Ini senjata baru kepolisian 13 negara untuk perangi ransomware
Merdeka.com - Ransomware adalah malware atau virus yang mampu mengunci perangkat korban, dan agar bisa menggunakan perangkatnya lagi biasanya si korban harus membayar uang tebusan pada si hacker. Oleh sebab itu, ransomware dianggap sebagai malware baru yang paling berbahaya bagi masyarakat luas.
Guna menghentikan ransomware, lembaga penegak hukum dari 13 negara memutuskan untuk bergabung dengan pihak swasta untuk bersama-sama melawan ransomware dengan proyek 'No More Ransom'.
-
Siapa yang terlibat dalam penanganan insiden ransomware? Ini mencakup penyusunan tim lintas divisi yang terdiri dari berbagai fungsi dalam organisasi, seperti TI, hukum, hubungan masyarakat, dan manajemen risiko.
-
Ransomware itu apa? Ransomware adalah salah satu jenis malicious software atau malware yang dapat menyebabkan penyebaran atau malah pemblokiran akses data milik korban.
-
Bagaimana mengendalikan penyebaran ransomware? Jika memungkinkan, lakukan Access Segmentation untuk membatasi kebocoran dalam area tertentu, sehingga kebocoran yang terjadi tidak meluas ke sistem lain.
-
Apa yang dilakukan setelah serangan ransomware? Langkah pertama yang harus dilakukan saat terjadi kebocoran data adalah mengendalikan penyebarannya. Perlu dilakukan isolasi terhadap sistem yang terpengaruh dari jaringan untuk mencegah penyebaran malware atau Unauthorized Acces yang lebih buruk.
-
Kapan serangan ransomware terjadi? Serangan terhadap server PDNS 2 pada 20 Juni 2024 itu mengakibatkan beberapa layanan publik terhambat.
-
Gimana mencegah ransomware? Menggunakan software keamanan yang tepat adalah langkah penting dalam mencegah serangan ransomware. Software keamanan seperti antivirus, firewall, dan anti-malware dapat membantu mencegah penyebaran malware dan menghentikan serangan ransomware sebelum terlalu jauh.
No More Ransom diluncurkan perdana pada 25 Juli 2016, oleh Dutch National Police, Europol, Intel Security dan Kaspersky Lab. Proyek ini memperkenalkan bentuk kerjasama terbaru antara penegak hukum dan sektor swasta untuk melawan ransomware secara bersama-sama.
Negara yang baru-baru ini memutuskan untuk bergabung diantaranya Bosnia dan Herzegovina, Bulgaria, Kolombia, Prancis, Hungaria, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Portugal, Spanyol, Swiss dan Inggris. Diharapkan akan semakin banyak lembaga penegak hukum dan organisasi di sektor swasta yang ikut bergabung dalam program ini dalam beberapa bulan mendatang.
Tujuan dari portal online www.nomoreransom.org adalah menyediakan sumber daya yang bermanfaat bagi korban ransomware. Pengguna dapat menemukan informasi tentang apa itu ransomware, cara kerjanya dan, yang paling penting, bagaimana melindungi diri mereka sendiri.
Selama dua bulan pertama, lebih dari 2.500 orang telah berhasil mendekripsi data-data mereka tanpa harus membayar uang tebusan, menggunakan alat dekripsi utama pada platform (CoinVault, Wildfire dan Naungan). Hal ini menyebabkan kerugian, mencapai USD 1 juta, bagi penjahat cyber dari hasil uang tebusan para korban.
Dengan semakin banyaknya lembaga penegak hukum bersama mitra dari sektor swasta lainnya bekerja sama, maka akan semakin banyak pula alat dekripsi yang dapat dibuat dan tersedia. Saat ini, sudah ada lima alat dekripsi yang tersedia di website.
Sejak peluncuran portal pada bulan Juli, telah ada penambahan WildfireDecryptor beserta dua alat dekripsi yang diperbarui yaitu RannohDecryptor (diperbarui dengan decryptor untuk ransomware MarsJoke alias Polyglot) dan RakhniDecryptor (diperbarui dengan Chimera).
Sumber: Kaspersky Lab
(mdk/bbo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pelaku ransomware Brain Cipher akan mengembalikan data-data yang terkunci. Benarkah?
Baca SelengkapnyaLodewijk memahami risikonya memang besar jika meminta bantuan ke FBI.
Baca SelengkapnyaPemerintah mengakui pelaku ransomware meminta tebusan.
Baca SelengkapnyaKelompok ransomware Brain Cipher merilis kunci enkripsi secara cuma-cuma kepada pemerintah Indonesia.
Baca SelengkapnyaBadan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengidentifikasi bahwa ada kemungkinan laman tersebut telah diretas
Baca SelengkapnyaSerangan siber Ransomware Brain Chiper menyerang Pusat Data Nasional Sementara di Surabaya.
Baca SelengkapnyaKelompok ransomware Brain Cipher mengakui bobol data PDNS 2 tak sulit.
Baca SelengkapnyaKeduanya tiba di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta pada pukul 13.30 WIB.
Baca SelengkapnyaRapat tersebut untuk membahas evaluasi server PDNS yang diretas.
Baca SelengkapnyaIndonesia geger, karena server Pusat Data Nasional (PDN) diretas ransomware dan pemerintah menyatakan hanya pasrah.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah daftar negara yang paling banyak diserang ransomware
Baca SelengkapnyaHampir sepertiga insiden serangan siber didominasi oleh ransomware.
Baca Selengkapnya