Penjelasan Sains tentang Orang Suka Telat, Ada Risiko Kepribadian yang Serius jika Tak Berubah
Sains mengungkapkan ada risiko serius jika perilaku sering terlambat diabaikan.
Sains mengungkapkan ada risiko serius jika perilaku sering terlambat diabaikan.
Penjelasan Sains tentang Orang Suka Telat, Ada Risiko Kepribadian yang Serius jika Tak Berubah
-
Mengapa orang sering begadang? Kecenderungan untuk begadang sering kali dikaitkan dengan faktor genetika dan usia. Orang dengan chronotype malam cenderung memiliki kebiasaan tidur larut malam dan bangun lebih siang.
-
Kenapa orang sering begadang? Banyak orang memilih begadang karena merasa malam adalah waktu yang paling produktif.
-
Apa saja dampak buruk kebiasaan menunda? Kebiasaan menunda-nunda ini jika dibiarkan terus-menerus dapat menimbulkan dampak buruk, seperti tertinggal dalam karir, kehilangan waktu secara sia-sia, dan target pekerjaan yang tidak tercapai.
-
Mengapa orang cerdas cenderung begadang? Penelitian juga mengaitkan kecerdasan tinggi dengan kebiasaan begadang. Meskipun mungkin tidak ideal untuk kesehatan fisik atau komitmen olahraga pagi, hal ini dapat menjelaskan mengapa seseorang cenderung tetap terjaga ketika orang lain sudah tidur nyenyak.
-
Siapa yang meneliti hubungan antara anak yang suka begadang dan kecerdasan? Penelitian oleh London School of Economics menunjukkan bahwa orang dewasa cerdas lebih mungkin untuk begadang dan memulai kebiasaan itu sejak usia dini.
-
Kenapa workaholic bisa rugi kesehatan mental? Dampaknya pada kesehatan mental Anda juga tidak bisa diabaikan. Fokus yang terus-menerus pada pekerjaan dapat menyebabkan kelelahan, kepenatan, dan tingkat stres yang tinggi.
Banyak dari kita pasti mengenal seseorang yang selalu terlambat, seseorang yang tampaknya memiliki kebiasaan buruk dalam hal ketepatan waktu.
Meskipun sering menjadi bahan ejekan di antara teman-teman, namun keterlambatan ini bisa menimbulkan stres dan memiliki konsekuensi serius, mulai dari ketinggalan rapat kerja hingga agenda-agenda penting lainnya.
Dilansir dari BBC Since Focus, Rabu (8/5), penelitian menunjukkan bahwa keterlambatan seringkali berkaitan dengan skor yang rendah pada tes kepribadian mengenai kesadaran dan neurotisisme, atau dalam bahasa yang lebih positif, seseorang mungkin terlalu santai.
Sikap terlambat ini juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya tempat seseorang dibesarkan. Misalnya, budaya di beberapa negara, seperti Brasil yang cenderung lebih santai dibandingkan di Amerika.
Ada juga fenomena psikologis yang disebut sebagai 'optimis terhadap waktu', di mana seseorang cenderung meremehkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas. Masalahnya, perilaku menunda-nunda juga bisa memengaruhi kemampuan seseorang untuk tiba tepat waktu.
Faktor lain yang memengaruhi adalah kebiasaan rutinitas yang membuat seseorang terlalu akrab dengan rute tertentu, seperti perjalanan dari rumah ke tempat kerja.
Penelitian menunjukkan bahwa kita cenderung meremehkan waktu yang dibutuhkan untuk melewati area yang sangat kita kenal.
Terakhir, ada juga masalah dengan keengganan untuk tiba lebih awal. Datang tepat waktu sering kali membutuhkan datang lebih awal yang mungkin tidak disukai oleh beberapa orang karena harus menunggu.
Untuk mengatasi masalah ini, langkah sederhana namun efektif adalah membuat komitmen untuk datang lebih awal daripada waktu yang sebenarnya diperlukan untuk sampai ke tujuan.
Caranya, perkirakan waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan, tambahkan buffer tambahan, dan manfaatkan waktu tunggu tersebut untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan, seperti membaca atau bermain game online.