Kisah Tanri Abeng nekat copot mantan ajudan Soeharto demi Garuda
Merdeka.com - Mantan Menteri BUMN Tanri Abeng berbagi cerita mengenai tugas berat di awal kepemimpinannya. Salah satunya mengangkat Garuda Indonesia dari keterpurukan karena utang besar.
"Saya diundang Pak Harto pada awal 1998, beliau itu minta saya masuk ke jajaran kabinetnya di Kementerian BUMN. Tugas saya selamatkan Garuda Indonesia," ucap Tanri Abeng saat peluncuran buku Transformasi Garuda Indonesia di Jakarta, Kamis (4/9).
Lantas, dia berpikir beberapa opsi penyelamatan Garuda Indonesia. Salah satu yang terlintas, menjual sebagian saham Garuda dan mengganti Direktur utama maskapai penerbangan tersebut. Solusi mengganti bos Dirut Garuda bukan persoalan mudah mengingat sosok itu adalah mantan ajudan Soeharto.
-
Siapa yang memimpin Dewan Garuda? Tak ingin ketinggalan, Kolonel Barlian pun membentuk dewan bernama Dewan Garuda pada tanggal 26 Desember 1956.
-
Kenapa Soeharto mau diracuni? “Rupanya tamu wanita yang tidak kami undang itu berencana meracuni kami sekaluarga,“ kata Soeharto.
-
Bagaimana Soeharto menyingkirkan jenderal? Di era Orde Baru, 'Didubeskan' atau dikirim menjadi Duta Besar adalah cara Soeharto menyingkirkan para jenderal di sekelilingnya yang dianggap tidak lagi sejalan atau bisa menjadi saingan.
-
Kenapa Soekarno ganti nama? Nama asli Soekarno, Kusno, diberikan oleh orang tuanya saat ia lahir pada tahun 1901. Namun, ketika ia masih kecil, Kusno sering jatuh sakit. Akibatnya, orang tua Kusno memutuskan untuk mengganti namanya menjadi 'Soekarno.'
-
Kenapa Soekarno berganti nama? Soekarno dahulu terlahir dengan nama Kusno. Kemudian sang ayah merubah namanya menjadi Soekarno lantaran sering sakit pada usia 11 tahun.
-
Siapa yang menggantikan Soeharto? Dia kemudian digantikan BJ Habibie sebagai Presiden ketiga RI.
Dia memberanikan diri menghadap Soeharto untuk mengutarakan solusinya itu. Tak disangka, Presiden Soeharto justru meminta Tanri Abeng untuk merombak seluruh jajaran direksi Garuda Indonesia.
"Dia (Soeharto) tertawa terbahak-bahak, dia katakan seluruh direksi harus diganti karena selama 7 tahun ada mafia di sana, spontan tanpa basa-basi saya laksanakan perintah itu," tegasnya.
Dia juga berpikir, untuk memberhangus mafia harus dilakukan dengan ide gila. Dia menawarkan pada mantan dirut Bank Niaga, Robby Djohan untuk membangkitkan Garuda dari keterpurukan.
"Ya sudah, saya bilang ke Robby, lu cari investor supaya ada investor masuk kita enggak ada duit. Garuda dinilai USD 1, negatif equity, bagaimana hadapi publik. Ada 8 kontrak berbau KKN yang besar nilainya itu," kata dia.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden Sukarno segera mencari sosok pengganti sementara panglima Angkatan Darat karena Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani diculik.
Baca SelengkapnyaPelaku yang belakangan diketahui punya kekerabatan dengan Ibu Tien membuat Soeharto tidak nyaman.
Baca SelengkapnyaSejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.
Baca SelengkapnyaPerjalanan karir militer seorang perwira tak bisa ditebak. Begitu juga dengan Kolonel Angkatan Darat ini.
Baca SelengkapnyaPresiden Soeharto menegaskan pergerakan yang ingin menjatuhkan dirinya dari kursi Presiden dipimpin oleh tokoh bernama Sawito.
Baca SelengkapnyaJenderal yang paling dipercaya ini tiba-tiba berani mengkritik sepak terjang anak presiden. Jabatan taruhannya.
Baca SelengkapnyaSoeharto murka ketika mobil-mobil yang akan diselundupkannya ke Jawa dicegah naik kapal.
Baca SelengkapnyaPrabowo satu-satunya menteri Jokowi yang berkorban untuk Garuda Indonesia.
Baca SelengkapnyaDulu bahu membahu mendirikan Orde Baru bersama Soeharto. Sang Jenderal pecah kongsi kemudian
Baca SelengkapnyaDikenal sebagai antitesis Soeharto, sosok Benny Moerdani ternyata memiliki kisah tak terungkap antara dirinya dan sang Presiden kedua RI. Simak ulasan berikut.
Baca SelengkapnyaJaksa juga mengenakan biaya pengganti kepada Emirsyah sebesar USD 86.367.019.
Baca SelengkapnyaSetelah mengemban tugas selama 11 tahun, Mohammad Hatta memutuskan untuk mengakhiri jabatannya sebagai Wakil Presiden.
Baca Selengkapnya