Keseruan Mengikuti Tradisi Timba Laor Kala Purnama di Ambon
Merdeka.com - Tua, muda, remaja, bahkan anak-anak berduyun-duyun menuju laut di malam hari. Gelap gulita, dipandu dengan obor dengan api yang menerangi. Mereka bukanlah mencari ikan laut, melainkan cacing laut. Orang Ambon menyebutnya Laor, moluska panjang menggeliat yang bagi sebagian orang menjijikkan. Namun punya protein yang melimpah dibandingkan ikan laut pada umumnya.
Jika obor dan lampu dipadamkan, sinar bulan purnama menjadi pembimbingnya. Baik masyarakat Ambon maupun bagi cacing laut berenang. Kemunculan laor memang beriringan dengan fenomena bulan purnama. Sinarnya yang begitu terang, menembus gelap gulitanya malam di lautan. Mencari mangsa binatang tak bertulang di sela-sela karang. Tradisi tahunan ini selalu dinanti, rela berbasah-basahan dan diselimuti dinginnya malam.
Kemunculan laor atau cacing laut hanya satu kali dalam satu tahun. Yakni pada bulan purnama Maret atau April. Kedua bulan tersebut sering terjadi purnama penuh atau biasa disebut Supermoon.
-
Apa itu 'Lampor'? Dilansir dari Liputan6.com, Lampor merupakan istilah yang berkaitan dengan fenomena keranda terbang di wilayah Jawa Tengah. Menurut cerita, ada entitas gaib yang mengendalikan keranda tersebut dan membawanya melintasi suatu tempat.
-
Bagaimana orang Sunda memancing ikan dengan Marak Beunteur? Cara menjalankan tradisi ini adalah dengan berkumpul di wilayah sungai yang diprediksi memiliki ikan berlimah. Kemudian, para pemuda bersama-sama mengatur posisi batu besar untuk menutup aliran air. Saat sudah terbendung, warga kemudian membuat rute jalur air menjadi lebih kecil sehingga ikan-ikan yang lewa mudah untuk ditangkap.
-
Apa yang ditemukan di Pulau Alor? Tim yang dipimpin oleh Associate Professor Michelle Langley dari Griffith University dan Professor Sue O'Connor dari Australian National University (ANU) menggunakan analisis mikroskopis canggih untuk menyelidiki manik-manik cangkang Nautilus dari Gua Makpan di pulau Alor, Indonesia.
-
Apa sumber makanan laron? Sumber makanan laronSelain tertarik dengan cahaya lampu, laron juga menyukai kayu karena itu sumber makanan utama mereka.
-
Di mana Lampor Opak lewat? Masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Opak, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengenal sebuah mitos bernama Lampor Opak. Penyebutan lampor itu mengacu pada sosok prajurit Kraton Laut Kidul dan prajurit Kraton Merapi yang biasa lalu-lalang melewati Sungai Opak.
-
Dimana nelayan menemukan hewan laut itu? Hewan laut aneh dan misterius ini tidak sengaja ditangkap kapal nelayan Jepang; Zuiyo Maru yang sedang berlayar disebelah timur Christchurch, Selandia Baru.
Tradisi Timba Laor ©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua
Saat purnama muncul, masyarakat Ambon segera merapat ke tepian pantai Nusaiwe dan Leitimur Selatan, Ambon, Maluku. Berbekal jaring tradisional yang disebut dengan nyiru-nyiru. Jaring bulat dengan gagang panjang sebagai pegangan. Lubang jaring yang kecil dipilih agar laor tidak mudah lepas kembali setelah ditangkap. Tak lupa baskom berisi sedikit air untuk menampung hasil tangkapan laor.
Jika tanpa alat bantu penerangan, mereka kesulitan mencari laor. Pasalnya obor, lampu, hingga petromaks akan menjadi pemandu cacing-cacing untuk berkumpul. Di bawah sinar benderang cacing laut yang sudah berkumpul segera dikeruk. Seketika jaring penuh dengan laor yang berenang mencari jalan keluar.
