Berdiri Sejak 1901, Intip Masjid Raya Sulaimaniyah Peninggalan Kasultanan Serdang
Merdeka.com - Kabupaten Serdang Bedagai identik dengan kerajaannya di masa lampau yang bernama Kesultanan Serdang. Berdiri sekitar tahun 1723, kesultanan ini meninggalkan warisan sejarah berupa bangunan masjid yang hingga saat ini masih bertahan.
Salah satu masjid peninggalan milik Kesultanan Serdang yaitu bernama Masjid Raya Sulaimaniyah yang terletak di Kota Perbaungan. Bangunan ini begitu identik dengan arsitektur gaya Melayu dengan perpaduan warna khas Islam yaitu kuning dan hijau.
Mengutip dari mediacenter.serdangbedagaikab.go.id, Masjid Raya Sulaimaniyah ini didirikan oleh Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah pada tahun 1901. Tak hanya itu, saat ini di kompleks masjid juga terdapat makam para Sultan Serdang beserta dengan keturunannya.
-
Siapa yang membangun Masjid Agung Nur Sulaiman? Dilansir dari Rri.co.id, banyak penutur sejarah yang menyebut bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1755, tepatnya pada akhir masa pemerintahan Raden Tumenggung Yudanegara II.
-
Kapan Masjid Syahabuddin didirikan? Masjid yang terletak di Jalan Sultan Ismail, Kecamatan Siak, Provinsi Riau ini dibangun pada tahun 1926 pada Sultan Kasyim Abdul Jalil Saifuddin.
-
Dimana Masjid Agung Nur Sulaiman berada? Di sebelah barat Alun-Alun Kabupaten Banyumas, terdapat sebuah bangunan masjid kuno, namanya Masjid Agung Nur Sulaiman.
-
Apa yang unik dari Masjid Agung Nur Sulaiman? Bangunan masjid itu masih terjaga keasliannya sejak berdiri hingga sekarang. 'Jadi tidak ada perubahan bentuk sama sekali. Monumen atau cagar budaya di Banyumas yang asli sejak berdirinya ya Masjid Agung Nur Sulaiman,' kata Wahyu dikutip dari kanal YouTube Jejak Pamong.
-
Siapa pendiri Masjid Agung Sumenep? Pantangan Mengutip situs repositori.kemdikbud.go.id, Panembahan Sumala atau PanembahanNatakusuma, sang pendiri masjid mewakafkanmasjid ini kepada umat Islam secaraluas untuk digunakan beribadah, bukanhanya untuk warga kerajaan saja.
-
Siapa yang membangun Masjid Syahabuddin pertama? Kerajaan Siak yang bercorak Melayu dan agama Islam ini pertama kali membangun masjid Syahabuddin di Jalan Syarif Kasim pada thaun 1882 atau tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Syarif Kasim I dengan artistektur sederhana yakni hanya terbuat dari kayu.
Penasaran dengan sejarah Masjid Raya Sulaimaniyah ini? Simak ulasannya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Perkembangan Pembangunan Masjid
duniamasjid.islamic-center.or.id ©2023 Merdeka.com
Melansir dari buku "Kesultanan Serdang: Perkembangan Islam pada Masa Pemerintahan Sulaiman Shariful Alamsyah" karya Dr Phil. Ichwan Azhari dkk, awal pembangunan masjid ini sebenarnya sudah dimulai dari tahun 1889. Saat itu, Sultan Syariful Alamsyah mendirikan Istana Draul Arif di Kraton Kota Galuh, Perbaungan dan sekaligus mendirikan Masjid Raya Sulaimaniyah.
Masjid yang berdiri di atas tanah wakaf dari Sultan Serdang itu sempat beberapa kali berpindah kekuasaan. Mulai dari tahun 1939, Sultan Serdang memberikan seluruh kekuasaan berupa masjid dan tanah kepada Ketua Majelis Syar'i Kerajaan Serdang yaitu Tengku Haji Yafizham.
