Jejak Berdarah Pembantaian Israel di RS Kamal Adwan Gaza, Sosok Dokter Anak Palestina Jadi Simbol Perlawanan
Berikut jejak berdarah pembantaianyang dilakukan Israel di Rumah Sakit Kamal Adwan Gaza.
Kekejaman tentara Israel terhadap warga Gaza Palestina semakin merajalela. Baru-baru ini, pasukan Israel menyerbu Rumah Sakit Kamal Adwan Gaza pada Jumat (27/12. Pada serangan tersebut, mereka menahan Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Dr. Hussam Abu Safiya.
Menurut pejabat kesehatan, penahanan dokter anak ini dilakukan usai pasukan Israel membakar fasilitas kesehatan di Gaza utara dengan dokter dan pasien di dalamnya. Militer Israel sudah hampir tiga bulan memblokade dan memberikan serangan udara terus menerus terhadap RS tersebut dan sekitarnya.
Direktur jenderal Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, Munir al-Bursh mengatakan bahwa pengeboman RS Kamal Adwan ini menyebabkan beberapa departemen terbakar. Tak hanya itu, serangan Israel ini juga menewaskan dan melukai pekerja medis dan pasien Palestina.
Melansir dari Middle East Eye, sebanyak 350 orang berada di rumah sakit pada saat penggerebekan. Termasuk di antaranya 180 pekerja medis dan 75 orang yang terluka, menurut Kantor Media Pemerintah yang berpusat di Gaza.
Semua staf medis maupun pasien dan kerabat mereka yang tersisa dibawa keluar dari rumah sakit dengan todongan senjata. Mirisnya, mereka juga dipaksa untuk menanggalkan pakaian dan hanya diperbolehkan mengenakan pakaian dalam saja. Mereka kemudian dipindahkan ke lokasi yang tidak diketahui.
"Pasukan pendudukan telah membawa puluhan staf medis dari Rumah Sakit Kamal Adwan ke pusat penahanan untuk diinterogasi, termasuk direkturnya, Hussam Abu Safiya," ujar kementerian kesehatan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa puluhan dokter dibawa ke pusat penahanan untuk diinterogasi. Pada Sabtu (28/12), Kementerian mengonfirmasi bahwa Abu Safiya telah ditangkap oleh pasukan Israel.
Mirisnya, menurut Bursh kepada Al Jazeera, pasukan Israel sempat memukuli Abu Safiya dengan kasar sebelum penangkapannya. Ini bukan lah kali pertama pasukan Israel menyerang Rumah Sakit Kamal Adwan Gaza.
Lantas bagaimana jejak berdarah pembantaian Israel di Rumah Sakit Kamal Adwan Gaza tersebut? Melansir dari berbagai sumber, Minggu (29/12), simak ulasan informasinya berikut ini.
Jejak Berdarah Israel di RS Kamal Adwan Gaza: 25 Oktober
Ini bukanlah pertama kali Abu Safiya menjadi korban pasukan Israel. Melansir dari TRT World, penahanan pertama terjadi pada 25 Oktober. Saat itu militer Israel menembaki lantai tiga rumah sakit, dan mematikan generator oksigen medis rumah sakit. Akibatnya, dua bayi di unit perawatan intensif meninggal dunia.
Pasukan Israel kemudian menyerbu rumah sakit dan memerintahkan semua pasien untuk berkumpul di halaman tengah. Ratusan orang ditangkap termasuk hampir seluruh staf rumah sakit.
Akan tetapi, Abu Safiya menentang perintah Israel dan menolak mengevakuasi pasien. Ia sempat ditahan selama penggerebekan sebelum kembali bertugas, seperti yang dilaporkan oleh majalah +972.
"Tentara Israel menahan saya dan menuntut saya untuk mengevakuasi rumah sakit," kata Abu Safiya kepada The Electronic Intifada.
