Penyaluran kredit bank modal cekak turun 2,05 persen
Merdeka.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai walaupun kondisi likuiditas relatif ketat, tetapi ketahan likuiditas dilihat dari perkembangan transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) masih terjaga.
Hal tersebut, menurut otoritas tercermin dari suku bunga yang relatif stabil dan merata. Tetapi, OJK menegaskan bank melakukan revisi rencana bisnis bank (RBB) karena adanya faktor internal dan eksternal ekonomi nasional yang mempengaruhi kinerja dan operasional.
Kepala Departemen Penelitian OJK Ganjar Mustika mengatakan yang mendorong perubahan rencana bisnis bank adalah koreksi pertumbuhan ekonomi, kenaikan suku bungan acuan (BI rate) yang mengakibatkan bank harus menyalurkan kredit dengan harga yang lebih mahal, kewajiban pemenuhan modal inti yang berdampak pada penyesuaian proyeksi keuangan, serta penyesuaian strategi bisnis dan peluncuran produk atau aktivitas baru.
-
OJK sebut kondisi apa di sektor jasa keuangan? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 Oktober 2023 menilai sektor jasa keuangan nasional terjaga stabil didukung permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global baik dari higher for longer suku bunga global maupun peningkatan tensi geopolitik.
-
Siapa saja bank yang terlibat? Bank Rakyat Indonesia, Bank Katimtara, Bank Perkreditan Rakyat merupakan perbankan yang turut berpartisipasi dalam acara Sosialisasi Penguatan Modal tersebut.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Kapan kinerja industri perbankan terjaga stabil? Di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan gejolak geopolitik global, kinerja industri perbankan Indonesia per Juni 2024 terjaga stabil,' jelas Mahendra Siregar dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (2/8).
-
Kenapa OJK dorong pengembangan perbankan syariah? OJK terus berupaya mengembangkan industri perbankan syariah dengan memanfaatkan keunikan dan kekhasannya yang memiliki keunggulan dibanding produk bank konvensional.Keunggulan itu perlu dimaksimalkan agar perbankan syariah dapat memberikan dampak positif pada masyarakat dan perekonomian nasional.
-
Bagaimana OJK menilai stabilitas sektor keuangan? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial, seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
"Koreksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebagai mitra dagang utama kita, pengetatan likuiditas global akibat rencana kenaikan suku bunga The Fed, ini merupakan faktor-faktor yang ikut mendorong itu," katanya.
Data otoritas, pencapaian semester pertama, total aset tercatat mencapai 5,22 persen, kredit sebesar 5,47 persen dan dana pihak ketiga sebesar 4,66 persen. Melihat kondisi tersebut, perbankan melakukan perubahan rencana bisnis dari 16,06 persen menjadi 13,44 persen untuk pertumbuhan aset, kredit jadi 16,47 persen dari sebelumnya 17,35 persen dan DPK hanya 13,92 persen dari target 18,32 persen.
Penurunan dana pihak ketiga terjadi pada bank dengan modal inti di bawah Rp 5 triliun (BUKU 2) sebesar 6,79 persen. Sedangkan penurunan aset terjadi pada bank dengan modal inti di bawah Rp 30 triliun (BUKU 3) mencapai 3,47 persen dan penurunan kredit terjadi pada bank dengan modal inti Rp 1 triliun (BUKU 2) sebesar 2,05 persen.
Setelah adanya revisi, paling tidak total aset sebesar 38,82 persen, kredit sebesar 33,22 persen dan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 33,46 persen. Sedangkan persentase pencapaian target RBB untuk BUKU 1 untuk total aset, kredit dan DPK masing-masing sebesar 77,99 persen, 36,66 persen dan 104,42 persen. Untuk BUKU 2 ketiga-tiganya itu 65,38 persen, 39,12 persen dan 71,15 persen. "Revisi rencana bisnis bank khusus untuk bank golongan BUKU 1 dan 2 masih cukup feasible untuk tercapai," katanya.
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
OJK mencatat pertumbuhan kredit dan DPK melambat dibanding tahun lalu.
Baca SelengkapnyaStrategi selanjutnya adalah melakukan restrukturisasi kredit bagi UMKM.
Baca SelengkapnyaAdapun total kredit di tahun 2023 mencapai Rp65,68 triliun, turun dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp69,7 triliun.
Baca SelengkapnyaSecara akumulatif kredit BRI yang direstrukturisasi karena pandemi tertinggi mencapai 30% dari total portofolio.
Baca SelengkapnyaSituasi ini menyebabkan turunnya daya beli masyarakat.
Baca SelengkapnyaDi sisi lain likuiditas industri perbankan pada bulan November 2023 dalam level yang memadai.
Baca SelengkapnyaNilai tukar dolar Selandia Baru, jatuh ke level terendah dalam dua tahun.
Baca SelengkapnyaTarget penyaluran kredit perbankan UMKM hingga 30 persen sulit tercapai karena berbagai faktor. Sebab, ekspansi bisnis UMKM kini tengah melemah.
Baca SelengkapnyaMelalui hapus buku dan hapus tagih ini murni untuk mendukung Bank Himbara.
Baca SelengkapnyaIndef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca SelengkapnyaSejak Januari hingga Mei 2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah melakukan pencabutan izin usaha Bank Perekonomian Rakyat (BPR) sebanyak 12 bank.
Baca SelengkapnyaPenyesuaian perlu dilakukan tidak hanya soal menurunkan bunga, namun perlu mempertimbangkan dampak keberlanjutan di waktu mendatang.
Baca Selengkapnya