Kisah Pendiri HokBen, Resign Setelah 13 Tahun Bekerja Demi Bangun Bisnis Kuliner
Merdeka.com - Modal bisnis bukan hanya sekadar nekat, perencanaan dan riset yang matang menjadi tahapan penting dalam memulai bisnis. Prinsip ini yang diterapkan oleh Hendra Arifin, pendiri resto makanan siap saji Hokben.
Sebelum memutuskan untuk merintis bisnis kuliner, Hendra merupakan karyawan di sebuah perusahaan multinasional. Dia bekerja sudah 13 tahun. Satu waktu, Hendra terbesit untuk berhenti bekerja dan beralih menjadi pebisnis kuliner. Untuk merealisasikan itu, Hendra tidak gegabah.
Akun youtube Si Kutu Buku menceritakan bahwa Hendra melakukan riset secara matang dan menyiapkan segala hal untuk membangun bisnis. Hendra bahkan terbang ke Jepang untuk mempelajari dan membeli izin penggunaan merek. Di sana dia juga mempelajari sistem kerja karyawan Jepang untuk diaplikasikan di Indonesia. Saat semua riset dan persiapan sudah matang, Hendra berhenti bekerja dari perusahaan tempat dia bekerja belasan tahun.
-
Bagaimana cara mulai bisnis kuliner? Mulailah bisnis kuliner dengan modal terbatas dan raih keuntungan besar di Indonesia.
-
Apa yang harus dipertimbangkan saat memulai bisnis? Dia juga berpesan agar memperhatikan ketersediaan dana, setidaknya bisa mencakupi Pengeluaran tetap seperti gaji, sewa dan lain-lain.
-
Apa yang dilakukan pemilik restoran? 'Kami hanya menerima manusia dan hewan. Meskipun hanya kucing dan anjing sekalipun,' ujar pemilik toko.
-
Bagaimana mereka merintis usaha? Ketika itu ia hanya memiliki sisa uang Rp500 ribu, yang kemudian digunakan untuk modal usaha kue di rumah. Kondisi ini dirasakan berbeda, ketika dirinya bekerja di bank tersebut.
-
Apa kunci utama bisnis? Produk dan layanan adalah kunci utama dalam bisnis yang kita jalani.
-
Kenapa bisnis kuliner prospektif? Peluang menjanjikan dengan pertumbuhan industri kuliner 10,79% hingga 2025!
Keputusan Hendra ini sempat ditentang oleh keluarga dan rekan-rekannya di tempat kerja. Hendra bergeming pada pendiriannya yang akan membangun bisnis kuliner.
Maka di tahun 1985 di Kebon Kacang, Jakarta Pusat, Hendra mendirikan gerai pertamanya dan diberi nama Hoka-Hoka Bento yang artinya makanan bekal yang masih hangat. Menu utama yang dijual di resto Hoka-Hoka Bento umumnya masakan khas Jepang seperti teriyaki, katsu, egg roll, dan shrimp roll, yang telah disesuaikan dengan selera rasa orang Indonesia.
Resto dengan masakan Jepang selera lidah orang Indonesia itu disambut hangat. Sempat muncul topik, kalau nasi yang disajikan di Hokben dicampur dengan jelly karena tekstur nasi di resto tersebut berbeda dengan resto-resto makanan siap saji lainnya. Hendra menegaskan kalau beras yang digunakan merupakan beras organik tanpa ada campuran apapun. Sementara mayonaise khas Hokben merupakan resep rahasia perusahaan.
Hendra membangun resto makanan khas Jepang siap saji karena terinspirasi orang kantoran Jepang. Dia mengamati pekerja kantoran negeri sakura itu selalu menyantap makan siang dalam kotak bekal berbentuk bento.
Di awal operasional, Hokben hanya melayani layanan take away. Kemudian Hendra mengamati bahwa konsumen lebih suka dengan konsep makan di tempat. Konsep ini kemudian diterapkan. Hokben juga menerapkan standar pelayanan yaitu satu karyawan melayani satu konsumen. Ini bertujuan untuk memudahkan proses transaksi.
