Arkeolog Temukan Jejak Darah Manusia Pada Dinding Makam Kuno Bangsawan, Ternyata Ada Kisah Horor di Baliknya
Arkeolog Temukan Jejak Darah Manusia Pada Dinding Makam Bangsawan, Ternyata Ada Kisah Horor di Baliknya
Arkeolog meneliti dinding makam di sebuah kerajaan kuno di Afrika barat.
-
Mengapa arkeolog heran dengan penemuan kota kuno ini? Meskipun kota ini berasal dari masa lampau, penemuan mengagumkan ini menunjukkan apa yang dapat diraih oleh pencapaian luar biasa dari semangat manusia.
-
Bagaimana para arkeolog mengetahui asal manik-manik di makam kuno? Arkeolog Moisés Valadez Moreno dari Institut Antropologi dan Sejarah Nasional Meksiko (INAH) mengungkapkan bahwa sebagian besar manik-manik ini berasal dari 186 mil (300 kilometer), arah timur menuju Teluk Meksiko.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Mesir Kuno? Pada awal milenium pertama, banyak mumi di Mesir ditemukan dengan potret seperti aslinya yang memperliahatkan mata mumi yang cerah, gaya rambut, dan perhiasannya.
-
Mengapa para arkeolog dibuat bingung dengan temuan di makam kuno ini? Foto: Kevin Church/BBC Penggalian telah mengungkap banyak hal terkait masyarakat kuno, tapi juga masih ada yang mengundang pertanyaan.
-
Bagaimana para arkeolog memetakan kota kuno tersebut? Dengan waktu yang terbatas karena ketinggian air Sungai Tigris terus meningkat, para peneliti berhasil dengan cepat memetakan kota tersebut.
-
Apa yang membuat arkeolog kagum tentang kota kuno ini? Reruntuhannya menawarkan wawasan tentang perencanaan dan rekayasa yang digunakan untuk membangunnya.
Arkeolog Temukan Jejak Darah Manusia Pada Dinding Makam Bangsawan, Ternyata Ada Kisah Horor di Baliknya
Hampir 200 tahun lalu, menurut legenda, darah manusia konon dimasukkan ke dalam sebuah makam upacara yang dibangun di dalam kompleks istana kerajaan di tempat yang sekarang dikenal sebagai Benin.
Kini, sebuah penyelidikan terhadap protein yang ditemukan di dalam dinding makam mengungkapkan bukti legenda tersebut benar adanya.
Menurut sebuah penelitian baru, makam di Abomey, yang dulunya merupakan ibu kota Kerajaan Dahomey di Afrika Barat, mengandung protein yang mungkin hanya berasal dari darah manusia, yang mengukuhkan sejarah mengerikan di situs tersebut.
Ini adalah salah satu penemuan pertama yang dilakukan melalui "paleoproteomik," yaitu studi tentang jejak protein yang tertinggal dalam konteks arkeologi.
- Arkeolog Temukan Gambar Manusia dan Hewan di Batu Berusia 3.500 Tahun, Jadi Bukti Seni Cadas Sejak Zaman Perunggu
- Bukti Penyiksaan Manusia di Zaman Batu Ditemukan oleh Arkeolog
- Arkeolog Bongkar Dugaan Nenek Moyang Manusia Adalah Pelaut Ulung yang Bisa Bikin Perahu dan Punya Bahasa
- Arkeolog Temukan Makam Berusia 4.000 Tahun di Dalam Gua, Berisi 7.000 Tulang Manusia
"Penemuan ini penting, karena memberikan bukti konkret tentang ritual dan praktik bersejarah," kata ahli biokimia Jean Armengaud, pakar
protein purba di Komisi Energi Alternatif dan Energi Atom Prancis, seperti dilansir LiveScience, Rabu (19/6).
Armengaud adalah penulis senior dari studi baru ini, yang diterbitkan pada 29 Mei di jurnal Proteomics. Dia dan rekan-rekannya memeriksa sampel yang diambil di makam antara tahun 2018 dan 2022, selama penggalian di situs tersebut oleh para arkeolog dari Prancis dan Benin.
Menurut cerita rakyat setempat, makam di dalam kompleks istana Abomey, yang dibangun pada abad ke-19 oleh Raja Ghezo dari Dahomey, untuk menghormati saudaranya, Raja Adandozan, menggunakan plester yang berisi darah dari 41 pengorbanan manusia; 41 dianggap sebagai angka keramat, demikian tulis para peneliti dalam laporan tersebut.
Ghezo, yang berkuasa dari tahun 1818 hingga 1858, terkenal memimpin beberapa ekspedisi militer melawan negara bagian Yoruba yang kuat di wilayah tersebut, atau Kekaisaran Oyo, dan dengan demikian mengakhiri upeti tahunan kerajaan Dahomey yang berupa budak.
Dia dianggap sebagai penguasa yang kuat dan dilaporkan memamerkan kematian musuh-musuhnya untuk mengamankan kekuasaannya.
Menurut catatan sejarah, jalan menuju gubuknya diaspal dengan tengkorak dan tulang rahang musuh yang dikalahkan, dan salah satu singgasanannya berdiri di atas tengkorak empat pemimpin musuh.
Dahomey, yang sekarang isebut Benin setelah Bight (atau Teluk) Benin di dekatnya, adalah pusat agama Vodun atau Vodou asli Afrika yang dikembangkan di wilayah Karibia. Vodun tradisional sering kali menampilkan pengorbanan darah hewan.
Para peneliti menerapkan teknik yang disebut spektrometri massa tandem, terhadap protein yang terkandung dalam ampel dinding makam, yang terdiri dari dua gubuk bundar yang disatukan.
Penelitian mereka menghasilkan lebih dari 10.000 kecocokan dalam atabase protein yang mengidentifikasi keberadaan ribuan mikroorganisme, serta darah manusia dan ayam.
"Karena protein adalah molekul yang lebih stabil dibandingkan dengan DNA, paleoproteomik dapat memberikan informasi yang luas tentang organisme yang menghasilkan protein ini pada zaman kuno," kata Armengaud.
Hasilnya menunjukan dengan jelas darah manusia adalah salah satu zat yang ada di dinding, sejalan dengan catatan sejarah, yang tidak pernah diverifikasi hingga saat ini, yang menyatakan darah dari pengorbanan manusia dicamput dengan "minyak merah" dan air suci untuk membuat plester.
Armengaud berharap pengurutan sampel DNA dari makam Abomey dapat mengidentifikasi jumlah korban pengorbanan dan asal-usul mereka, sehingga memberikan konteks sejarah yang lebih rinci.
Matthew Collins, seorang arkeolog di Universitas Cabridge, mengatakan penelitian ini menunjukkan bagaimana proteomic dapat diterapkan dalam situasi yang kompleks dan menantang.
"Jika Anda menggunakan DNA, maka Anda dapat mengetahui ada spesies tertentu, tapi yang tidak dapat Anda tentukan adalah jenis jaringan yang terlibat," katanya. "Tapi di sini Anda memiliki bukti protein jaringan yang terkait dengan darah manusia."