Sunny, Mantan Tukang Kebun Tak Lulus SMA Sukses Bisnis Tas Diburu Sosialita Jepang
Merdeka.com - Siapa sangka, Indonesia ternyata memiliki produk tas yang masuk ke dalam pangsa pasar kaum elit Jepang. Pencetusnya adalah Sunny Kamengmau, pria kelahiran Nusa Tenggara Timur (NTT) berhasil menjadi seorang pengusaha sukses dengan mendirikan usaha tas Robita.
Bisnis ini dia dirikan bersama rekannya bernama Nobuyuki Kakizaki, seorang pemilik perusahaan Real Pint Inc dari Jepang.
Sunny bukan lahir dari keluarga kaya. Di usia ke-18 tahun, Sunny merasa jenuh dengan pendidikan formal. Dia memilih tak menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan nekat pergi merantau ke Bali dengan bekal ijazah SMP.
-
Siapa yang terinspirasi untuk membuka usaha? Usaha ini bermula dari suami Qori yang memiliki ketertarikan dalam dunia kuliner.
-
Siapa yang mendirikan perusahaan ini? OCDA, yang dibentuk tahun ini oleh seseorang yang dikenal sebagai Calimar White, seorang komedian dan aktor dengan hampir 280.000 pengikut di Instagram, telah menarik perhatian banyak orang.
-
Bagaimana pria Jepang ini mencapai tujuan tabungannya? Dalam upayanya untuk mencapai FIRE (financial independence, retire early) atau kebebasan finansial dan pensiun lebih awal, pria yang memiliki penghasilan tahunan sekitar lima juta yen (sekitar Rp520 juta) ini mulai menyusun strategi menabung 100 juta yen secepat mungkin. Ia kemudian menciptakan nama alias online The Man Who Will Definitely Resign (Orang yang Pasti Akan Mengundurkan Diri) untuk memotivasi dirinya sendiri.
-
Siapa yang membantu Baihaki mengembangkan bisnisnya? Baihaki kemudian mengajak Fauzan Awaludin, rekan dari kampung yang sama, untuk mengembangkan bisnis lakban.
-
Siapa pemilik dari bisnis Sang Pisang? Sang Pisang merupakan brand produk pisang nugget didirikan pada 2017. Diketahui Sang Pisang telah memiliki 73 outlet dan 1.500 karyawan.
-
Siapa yang memiliki ciri-ciri wirausahawan sejati? Wirausahawan sejati adalah orang bodoh yang pintar yang mempekerjakan orang-orang yang lebih pintar di usaha mereka.
Di Bali, Sunny bekerja serabutan. Apa saja dia lakukan, mulai dari menjadi buruh cuci mobil, buruh renovasi rumah. Sampai satu waktu, dia diterima bekerja di UN's Hotel yang terletak di Legian, Kuta, sebagai tukang kebun.
Sunny menjadi tukang kebun hanya satu tahun. Dia dipromosikan naik pangkat menjadi petugas keamanan atau security di tahun 2000. Selama menjadi petugas keamanan, Sunny mendapat banyak pengalaman dan sudut pandang yang lebih luas karena banyak tamu-tamu internasional yang menginap di hotel tempat dia bekerja.
Sunny kemudian tertarik mempelajari bahasa asing khususnya Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang. Dia juga membeli kamus seharga Rp50.000 dari gajinya.
Fasih Bahasa Jepang
Dengan pribadi yang mudah bergaul, mengantarkan Sunny bertemu dengan Nobuyuki Kakizaki. Saat itu, Bahasa Jepang Sunny mulai fasih. Dia kemudian bersahabat dengan Nobu. Hingga tidak terasa persahabatan keduanya sudah berjalan 5 tahun.
Di masa persahabatannya, keduanya sepakat bekerjasama sebagai mitra untuk membuat tas handmade buatan asli Indonesia yang akan diekspor ke Jepang. Sunni dan Nobu memilih produk handmade karena peminat yang besar dari para konsumen di Jepang lebih memilih dan menyukai produk handmade dibanding tas produksi pabrik.
Permintaan tas handmade produksi Sunni dan Nobu mengalami peningkatan. Sehingga mau tidak mau Sunny kerap terjun langsung melayani pelanggan. Nobu juga sering mengajaknya untuk membeli berbagai barang kerajinan tangan dan aksesoris di toko dan dijual kembali di Jepang.
Melalui Nobu, Sony belajar banyak hal seperti memilih berbagai barang yang berkualitas, dan cara mengirim barang ke Jepang.
Peluncuran Tas 2003
Hingga di tahun 2003, keduanya resmi meluncurkan tas Robita. Nama tas ini diberikan karena Nobu Yuki sangat suka sekali terhadap karakter di serial Doraemon yaitu Nobita.
