Heboh 2 Artefak Ditemukan di Kawasan Galunggung Bikin Geger, Begini Kata Pakar Arkeologi
Sebuah punden berundak ditemukan di kawasan Gunung Galunggung Tasikmalaya.
Warga di Tasikmalaya menemukan peninggalan artefak pada masa Hindu Budha yang berupa punden berundak di tengah kebun warga. Namun, punden berundak itu berbeda dengan di tempat lain. Hanya merupakan simbol ketaatan masyarakat Sunda Kuno terhadap agamanya yaitu Hindu Budha.
Punden berundak tersebut terdiri dari tiga tingkatan, yang melambangkan trimurti. Seorang arkeolog senior dari Universitas Indonesia menyampaikan fakta penting yang dapat dipercaya oleh masyarakat sebagai pedoman terhadap penafsiran artefak tersebut.
Lantas, bagaimana penjelasan peninggalan artefak pada masa Sunda kuno di Tasikmalaya? Simak ulasannya sebagai berikut.
Penemuan Artefak di Tasikmalaya
Sebuah video yang diunggah oleh channel Youtube Angelick Vaulina memperlihatkan seorang arkeolog bernama Agus Aris Munandar menjelaskan tentang penemuan artefak di tanah Sunda yaitu berupa punden berundak.
Artefak tersebut ternyata peninggalan pada masa lalu saat masyarakat Sunda menganut agama Hindu Budha. Di puncak punden berundak itu terdapat tiga batu menhir yang disusun sejajar.
“Ini punden berundak, bukan candi, bukan makam. Undakannya tiga, sesuai dengan pembagian tiga gunung Mahameru. Kalau kembali ini gunung Mahameru, itu gunung Galunggung. Jadi ekspresi dari Galunggung ke ketiruan gunung. Mengapa tiga? Kaki, lereng, puncak,” ucap Agus .
Mirip Punden Berundak di Gunung Penanggungan
Menurut Agus, jika punden berundak di Tasikmalaya tersebut terdiri dari tiga dewa yang berbeda dengan punden berundak pada masa prasejarah. Selain itu, masyarakat Sunda juga tidak memerlukan arca untuk memuja ketiga dewa tersebut.
“Saya bilang tadi bahwa orang Sunda tidak perlu candi, tidak perlu arcanya. Tapi perlu itu candi, itu arcanya. Itu Brahma, Wisnu, Siwa. Nggak perlu arca yang gagah-gagah,” jelas Agus.
Diketahui, punden berundak yang ada di Tasikmalaya itu juga mirip dengan punden berundak yang ada di Gunung Penanggungan, Jawa Timur.
“Ada, di Gunung Penanggungan. Cuma dia lebih berundak. Jadi dari samping dia terasnya begini (berundak). Di atasnya tiga altar. Ini satu, dua tiga. Tapi bukan (bentuk arca), karena masyarakat Sunda tidak butuh itu,” lanjut Agus Aris Munandar.
Sampai sekarang, masyarakat setempat masih menjaga keutuhan punden berundak peninggalan Hindu Budha tersebut sebagai salah satu bentuk kearifan lokal dan sejarah Nusantara.