Di tahun 1990, Hendra membuka cabang pertamanya di Bandung, Jawa Barat. Kemudian, di tahun 2005, resto Hokben merambah ke Surabaya dan sekitarnya. Pada tahun 2010, ekspansi Hokben sampai ke wilayah Jawa Tengah dan Bali. Pada tahun 2019-2020, Hokben masuk ke Lampung, dan Medan.
Hendra tidak menerapkan sistem waralaba pada bisnisnya. Dia ingin agar rasa dan kualitas Hokben tetap sama dan terjaga di seluruh gerai yang tersebar di Indonesia. Untuk itu, dia mendirikan pabrik utama di Ciracas, Jakarta Timur dan pabrik hub di Bogor, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Surabaya Jawa Timur. Nantinya, stok makanan yang dijual di gerai-gerai Hokben didistribusikan dari pabrik utama dan pabrik hub, dengan kendaraan operasional milik Hokben.
Hendra terus beradaptasi dengan tren pasar. Pada tahun 2007, Hokben memiliki layanan call center. Tahun 2009 mendirikan layanan drive thru. Pada tahun 2012, setiap resto melayani multi cashier service seperti pembayaran dengan kartu debit.
Tahun 2016, perusahaan meluncurkan Hokben apps. Memasuki masa pandemi Covid-19, Hokben memiliki Hokben Kitchen yang hanya melayani pesan antar dan memudahkan para pengendara ojek online untuk mengambil pesanan konsumen.
Inovasi
Dari survei konsumen, Hendra Arifin, sebagai pendiri resto ini kemudian menyadari bahwa konsumen seringkali menyebut resto miliknya dengan sebutan Hokben, akronim dari Hoka-Hoka Bento. Hendra kemudian menjenamai Hoka-Hoka Bento menjadi Hokben.
Hendra juga melakukan rebranding logo restonya. Di awal pendirian resto Hokben pada tahun 1985, logo yang dipasang adalah dua orang anak kecil karakter kartun Jepang. Karakter anak laki-laki yang mengenakan baju biru bernama Taro, sedangkan anak kecil perempuan berbaju merah adalah Hanako.
Logo karakter dua anak itu terus melekat selama periode 1985 hingga 2013. Kemudian, dia mengubah logo Hokben dengan warna dasar kuning, dan hanya dua kepala karakter anak kecil sebelumnya. Warna ini dipilih mempertimbangkan elemen menarik jika dipasang di dinding, gelas atau objek lain.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cerita eks karyawan BUMN bangun bisnis keripik kentang rumahan.
Baca SelengkapnyaPencalonan Hendy disebut telah mendapat restu dari Ketum PSI Kaesang Pangarep
Baca SelengkapnyaDia memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai supervisor di sebuah perusahaan BUMN dan memilih untuk merintis usaha keripik kentang.
Baca SelengkapnyaUsaha yang telah dirintis dengan modal Rp300.000, kini telah menghasilkan omzet Rp20 juta.
Baca SelengkapnyaSetelah resign dari BUMN, pria ini menjalankan bisnisnya hanya dengan modal Rp300.000.
Baca SelengkapnyaTidak hanya diberi kemudahan pinjaman modal usaha, UMKM snack Super Heru ini juga diikutkan program BRI Inkubator.
Baca SelengkapnyaKini pria bernama Hendra itu menjadi sosok pengusaha sukses dengan omzet mencengangkan yang begitu menginspirasi.
Baca SelengkapnyaDalam 10 tahun, Arif sudah gagal merintis usaha hingga 13 kali.
Baca SelengkapnyaPerjuangan keras harus ditempuh pria bernama Hadi di usianya yang masih belia.
Baca SelengkapnyaPaman Amru bersedia menjadi mentor baginya tanpa bayaran, alias gratis. Bahkan, sang paman bersedia membantu Amru sampai satu bulan pertama.
Baca SelengkapnyaSaat berada di puncak kekayaan, sindrom Orang Kaya Baru (OKB) membawanya kembali ke titik terendah.
Baca SelengkapnyaUsaha rotinya terus berkembang dari yang mulanya coba-coba resep dari internet. Kini salah satu pelanggan tetapnya ada para menteri di Jakarta.
Baca Selengkapnya