Dulu Hidup Melarat dan Sempat Tak Makan Dua Hari, Kini Jadi Pengusaha dengan 300 Karyawan
Takdir membawa Ferry menjadi pribadi mandiri dan menjadi pengusaha ulung.
Hidup terbiasa serba cukup, membuat Ferry Atmaja tidak hidup mandiri. Semuanya serba bergantung dengan orang tua. Hingga akhirnya, takdir membawa Ferry menjadi pribadi mandiri dan menjadi pengusaha ulung dengan 300 karyawan yang tersebar di Yogyakarta dan sekitarnya.
Dalam wawancaranya yang diunggah akun Youtube Pecah Telur, Ferry bercerita awal mula menjadi pebisnis yaitu saat sang ayah meninggal dunia. Dia Bersama kakak, dan ibu yang tidak bekerja secara otomatis beradaptasi agar bisa memiliki pendapatan demi menyambung hidup.
-
Siapa yang sukses jadi pengusaha di usia muda? Hal ini telah dibuktikan Via, yang dulunya hanya seorang pembantu dengan penghasilan Rp20.000 sehari. Namun, kini Via telah menjadi pengusaha muda yang sukses dan mandiri.
-
Bagaimana karyawan tersebut menjadi terkenal? Insiden ini menjadi viral di media sosial setelah seorang netizen bernama Xiiao Liingzz mengunggah video dan foto Alice Chang, yang tampaknya berasal dari akun Xiaohongshu miliknya.
-
Bisnis apa yang dimiliki orang terkaya di Sumatera Utara? Bayan Resources Tbk adalah perusahaan yang fokus pada eksplorasi, penambangan, dan pemasaran batubara di Indonesia.
-
Bagaimana orang kaya makin kaya? Faktanya, mereka memperoleh kekayaan hampir dua kali lipat dalam bentuk uang baru dibandingkan dengan 99% total penduduk di dunia ini.
-
Bagaimana pria ini mencapai kesuksesannya? Hidup dalam keterbatasan sejak kecil Dikutip dari akun Instagram @kvrasetyoo, Kukuh membagikan kisah hidupnya yang berliku. Sejak kecil dia kurang mendapat kasih sayang orang tua karena ayahnya bekerja seharian sebagai sopir, dan ibunya juga bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Belum lagi kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sehingga menuntutnya agar hidup lebih mandiri. Sebagai anak sulung, Kukuh mulai menaruh perhatian dan bertekad ingin membantu keluarganya.
-
Siapa pengusaha sukses asal Sumut itu? Marihad Simon Simbolon adalah sosok penting di balik suksesnya sebuah perusahaan yang bergerak di bidang logistik, perminyakan, dan industri kelapa sawit.
"Dulu saya orang yang cukup manja saat masih ada ayah, karena kami cukup berada saat itu. Hingga ayah saya meninggal saat saya masih duduk kelas 2 SMP,"ujar Ferry dikutip Kamis (9/1).
Tak mau menjadi beban bagi ibu, semakin dewasa, Ferry memutuskan untuk merintis usaha skala kecil, mulai dari menjual baju dan aksesoris.
Kendati berjuang keras menjadi hidup mandiri, Ferry tidak mengabaikan Pendidikan tingginya. Dia tetap menyelesaikan sarjana Teknik Industri, sambil berjualan baju.
Setiap berangkat kuliah, Ferry menenteng tas berukuran besar. Di dalamnya ada beberapa potong baju untuk dijual kepada mahasiswa atau orang sekitar kampus.
Berjualan Online
Dia juga bercerita, berjualan baju dilakukan secara offline dan online melalui situs komunitas online, KasKus.
Selayaknya sebuah bisnis, Ferry juga mengalami naik turun. Misalnya saja, banyak pembeli yang berutang dan bahkan tidak membayar baju dagangannya. Namun, dia tak mau putus asa.
Hingga kemudian, jualan bajunya mulai terus merangkan naik jelang Ramadan.
"Satu kaos saya ambil untung Rp5.000, puncaknya saat Ramadan saya bisa jual 20.000 pcs kaos dalam kurun satu bulan dibantu kakak juga. Uang ini yang kemudian cikal bakal saya menjadi modal wirausaha saya saat ini," kenangnya.
Seiring berjalannya Waktu, Ferry semakin yakin untuk berwirausaha setelah lulus kuliah. Dia tidak ingin bekerja sebagai karyawan. Namun keputusan itu mendapat penolakan dari sang ibu.
Ditentang Ibu
Setelah resmi menjadi sarjana, Ferry mengutarakan keinginannya kepada sang ibu bahwa dia ingin menjadi wirausaha dibandingkan melamar pekerjaan.
Namun keinginan Ferry mendapat penolakan. Sang Ibu ingin agar Ferry bekerja formal, dan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
"Saya sudah sarjana, saya tidak lamar kerja dan di sini (keinginan berwirausaha) tidak direstui. Orang tua banyak anggap kerjaan impian itu ya PNS. Saya tidak memaksa dan tidak membantah ibu saya hanya karena saya ingin berwirausaha," ucapnya.
Agar tidak menyakiti hati ibu, Ferry menyebar surat lamaran ke beberapa perusahaan, dan hasilnya tak kunjung memuaskan. Tak pernah ada panggilan kerja yang menghampirinya.
