Mahmud memutuskan untuk berdakwah dan menyebarkan Agama Islam di Barus. Tak hanya itu, dirinya pun juga menjadi pedagang dan berbisnis komoditas kapur barus yang begitu mahsyur di zaman itu.
Namun dalam proses penyebaran Agama Islam, Syekh Mahmud sempat ditentang oleh Kerajaan Barus dan diasingkan ke Aceh Singkil. Tetapi dia tetap menyebarkan Agama Islam selama di Aceh Singkil hingga paham Islam sudah tersebar di penjuru Nusantara. (mdk/adj)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bangunan yang hampir seluruh bagiannya menggunakan kayu itu menjadi bagian dari sejarah masuknya Islam di Sumbar yang berlangsung sejak ratusan tahun.
Baca SelengkapnyaDi dalam petilasan ini terdapat sebuah batu besar yang digunakan sebagai tempat bertapa Panembahan Senopati
Baca SelengkapnyaDi Desa Astana, peninggalan kejayaan Islam era lampau masih bisa dilihat seperti makam Sunan Gunung Jati, Petilasan Syekh Datul Kahfi, sampai Keraton Pakungwati
Baca SelengkapnyaSalah satu destinasi wisata di Kabupaten Sijunjung ini terdapat berbagai peninggalan sejarah berupa tebing-tebing tinggi dari bebatuan tua zaman Paleozoikum.
Baca SelengkapnyaMustaka tua itu merupakan bentuk dari akulturasi budaya Hindu-Islam pada masanya
Baca SelengkapnyaKepercayaan orang-orang sekitar pun tumbuh dan mengakar kuat di benak mereka jika merusak salah satu peninggalan sejarah tersebut, maka dia akan menerima nasib
Baca SelengkapnyaSaat ini masjid tersebut hanya tersisa ruang mahrab, pondasi, dan menara yang sudah tidak utuh.
Baca SelengkapnyaSalah satu peninggalan Islam yang bercorak Tionghoa di Palembang ini tidak lepas dari keberadaan Laksamana Cheng Ho di masa lampau.
Baca SelengkapnyaSimak cara penyebaran Islam di Indonesia berikut ini beserta sejarah masuknya.
Baca SelengkapnyaSosoknya cukup berpengaruh dalam perkembangan Agama Islam di Cirebon
Baca SelengkapnyaPeninggalan masa Kerajaan Sriwijaya berupa kawasan permukiman sekaligus barang-barang yang digunakan manusia pada saat itu.
Baca SelengkapnyaKerajaan tua itu bahkan sudah ada sebelum era Padjadjaran
Baca Selengkapnya