"Saya menolak dan meyakinkan mereka bahwa hanya ada pasien di dalam. Namun, mereka menangkap 57 anggota staf, sehingga kami kekurangan dokter, terutama dokter bedah. Sekarang, hanya saya dan satu dokter anak lainnya yang tersisa," sambungnya setelah penyerangan.
Anak Abu Safiya Dibunuh Israel
Pembangkangan yang dilakukan oleh Abu Safiya membuat tentara penjajah Israel tidak terima. Tentara zionis kemudian menyerang pintu masuk rumah sakit dengan pesawat nirawak.
Serangan itu membuat putra Abu Safiya yang berusia 15 tahun meninggal dunia. Sang putra sebelumnya berlindung di lingkungan rumah sakit bersama keluarganya seperti ratusan warga Palestina terlantar lainnya.
"Saya menolak meninggalkan rumah sakit dan mengorbankan pasien saya, jadi tentara menghukum saya dengan membunuh putra saya," ungkap Abu Safiya berbagi dengan wartawan yang menghubunginya tentang situasi di rumah sakitnya.
Pada tanggal 26 Oktober, direktur rumah sakit dan dokter anak memimpin doa pemakaman untuk putranya di halaman rumah sakit.
Jejak Berdarah Israel di RS Kamal Adwan Gaza: 23 November
Belum berhenti di sana, pada 23 November malam, rumah sakit kembali menghadapi serangan langsung lainnya. Serangan pesawat nirawak menargetkan kantor Abu Safiya. Serangan diluncurkan beberapa saat setelah Abu Safiya keluar dari ruang operasi. Sehingga menyebabkannya terluka parah.
"Ini tidak akan menghentikan kami. Saya terluka di tempat kerja saya, dan itu adalah suatu kehormatan. Darah saya tidak lebih berharga daripada darah rekan kerja saya atau orang-orang yang kami layani. Saya akan kembali ke pasien saya segera setelah saya pulih," ujar Abu Safiya berbicara dari ranjang rumah sakitnya dalam pernyataan pers Whatsapp pada tanggal 24 November.
Pada bulan Desember, Palestine Mental Health Networks dan Doctors Against Genocide menanggapi komunikasi berkelanjutan yang dikirim oleh Abu Safiya. Dokter anak ini berbicara tentang memburuknya kondisi rumah sakit di Gaza akibat agresi Israel. Ia memohon kepada masyarakat Internasional untuk tidak tinggal diam. Apalagi sistem perawatan kesehatan Gaza dihancurkan secara sistematis, seperti yang dilaporkan Mondoweiss.
"Peluru telah menembus unit perawatan intensif, departemen bersalin, dan departemen bedah khusus, semua jenis senjata, termasuk tembakan penembak jitu, peluru tank, dan quadcopter" telah digunakan untuk menargetkan kamar bayi, bangsal bersalin, dan berbagai departemen lainnya di rumah sakit," kata Abu Safiya pada tanggal 23 Desember.
Abu Safiya mengatakan kepada Reuters melalui pesan teks bahwa menutup rumah sakit akan menjadi "hampir mustahil."
Jejak Berdarah Israel di RS Kamal Adwan Gaza: 27 Desember
Terbaru, pada Jumat (27/12), militer Israel kembali melancarkan operasi di area Rumah Sakit Kamal Adwan. Beberapa pasien perawatan intensif dipastikan meninggal usai tentara Israel membakar beberapa bagian Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara ketika mengevakuasi paksa fasilitas tersebut.
Pasukan Israel juga mengancam Abu Safiya dengan penangkapan apabila fasilitas tersebut tidak dievakuasi sepenuhnya.
Meskipun mendapat ancaman, Abu Safiya dan beberapa anggota staf medis rupanya tetap menolak untuk mematuhi perintah evakuasi. Beberapa pasien perawatan intensif meninggal setelah tentara Israel memutus pasokan oksigen mereka.
Atas keteguhan Abu Safiya yang terus berkata 'tidak' kepada Israel, Ia telah menjadi simbol perlawanan dalam menghadapi genosida yang dilakukan Israel di Gaza.