Apa itu Duck Syndrome? Gen Z Wajib Tahu Pengertian, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Ancaman mental anak-anak Gen Z, sebenarnya apa itu duck syndrome? Simak penjelasan berikut ini.
Ancaman mental anak-anak Gen Z, sebenarnya apa itu duck syndrome? Simak penjelasan berikut ini.
Apa itu Duck Syndrome? Gen Z Wajib Tahu Pengertian, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Pernahkah Anda melihat seekor bebek saat berenang di permukaan air? Meski tampak tenang, bebek tetap berusaha keras untuk mengayun kakinya sehingga tetap mengapung.
Ilustrasi tersebut yang menjadi awal mula munculnya istilah duck syndrome.
Kondisi di mana seseorang mungkin tampak tenang dan semua hal dalam hidupnya terlihat lancar, namun sebenarnya mereka dengan panik berusaha untuk mengikuti arus dan tetap bertahan.
Kondisi ini disebut dengan duck syndrome. Namun belum masuk dalam kategori masalah kesehatan mental.
-
Apa saja masalah kesehatan mental Gen Z? Salah satu masalah utama yang dihadapi Gen Z adalah kecemasan yang intens. Mereka tumbuh di dunia yang terhubung secara digital, yang meskipun membawa manfaat, juga membawa tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka merasa terisolasi dan kesepian, terutama karena tekanan media sosial dan perasaan takut ketinggalan.
-
Apa masalah kesehatan mental yang sering dialami generasi Z? Selama pandemi COVID-19, terdapat peningkatan gejala cemas, depresi, kesepian, dan kesulitan berkonsentrasi pada 4.6 persen remaja.
-
Bagaimana cara mengatasi masalah mental Gen Z? Untuk mengatasi masalah kesehatan mental yang dihadapi Gen Z, langkah-langkah berikut perlu diterapkan: 1. Peningkatan Kesadaran 2. Akses Layanan Kesehatan Mental Diperlukan akses yang mudah ke layanan kesehatan mental, termasuk bantuan psikologis, terutama di luar Pulau Jawa. 3. Pendidikan Kesehatan Mental Sekolah dan keluarga perlu memberikan pendidikan tentang kesehatan mental kepada Gen Z, sehingga mereka dapat mengenali dan mengatasi masalah kesehatan mental dengan lebih baik. 4. Dukungan Sosial Teman, keluarga, dan masyarakat harus memberikan dukungan sosial kepada Gen Z untuk membantu mereka mengatasi stres dan tekanan dalam hidup mereka. 5. Penggunaan Media Sosial yang Sehat Gen Z perlu diajarkan tentang penggunaan media sosial yang sehat, seperti mengelola waktu layar dan menghindari perbandingan yang merugikan dengan orang lain di platform tersebut.
-
Bagaimana cara mencegah masalah kesehatan mental generasi Z? 'Program ini diharapkan dapat menjadi pusat pembelajaran keluarga untuk mencegah dan menangani masalah kesehatan mental,' tambahnya.
-
Kenapa kesehatan mental generasi Z lebih rentan? Angka ini menunjukkan bahwa kesehatan mental generasi Z (kelahiran 1997-2012) lebih rentan atau rapuh dibandingkan dengan generasi milenial (kelahiran 1981-1996) dan boomers (kelahiran 1946-1964).
-
Kenapa Gen Z gampang stres? Gen Z menghadapi berbagai tekanan yang kompleks dalam hidup mereka. Pandemi COVID-19, ketidakpastian dalam kehidupan sosial, pendidikan, dan pekerjaan, semuanya merupakan faktor yang menyebabkan stres.
Ilustrasi “mengayuh dengan panik” meski tetap mempertahankan sikap luar yang tampak tenang bisa jadi kondisi yang sangat nyata untuk sebagian orang.
Namun apa itu duck syndrome sebenarnya? Dikutip dari laman halodoc.com, Selasa (21/11) berikut informasi selengkapnya.
Apa Itu Duck Syndrome?
Stanford Duck Syndrome atau 'Syndrome Bebek' pertama kali diciptakan di Stanford University.
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi mahasiswa yang terlihat tenang, namun sebenarnya sedang panik berusaha memenuhi tuntutan hidup.
Tekanan pada diri mereka untuk berhasil atau merasa bahwa mereka harus memenuhi ekspektasi yang tinggi.
Kondisi ini bisa dialami banyak orang ketika mencoba dan menciptakan ilusi kehidupan yang sempurna, namun diam-diam bekerja keras untuk menjaga semuanya tetap terkendali.
Apabila seseorang merasakannya, kemungkinan akan merasa takut dengan apa yang akan dipikirkan orang lain jika mereka mengetahui bahwa hidup kamu tidak sempurna.
Barangkali kita mungkin merasa bahwa tidak ada yang bisa memahami apa yang kamu alami.
Gejala Duck Syndrome
Duck syndrome memang memiliki kesamaan dengan beragam penyakit mental, namun sebenarnya belum masuk dalam klasifikasi penyakit mental.
Beberapa gejala duck syndrome yang mungkin dirasakan seseorang muncul saat mereka mengalami stres yang luar biasa.
Namun di saat yang sama mencoba untuk memasang wajah tenang, seolah segalanya sempurna dan mudah.
Beberapa gejala yang mungkin dialami adalah:
- Merasa kewalahan atau seperti semuanya ada di luar kendali.
- Kesulitan menenangkan pikiran.
- Merasa buruk tentang diri sendiri, kesepian, atau membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan percaya bahwa orang lain lebih baik.
- Merasa gugup.
- Gejala fisik termasuk energi rendah, sulit tidur, ketegangan otot, mual, atau mulut kering.
- Gejala kognitif seperti terus-menerus khawatir, pelupa, pikiran berlomba, kesulitan fokus, dan penilaian yang buruk.
- Perubahan perilaku termasuk perubahan nafsu makan, suka menunda-nunda, atau perilaku gugup seperti gelisah atau menggigit kuku.
Cara Mengatasi Duck Syndrome
Depresi dan kecemasan merupakan salah satu akibat dari duck syndrome. Namun perlu untuk mengetahui cara mengatasinya supaya tidak semakin parah.
Beberapa metode serupa untuk mengobati depresi dan kecemasan bisa jadi pilihan. Di antaranya:
1. Terapi
Terapi bisa jadi salah satu cara untuk mengatasi duck syndrome. Psikoterapi dapat membantu kita mendapatkan perawatan dan menemukan orang untuk membimbing kamu mengatasinya.
Selain itu, bila kita merasa seolah-olah tuntutan hidup terlalu banyak, terapi dapat membantu kamu merasa lebih rileks dan bahagia.
Menemukan terapi yang tepat sangat penting untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan dan butuhkan dari terapi.
Selama sesi, terapis dapat menjelaskan bagaimana perawatan dapat membantu.
2. Pengobatan
Konsumsi obat untuk kecemasan dan depresi mungkin bisa jadi bagian dari pengelolaan gangguan mental ini, dan gejalanya mungkin tumpang tindih dengan kondisi ini.
Obat antidepresan atau anti-kecemasan dapat membantu meringankan gejala yang terkait dengan kondisi ini.
Sebelum mengonsumsi obat, pastikan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Dokter mungkin menyarankan pengobatan dan menjelaskan manfaat dan efek sampingnya.