"Mungkin karena niat saya setengah-setengah," celetuknya.
Selama mencari kerja, Ferry lebih banyak menghabiskan Waktu di rumah. Ini yang kemudian membuat sang ibu rishi dan tidak nyaman karena sang anak tidak kunjung mendapat kerja.
"Ketika nganggur di rumah, orang tua pusing, akhirnya Ibu bilang terserah mau ngapain. Di situ saya akhirnya ajak ngobrol Ibu 4 mata minta doa restu. Saya ajak Ibu ke warung yang ramai,saya kasih arahan dan alhamdulillah Ibu setuju," kata Ferry.
Mulai Bisnis Pertama dan Alami Kebangkrutan
Dengan modal yang berhasil dikumpulkan dari menjual baju selama menjadi mahasiswa, Ferry membuka usaha kafe dengan menu unggulan jus Kesehatan.
Namun, usaha jus tersebut hanya bertahan 1,5 tahun. Dia mengaku Langkah pertamanya merintis bisnis tidak didasari ilmu. Padahal, kata Ferry, semua aspek kehidupan membutuhkan ilmu, baik dalam aspek keagamaan atau berniaga.
Ferry enggan berhenti sia-sia untuk mewujudkan mimpinya sebagai wirausaha. Dia akhirnya mengubah skema bisnisnya setelah mendapatkan pelajaran penting dalam berwirausaha.
"Sisa masa sewa di tempat jualan jus tadi tinggal 6 bulan, modal sudah habis, saya harus tahu positioning," kata dia.
Singkatnya, Ferry memilih untuk berjualan ayam geprek susu dengan pertimbangan pangsa pasar usahanya kali ini adalah mahasiswa kelas menengah ke bawah.
Modal untuk menjalankan usaha ini didapat Ferry dari rekannya Bernama Rudi.
"Beliau kasih aya modal Rp15 juta untuk beli bahan baku. Karena tempat dan sebagainya sudah tersedia," tuturnya.
Hingga pada 8 Januari 2014, Ferry memulai usaha ayam geprek susu (Preksu).
Pengalaman Pahit Tak Bisa Makan hingga 2 Hari
Pelan namun pasti, usaha Ayam Geprek Susu Ferry mulai berkembang. Di awal beroperasi, penjualan masih 20 porsi sehari. Itu pun hanya kerabat dekat yang membeli. Meski begitu, dia berpandangan, jalan atau tidaknya sebuah usaha bukan dilihat ramai saat pertama kali beroperasi. Melainkan, ada peningkatan volume setiap bulan.
Kondisi ini yang dialami Ferry. Dari hanya mampu menjual 20 porsi sehari, setiap bulannya volume penjualan terus bertambah menjadi 25, 30, hingga 50 porsi per bulan.
Ferry mulai membuka cabang Ayam Geprek Susu pertamanya, setelah dianggap cukup stabil.
Pada momen ini juga, Ferry membuat program makan gratis setiap orang puasa Senin-Kamis. Keputusan ini bukan sebagai strategis bisnisnya, melainkan tujuan Ferry berusaha yaitu beribadah dan menjadi manfaat bagi orang banyak.
Ada kisah pahit juga yang melatarbelakangi Ferry membuat program ini.
"Karena saya pernah merasakan tidak makan nasi dua hari, karena memang kondisinnya tidak ada. Bapak saya pernah ajak saya jalan kaki 5 km bawa baju untuk ditukarkan makan ke rumah makan padang dan semuanya menolak. Kami Kembali ke rumah dengan tanpa makan," kenangnya.
Pandemi Membawa Berkah
Usaha Ayam Geprek Susu milik Ferry semakin laris manis, dengan omzet mencukupi. Namun ujian Kembali harus dihadapi manakala pandemi Covid-19 merebak ke seluruh negara.
Ferry enggan memutus kerja dengan 300 karyawan yang sudah membantunya membangun usaha Preksu. Satu sisi, beban gaji tak sanggup dia tanggung tanpa ada pendapatan setelah banyak mahasiswa di Yogyakarta Kembali ke daerah asal.
Dia akhirnya mencari alternatif menu menyesuaikan pangsa pasar yang masih dapat dikembangkan. Maka dia menjatuhkan pilihan berjualan bakso, berangkat dari data bahwa 60 persen masyarakat menyukai bakso.
"Saya bangun strategi lagi dengan berjualan bakso tanpa mem-PHK karyawan Preksu," imbuhnya.
Soliditas tim yang bernaung di bawah manajemen usaha Terus Berbuat Kebaikan (TBK) milik Ferry, usaha yang awalnya hanya Ayam Geprek Susu, kini berkembang. Ferry memiliki lini usaha kuliner Bakso Pajero (Pakai Jeroan), Donut Jogja, dan masih banyak lagi.
Berkat usaha ini pula, setiap tahun Ferry memberangkatkan 3-4 karyawan untuk beribadah Umroh.
Dia berpesan kepada siapa pun yang ingin memulai usaha, agar terus bergaul dengan orang-orang yang memiliki kesamaan visi. Terpenting, selama menjalankan usaha, jadikan hal itu sebagai ibadah tanpa mengorbankan esensi tata niaga.