Asal-Usul Lahirnya Resto Dapur Solo, Berawal dari Bisnis Garasi Rumah
Merdeka.com - Indonesia memiliki banyak resto dengan kuliner khas tradisionalnya. Salah satunya adalah Dapur Solo. Sebelum menjadi sebuah resto besar dan memiliki banyak cabang, Dapur Solo berawal dari usaha garasi rumah.
Nyonya Swan Kumanga sebagai pendiri Dapur Solo di beberapa kesempatan menceritakan awal mula dia mendirikan Dapur Solo. Ini dimulai saat dia menjual rujak buah dan jus di garasi rumahnya. Dia berjualan untuk mendapatkan pemasukan tambahan. Sebab sang suami tidak mengizinkannya untuk bekerja di kantor.
Sebagai perempuan yang sejak kecil terbiasa berdagang, Swan merasa jenuh saat seharian penuh berada di rumah hanya mengurus anak.
-
Mengapa Ibu Dhita memulai usaha makanan? Alasannya sederhana, Dhita suka makanan berbahan ikan laut.
-
Mengapa Nuraini memulai usaha kue rumahan? Situasi yang cukup sulit ini, memaksa Nuraini mencari cara untuk memutar penghasilan. Dengan sisa tenaga yang ada, Ia memberanikan diri untuk kembali memulai usaha kue rumahan melalui brand 'Dapur Sus and Cake'.
-
Bagaimana Mulyani memulai bisnis kue? Seiring waktu, Mulyani mulai berbagi resep kue kepada pelanggan di tokonya. Beberapa pelanggan tertarik belajar membuat kue pada dirinya. Awalnya, Mulyani tidak menarik tarif kepada para peserta belajar membuat roti. 'Lalu mulai berbayar Rp5 ribu, kemudian belajar bikin macem-macem roti jadi bayar Rp10 ribu,' jelasnya.
-
Bagaimana cara dia memulai usaha roti? “Iseng-iseng cari resep roti di YouTube dan akhirnya setelah enam bulan uji coba barulah menemukan resep paten dan jualan roti,“ katanya lagi.
-
Kenapa Bu Dar mendirikan dapur umum di Surabaya? Saat itu ia berpikir para pemuda yang maju bertempur pasti tidak kepikiran bagaimana nanti mereka bisa mendapatkan makanan.
-
Bagaimana Ibu Putri memulai usaha batiknya? Berawal dari Pandemi Putri bercerita ia merintis usaha batik itu waktu masa pandemi COVID-19. Waktu itu ia termasuk salah satu warga yang kena COVID-19.Setelah pandemi mereda, kampungnya mengadakan pelatihan membatik. Saat itu Ibu Putri tidak ikut sebagai peserta. Di sana ia bertugas sebagai tukang masak. Namun di sela-sela waktu, ia ikut melihat proses membatik itu.Selesai pelatihan, ia mengambil sisa limbah untuk dibawa pulang. Selama mengisi hari-hari di rumah, ia memanfaatkan waktu untuk belajar membatik secara autodidak di rumah. Lama-lama ia ketagihan membatik. Mulai saat itulah Ibu Putri mantap untuk merintis usaha batik.
Swan bercerita ketika usianya 14 tahun, dia memacu dirinya untuk bisa hidup mandiri setelah sang ayah wafat. Mau tidak mau, Swan harus membantu sang ibu yang berjualan warung kelontong. Ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Swan juga terlatih membuat telur asin. Kehidupan itulah yang membuat Swan sulit berdiam diri di rumah tanpa adanya aktivitas.
Jenjang pendidikan yang ditempuh Swan cukup baik. Dia berhasil menamatkan pendidikan di tinggi pariwisata di Bandung selama dua tahun. Jurusan itu dia pilih demi menghemat biaya. Lulus dari pendidikan pariwisata, Swan kemudian menikah dan tinggal di Jakarta.
Menikah dan Dikarunia Anak
Di usia 24 tahun, Swan dikaruniai 1 orang anak. Selama itu pula Swan hanya berkutat mengurus pekerjaan domestik. Dia akhirnya mulai berdagang rujak dan jus buah di garasi rumahnya. Makanan rujak dipilih karena dia hampir setiap hari makan rujak.
