Ratu Elizabeth Cap Semua Orang Israel Teroris Sampai Ogah Injakkan Kaki di Negeri Zionis, Bagaimana dengan Raja Charles?
Berikut penjelasan Ratu Elizabeth mencap semua orang Israel sebagai teroris sampai tidak mau injak kaki di negara Zionis.
Mendiang Ratu Elizabeth II baru-baru ini menjadi sorotan dunia. Bagaimana tidak, hal ini ada kaitannya dengan Israel.
Dikatakan bahwa mendiang Ratu Elizabeth II semasa hidupnya menilai semua orang Israel sebagai teroris. Bukan hanya itu saja, mendiang pun sampai tidak mau menginjakk an kakinya di Israel.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh mantan Presiden Israel, Reuven Rivlin. Lantas bagaimana informasi selanjutnya? Bagaimana dengan Raja Charles yang kini berkuasa menggantikan Ratu Elizabeth pasca meninggal?
Melansir dari berbagai sumber, Senin (16/12), simak ulasan informasinya berikut ini.
Ratu Elizabeth Cap Semua Orang Israel Teroris
Melansir dari The New Arab, mantan Presiden Israel, Reuven Rivlin menghadiri acara gala yang memperingati 100 tahun Institut Teknologi Technion Haifa, London. Pada acara tersebut, Rivlin menyinggung soal mendiang Ratu Elizabeth II.
Ia mengatakan mendiang Ratu Elizabeth II percaya bahwa semua warga Israel merupakan 'teroris atau anak teroris'. Akibat dari pandangan tersebut, Ratu Elizabeth II menolak menerima pejabat Israel di Istana Buckingham.
"Dia menolak menerima pejabat Israel mana pun di Istana [Buckingham], kecuali untuk acara-acara internasional," ujar Rivlin.
"Hubungan antara kami (Israel) dan Ratu Elizabeth agak sulit," tambahnya.
Lebih lanjut, Rivlin mengungkapkan jika selama 70 tahun Ratu Elizabeth II menjabat, mendiang tidak pernah mengunjungi Israel. Meskipun mendiang Ratu melakukan kunjungan resmi ke banyak negara-negara di dunia. Sehingga membuat Ratu sering kali dianggap memiliki hubungan yang tegang dengan Israel.
Keluarga Kerajaan Dilarang ke Israel
Melansir dari Middle East Eye, setelah kematian Ratu Elizabeth II pada September 2022, presiden kehormatan kelompok Conservative Friends of Israel (CFoI) yang berpengaruh, Stuart Polak mengklaim bahwa 'keluarga kerajaan dilarang oleh Kementerian Luar Negeri Inggris untuk mengunjungi Israel'.
Bukan hanya itu saja, mantan pemimpin redaksi Haaretz David Landau sempat menulis pada tahun 2012 tentang tidak pernahnya Ratu Elizabeth mengunjungi Israel. Ia mengatakan bahwa Sang Ratu yang luar biasa dan penuh dedikasi ini bukanlah boneka siapa pun.
"Jika dia ingin mengunjungi negara Yahudi atau meminta salah satu keluarga dekatnya mengunjunginya, dia bisa memaksakannya, dan mendapatkan apa yang diinginkannya," jelasnya.
Akan tetapi, cucu sang Ratu yakni Pangeran William diyakini menjadi satu-satunya bangsawan Inggris yang mengunjungi Israel dalam kapasitas resmi, selama acara kemerdekaan Israel, yang dikutuk oleh banyak warga Palestina dan aktivis.
Spekulasi Sikap Negatif Ratu Elizabeth II
Beberapa orang berspekulasi mengenai alasan Ratu Elizabeth II memiliki sikap negatif terhadap Israel. Diduga hal itu karena pemberontakan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata Zionis terhadap mandat Inggris di Palestina pada tahun 1940-an, sebelum deklarasi kemerdekaan Israel.
Saat mengunjungi Yordania pada tahun 1984, Ratu Elizabeth II dilaporkan sempat berkata "Betapa menakutkannya" saat jet tempur Israel terbang melintas di langit menghadap Tepi Barat yang diduduki.
Ratu Nour, istri Raja Hussein dari Yordania saat itu pun menjabat pun menjawabnya "Ini mengerikan". Ratu Elizabeth II kemudian dilaporkan diperlihatkan peta yang menggambarkan lokasi pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat dan berkata: "Peta yang menyedihkan."
Bagaimana dengan Raja Charles?
Rivlin mengatakan pada hari Minggu bahwa Raja Charles, putra mendiang Ratu Elizabeth II, selalu 'sangat ramah' dibandingkan dengan ibunya. Setelah sang putra, Pangeran William berkunjung, Raja Charles juga melakukan kunjungan resmi ke Israel sebagai Pangeran Wales pada Januari 2020.
Ia juga mengunjungi Tepi Barat yang diduduki. Raja Charles saat itu menyatakan "keinginan terbesarnya agar masa depan akan membawa kebebasan, keadilan, dan kesetaraan bagi seluruh warga Palestina".
Pada bulan Juli tahun ini, Raja Charles mengatakan bahwa Inggris berkomitmen terhadap solusi dua negara dengan Israel yang aman dan terjamin serta negara Palestina yang kuat dan berdaulat. Pernyataan tersebut menegaskan kembali posisi resmi pemerintah yang sudah lama ada.
Kontroversi mengenai monarki Inggris dan Israel ini rupanya juga telah menyentuh generasi muda bangsawan. Pemerintah Israel dilaporkan "kecewa" saat Pangeran William, pewaris takhta, menyerukan diakhirinya perang di Gaza pada bulan Februari lalu.
Akan tetapi, pihaknya memutuskan untuk tidak mengkritik Pangeran William lebih jauh di depan umum. Sebab, mereka tidak ingin terlibat dalam konflik atau berselisih dengan calon raja.