Gedung Putih minta CIA lancarkan serangan siber ke Rusia
Merdeka.com - Hubungan antara pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Rusia tidak hanya panas di dunia nyata saja, tetapi juga dunia maya. Buktinya, Pemerintah AS diklaim meminta badan intelijennya Central Intelligence Agency (CIA) untuk menyerang Rusia.
Dilaporkan oleh NBC News (16/10), Gedung Putih menyuruh CIA membuat beberapa rencana serangan siber atau cyber attack kepada pemerintah Rusia. Alasannya? Ternyata Gedung Putih bermaksud membalas dendam atas intervensi pemerintah Rusia pada proses pemilihan umum presiden AS.
Ya, pemerintah Rusia diyakini ada di balik serangan hacker bernama samaran Guccifer 2.0. Hacker ini beberapa waktu lalu berhasil membobol komputer Konvensi Partai Demokrat dan membocorkan 20.000 email partai dan data personal anggotanya.
-
Apa yang diminta hacker dari pemerintah? Atas serangan itu pelaku meminta tebusan senilai USD8 juta atau Rp131 miliar (kurs Rp16.360) ke pemerintah.
-
Apa tujuan serangan siber menurut China? Kementerian Keamanan Nasional China menuduh kelompok hacker yang diduga didukung oleh militer Taiwan, yaitu Anonymous 64, melakukan serangan siber dengan tujuan sabotase antipropaganda terhadap sejumlah target di China.
-
Apa target utama hacker pemilu? Mereka bekerja dengan membekukan basis data pemilih lokal. Maka itu ransomware menduduki peringkat teratas ancaman siber saat pemilu.
-
Mengapa CIA membantu penumpasan PKI? CIA Memberikan Bantuan Dana Untuk Militer dan Para Tokoh Antikomunis di Indonesia Mereka memberikan bantuan berkedok obat-obatan senilai 500.000 USD kepada pihak militer. Obat-obatan tersebut akan dijual untuk mendapatkan uang tunai guna penumpasan komunis.
-
Siapa hacker yang mengincar HP Donald Trump? Menurut laporan, hacker asal China sedang melancarkan serangan terhadap jaringan telekomunikasi di Amerika Serikat, dengan fokus pada ponsel calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, serta Senator JD Vance.
-
Bagaimana Hacker serang sistem pemilu? Ditemukan bahwa aktivitas yang sering dilakukan oleh pemerintah Rusia dan China adalah upaya untuk menghambat situs otoritas pemilihan, mengakses informasi pribadi pemilih, hingga memindai sistem pemilihan online untuk dicari kelemahannya.
Gedung Putih kabarnya berniat membongkar aib Presiden Rusia, Vladimir Putin. Kemungkinan besar, pemerintah Amerika menarget data terkait kasus Panama Papers yang menyeret nama Putin.
Di sisi lain, setelah bocornya rencana serangan siber, Wikileaks mengungkapkan bila bukan CIA yang melancarkan serangan siber ke Rusia, melainkan lembaga lain, yakni National Security Agency atau NSA.
(mdk/bbo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebelumnya FBI menuding ancaman bom di TPS saat pemilu presiden berasal dari Rusia.
Baca SelengkapnyaTudingan ini cukup serius karena FBI menilai dua negara itu ingin mencuri data-data rahasia AS.
Baca SelengkapnyaBerikut fakta mengenai jelang tahun pemilu yang disukai hacker.
Baca SelengkapnyaBerikut daftar negara-negara yang kerap diserang hacker.
Baca SelengkapnyaSebuah laporan menyatakan bahwa iPhone yang dimiliki oleh dua staf kampanye presiden AS telah berhasil diretas oleh peretas yang berasal dari Tiongkok.
Baca SelengkapnyaPara peretas memanipulasi daftar harga di toko penjara, menurunkan harga barang menjadi jauh di bawah nilai normalnya.
Baca SelengkapnyaMenkominfo mengungkapkan, serangan siber server PDNS terdapat dua kemungkinan pelaku.
Baca Selengkapnya"Sejauh ini tidak ada ancaman yang dianggap kredibel," kata FBI, Rabu (6/11).
Baca SelengkapnyaOtoritas Ukraina melarang penggunaan Telegram di kalangan militer dan orang-orang yang berkaitan dengan keamanan nasional.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat (AS) menuding satelit yang baru diluncurkan Rusia berbahaya. Begini alasannya.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah ancaman siber yang jarang diketahui orang saat pemilu berlangsung.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat (AS) cemas melihat rencana Rusia mau meletakan senjata nuklir di luar angkasa.
Baca Selengkapnya