Selain itu, menjual rujak dan jus buah tidak perlu memiliki modal yang besar, cukup memanfaatkan cobek dan blender yang dimilikinya untuk memulai bisnis.
Swan mempromosikan bisnis rujaknya itu melalui selebaran brosur. Dia menulis brosur secara manual menggunakan spidol, kemudian dicopy dalam jumlah banyak, dan disebar ke satu komplek tempat dia tinggal. Pada brosur itu tertera nomor telepon. Sehingga ketika pelanggan ingin memesan rujak, dapat menghubunginya melalui telepon. Kondisi itu berlangsung selama satu tahun.
Di tahun kedua, penjualan rujak Swan mulai menurun. Dia bertanya kepada sang suami mengapa bisnis rujaknya menurun. Suami Swan kemudian menyarankan agar Swan tidak hanya menjual rujak namun menu yang dapat dimakan setiap hari.
Buat Gado-Gado
Dia terpikir membuat gado-gado. Jika gado-gado di Betawi bumbu kacang diulek terlebih dahulu, maka gado-gado Solo cukup disiram dengan saus kacang. Swan cukup percaya diri dengan rencana membuat gado-gado khas Solo.
Satu waktu, tetangganya memesan gado-gado yang dia mulai rintis. Namun, karakteristik saus gado-gado tersebut terlalu encer. Swan salah mengolah saus kacangnya. Dia kemudian baru mengetahui kalau proses membuat saus kacang yaitu digiling bukan diblender.
Swan memperbaiki menu. Dia kembali mengirim gado-gado ke tetangga yang sempat komplain. Hasilnya , tetangga tersebut mengaku puas dengan rasa gado-gado Swan. Lambat laun bisnis masakan rumahan Swan semakin laris. Hingga ia akhirnya pindah dari garasi kecil ke sebuah ruko di daerah Sunter, Jakarta Utara. Pelanggannya pun semakin bertambah.
Dari situ, Swan mematenkan nama Dapur Solo sebagai merek bisnisnya. Dia pun baru berani membuka cabang Dapur Solo setelah resmi memiliki hak paten merek Ny. Swan Dapur Solo. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cerita Exs Barista, Kini Sukses Jualan Sayur di Pasar Tradisional.
Baca SelengkapnyaBerkat bantuan KUR BRI, warung miliknya bisa naik kelas dan tetap menghadirkan menu legendaris sejak 1994
Baca SelengkapnyaSeorang wanita paruh baya pilih berjualan di tengah hutan dan gunung selama 24 jam sehari untuk penuhi kebutuhan keluarganya.
Baca SelengkapnyaDia begitu berani berjualan di warung miliknya yang terletak di tengah hutan belantara.
Baca SelengkapnyaNunung ternyata memiliki usaha di bidang kuliner. Nunung memiliki usaha katering makanan rumahan.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang perempuan yang memutuskan untuk resign dari kantor dan merintis usaha dari nol di kampung halaman.
Baca SelengkapnyaRaffi Ahmad siap memberikan modal untuk Nunung mencari tempat usaha. Sebab, selama ini, Nunung menjual produknya secara online.
Baca SelengkapnyaSebelum sukses mengembangkan D'Kriuk, hampir 17 kali, Iksan Juhansyah dan keluarga berpindah-pindah tempat tinggal.
Baca SelengkapnyaIbu-ibu ingin terus bergerak melalui usaha katering agar tetap berdaya
Baca SelengkapnyaSaat ini, Nisa mampu memproduksi 8.000 potong risol yang dia jual ke Jabodetabek dan luar Pulau Jawa seperti Makassar.
Baca SelengkapnyaPandai memanfaatkan peluang menjadi salah satu kunci penting bagi keberhasilan suatu usaha.
Baca SelengkapnyaKata-kata pepatah yang berbunyi “kehidupan seperti roda sedang berputar” menggambarkan kehidupan Yati.
Baca Selengkapnya