Pada tahun 1964, Tengku Haji Yafizham memberikan kuasa secara bersama-sama kepada T.Lukman Sinar, T. Abu Nawar Sinar, T. Abu Kasim Sinar, dan T.Ziwar.
Aristektur Bangunan
Youtube.com/Ghandy November ©2023 Merdeka.com
Gaya arsitektur masjid ini sangat kental dengan etnis Melayu. Pada bagian kubah masjid, berbentuk segi empat memanjang dan di atasnya terdapat bulan sabit dan bintang.
Pada bagian pondasi masjid, terdapat empat buah pilar besar di bagian dalam dan ada satu lampu hias di tengah ruangan masjid sehingga menimbulkan kesan mewah. Kemudian di bagian langit masjid terdapat ornamen-ornamen kaligrafi ayat-ayat Al-Quran.
Teras masjid juga ditopang dengan tiang-tiang kecil dihiasi dengan lampu yang mengelilingi teras samping di sebelah kiri dan belakang.
Ada Kompleks Makam
Youtube.com/Ghandy November ©2023 Merdeka.com
Kompleks Masjid Raya Sulaimaniyah terdapat makam-makam para Sultan Serdang beserta keturunannya. Salah satu makam dengan ukuran paling besar adalah makam Tuanku Sulaiman Syariful Alamsyah.
Selain itu, di tempat tersebut juga ada makam Ketua Majelsi Syar'i Kesultanan Serdang yaitu T. Fachruddin dan Tuanku Haji Yafizham. Pemangku adat Kesultanan Serdang juga, T. Abu Nawar Sinar dan Tuanku Lukman Sinar Basarsah II juga turut disemayamkan di kompleks pemakaman tersebut.
Replika Istana Kesultanan Serdang
Tak jauh dari Masjid Sulaimaniyah, terdapat replika Istana Kesultanan Serdang yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Sergai. Hanya berjarak 1 kilometer, replika istana tersebut rupanya pengganti istana orisinilnya yang sudah dihancurkan oleh pihak Belanda.
Dengan tinggi bangunan sekitar 8 meter, gaya arsitekturnya mirip seperti rumah panggung. Hanya saja bagian pondasi dan bahan bangunan yang sudah menggunakan beton. Pada bagian bawah bangunan terdapat ruangan berwarna kuning yang terdapat tangga di sisi depan, kiri, dan kanannya.
Saat ini, bangunan tersebut dijadikan kantor Dinas Kepemudaan, Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan Kabupaten Sergai. (mdk/adj)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jelajah Masjid Raya Syahabuddin, jejak peninggalan sejarah dari Kerajaan Siak.
Baca SelengkapnyaMengingat usianya yang begitu tua, masjid ini punya sejarah yang panjang
Baca SelengkapnyaGubernur hingga perusahaan swasta menyerahkan hewan kurban di masjid ini
Baca SelengkapnyaMasjid ini merupakan cikal bakal berdirinya Kota Pontianak pada tahun 1771.
Baca SelengkapnyaBanyak penutur sejarah yang menyebut bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1755,
Baca SelengkapnyaKota Palembang memiliki ragam bangunan kuno yang sampai sekarang masih bisa dijumpai.
Baca SelengkapnyaMasjid ini memiliki gaya arsitektur Arab yang dipadu dengan Jawa.
Baca SelengkapnyaDi Kota Medan terdapat masjid berusia ratusan tahun yang hingga kini masih berdiri kokoh.
Baca SelengkapnyaPada awal pendiriannya, masjid ini hanya diperuntukkan keluarga keraton.
Baca SelengkapnyaMasjid yang konon sudah berusia lebih dari satu abad ini memiliki nuansa Melayu yang begitu kental serta tradisi unik.
Baca SelengkapnyaBangunan yang hampir seluruh bagiannya menggunakan kayu itu menjadi bagian dari sejarah masuknya Islam di Sumbar yang berlangsung sejak ratusan tahun.
Baca SelengkapnyaSitus cagar budaya yang satu ini berfungsi sebagai tempat istirahat sultan ketika sedang berkunjung ke Senapelan atau Kota Pekanbaru.
Baca Selengkapnya