Tradisi Timba Laor ©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua
Beginilah penampakan laor atau cacing laut hasil tangkapan tradisi Timba Laor. Cacing dengan nama ilmiah Polychaeta yang tergolong pada filum Annelida. Cacing ini berasal dari zaman kambrium. Tepat dengan adanya fosil Polychaeta yang berumur 530 juta tahun yang lalu. Tubuhnya berwarna warni, mulai dari hitam, merah, hijau, cokelat, dan kuning.
Rata-rata panjang laor 3-5cm dan dengan kemunculan yang sangat jarang. Tampak menggeliat dan berenang mencari celah saat berada di dalam jaring. Jika dipegang, teksturnya licin, kenyal dan bagi yang tidak terbiasa akan meraasa geli. Cacing-cacing inilah nantinya akan diolah menjadi santapan yang kaya nutrisi.
Tradisi Timba Laor ©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua
Sebelum terjun ke laut, dilakukan doa dan ritual para pemangku adat. Tujuannya ialah agar hasil tangkapan laor melimpah. Pasalnya kekhawatiran selalu melanda, ada kemungkinan laor tidak muncul ke perairan dangkal. Tak hanya dikonsumsi, jika tangkapan melimpah masyarakat Ambon juga akan menjualnya ke pasar.
Memang susah-susah gampang saat menggiring laor. Jika tak jeli, laor akan memanfaatkan bebatuan karang untuk bersembunyi. Dalam satu kali jaring, setidaknya ada ratusan laor yang terperangkap. Tentu saja bumbu khas Ambon telah menanti, menyulap laor menjadi kudapan penggoyang lidah.
Tradisi Timba Laor ©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua
Cacing laut atau laor dipercaya memiliki kandungan protein 3x lipat lebih tinggi dibanding ikan laut. Kandungan vitamin B12 juga melimpah pada tubuh laor. Hanya dengan membersihkan kotoran pada tubuh laor. Kemudian memasaknya dengan bumbu yang kaya akan rempah.
Meski hanya satu tahun sekali namun keberuntungan berpihak pada masyarakat Ambon. Pada tahu 2018, laor muncul 2 kali pada bulan Maret. Selama 2 hari, mereka merayakan tradisi Timba Laor.
Tradisi Timba Laor saat ini menjadi festival resmi yang menggandeng dinas pariwisata. Mengemasnya menjadi acara tahunan untuk menarik animo wisatawan. Di Indonesia, tradisi serupa juga ditemukan di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Mereka menyebutnya dengan Nyale. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi warisan nenek moyang ini masih dipertahankan oleh masyarakat nelayan Jepara.
Baca SelengkapnyaWarga bisa menangkap ikan hanya bermodalkan tangan kosong.
Baca SelengkapnyaProses Morono memerlukan kesabaran ekstra. Para nelayan harus menunggu ikan-ikan kecil berkumpul di sekitar cahaya lampu selama 2-3 jam.
Baca SelengkapnyaTradisi ini menarik, karena karakter yang diarak merupakan hewan raksasa dan diiringi lampion serta obor bersama gema takbir
Baca SelengkapnyaUpacara Suku Ameng Sewang di Bangka Belitung ini telah masuk daftar Kekayaan Intelektual Komunal (KIK).
Baca SelengkapnyaSebuah ritual pembersihan laut oleh masyarakat pesisir ini hampir serupa dengan yang ada di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaPengambilan madu ini biasa dilaksanakan pada malam hari yang dilakukan oleh Pawang Tuhe (kepala pawang) yang dibantu dengan Pawang mude
Baca SelengkapnyaTradisi nyumbun dari Suku Duano Jambi ini mengandung makna mendalam.
Baca SelengkapnyaNadran laut merupakan wujud syukur antara manusia, alam serta Tuhan atas keberkahan laut yang melimpah.
Baca SelengkapnyaTradisi Taber Laut sendiri hampir dilakukan berbagai Suku Melayu di Kepulauan Bangka Belitung.
Baca SelengkapnyaSemaking bising suaranya, semakin senang warga mendengarnya.
Baca SelengkapnyaNirok Nanggok, tradisi masyarakat Belitung saat menangkap ikan ketika musim kemarau telah tiba.
Baca Selengkapnya