Pada awal, tidak banyak calon konsumen yang memesan produk tas Rabita. Hanya belasan yang dijual dengan omzet sebulan yang tidak menentu.
Sunny tak patah arang. Penyelesaian masalah harus diutamakan. Hinagga di tahun 2007 produksi tas Robita ditambah lagi mencapai 55.000 tas setiap bulannya.
Dan pada tahun 2009 Sunny dan Nobu merekrut sedikitnya 300 orang karyawan. Suatu peningkatan usaha yang cukup signifikan Karena pada saat awal mereka mendirikan tas Robita di tahun 2003 mereka hanya memiliki 20 karyawan saja.
Sunny sempat mengungkapkan bahwa pengalamannya bersama Nobu Yuki dalam merintis usaha tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Sebagai seorang security, hanya modal hemat saja yang dia miliki untuk memulai usaha tersebut tanpa modal.
Bahkan dia sendiri saat itu masih menyewa motor dan juga memiliki utang yang menumpuk. Namun jerih lelah mereka terbayarkan melalui niat usaha yang positif dan semangat yang tak pernah padam
Bisnis tas Robita kemudian terganggu dengan tren penjualan. Dalam masa produksi tas Robita penjualan tas menurun hingga Rp3.500 per tas setiap bulannya.
Inovasi Produk
Dia tak menyerah, Sunny berhasil membuat berbagai inovasi dari produk tas Robita dan melakukan berbagai kontrol produksi yang sangat ketat dari produk-produk yang dihasilkan berbekal pengalaman dan pembelajaran selama belasan tahun bersama partner setianya. Dia terus optimis kesuksesan dari bisnis usaha Robita
Tantangan lain yang dihadapi Suni menjalankan bisnis Robita yaitu persaingan produk tas dari China. Meski demikian produk tas Robita tetap unggul karena konsumen di Jepang lebih menyukai produk handmade daripada produk yang berbasis pabrik.
Selain itu harga tas Robita yang kompetitif dan cenderung lebih murah dengan kualitas kontrol langsung oleh Sunny membuat Produk ini tidak bisa dianggap enteng.
Tas produksi Sunny dibanderol di antara Rp4-5 juta juta untuk tas ukuran besar, dan Rp2-3 juta untuk tas ukuran kecil.
Sejak tahun 2006 hingga 2012 rata-rata penjualan dari tas Robita di Jepang dapat mencapai Rp25-30 miliar setiap tahunnya
Sunny kemudian ingin merambah Pasar Tanah Air. Dengan menguras tabungan, Sunny menggelontorkan uang Rp100 juta untuk membangun interior seluas 30 M2 demi memperkenalkan butik tas Robita di Seminyak Bali.
Rencananya setelah keberhasilan yang akan ia capai di Bali, Sunny ingin merambah pasar di ibu kota. Dia sangat yakin bahwa Jakarta akan menjadi target pasarnya kemudian .
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dia nekat untuk memulai hidup mandiri sejak usia belia.
Baca SelengkapnyaPemilik bisnis Sambal Bu Rudy ini membuktikan bahwa pendidikan formal bukan satu-satunya penentu kesuksesan seseorang.
Baca SelengkapnyaSosok pengusaha sukses ini dulunya sempat hidup serba susah, pernah bekerja sebagai kernet angkot sampai sang ibunda dihina oleh tetangganya sendiri.
Baca SelengkapnyaKekayaan Haji Isam seperti tak berseri. Label sebagai orang paling kaya di Kalimantan dibuktikan dengan langkah Haji Isam membeli pesawat Boeing.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah seorang pengusaha kaya yang sempat tak lulus SMA karena dikeluarkan.
Baca SelengkapnyaPopularitas peyek kacang produksinya mulai meningkat hingga berdampak peningkatan omzet.
Baca SelengkapnyaPanji mulai menyadari efek buruk tidak serius sekolah. Ia sulit mendapatkan pekerjaan.
Baca SelengkapnyaWalau dia tak tamat menempuh pendidikan di bangku SD, nyatanya kini ia berhasil menjadi seorang bos dengan punya banyak karyawan.
Baca SelengkapnyaBak sudah jatuh, tertimpa tangga. Dia menjadi seorang pengangguran dan kembali ke Tanah Air saat terjadi krisis moneter.
Baca SelengkapnyaDengan ijazah SD dan uang seadanya, Sujoko bekerja serabutan saat tiba di Jakarta.
Baca SelengkapnyaSelama menempuh pendidikan, dia memang tidak cukup cerdas dalam hal akademik. Sukyatno justru pernah dua kali tidak naik kelas saat bersekolah.
Baca SelengkapnyaAwalnya ia tak berniat tinggal di Jepang, tapi nasib berkehendak lain
Baca Selengkapnya