Ilmuwan Kumpulkan Ribuan Otak Manusia dari Seluruh Dunia, Ada Yang Diawetkan Sejak 12.000 Tahun Lalu, Ini Tujuannya
Peneliti mengumpulkan arsip dari ribuan otak manusia yang diawetkan dalam catatan arkeologi dari berbagai belahan dunia.
Peneliti mengumpulkan arsip dari ribuan otak manusia yang diawetkan dalam catatan arkeologi dari berbagai belahan dunia.
-
Apa yang dimaksud dengan penyakit Alzheimer? Alzheimer adalah salah satu jenis demensia, yaitu gangguan otak yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif, seperti ingatan dan kemampuan berpikir.
-
Siapa yang menemukan Penyakit Alzheimer? Penyakit ini dinamai berdasar nama dokter Jerman, Alois Alzheimer, yang pertama kali mendeskripsikannya pada tahun 1906.
-
Bagaimana Alzheimer mengidentifikasi penyakit ini? Dalam laporannya, Alzheimer menyatakan bahwa ia telah mengidentifikasi 'penyakit luar biasa pada korteks serebral', yang menyerang seorang wanita bernama Auguste D. Penyakit tersebut telah menyebabkan gejala kehilangan ingatan, disorientasi, dan halusinasi hingga kematian Auguste, di usia lima puluh tahun.
-
Siapa yang berisiko terkena penyakit Alzheimer? Meskipun tidak semua penyebab penyakit Alzheimer diketahui, para ahli mengetahui bahwa sebagian kecil terkait dengan mutasi tiga gen, yang dapat diturunkan dari orang tua ke anak.
-
Siapa saja yang bisa terkena penyakit Alzheimer? Meskipun penyakit ini memang umum terjadi pada individu berusia di atas 65 tahun, terdapat juga kasus Alzheimer dini yang menyerang orang-orang berusia antara 30 hingga 60 tahun.
-
Bagaimana cara arkeolog mengetahui umur tulang-tulang hewan dan manusia? Arkeolog meyakini tulang-tulang hewan ini diletakkan di tempat tersebut pada 5300 SM hingga 5000 SM.
Ilmuwan Kumpulkan Ribuan Otak Manusia dari Seluruh Dunia, Ada Yang Diawetkan Sejak 12.000 Tahun Lalu, Ini Tujuannya
Peneliti mengumpulkan arsip dari ribuan otak manusia yang diawetkan dalam catatan arkeologi dari berbagai belahan dunia. Tim peneliti yang dipimpin Alexandra Morton-Hayward dari Universitas Oxford meninjau literatur ilmiah dan menghubungi arkeolog di seluruh dunia.
Mereka berhasil mengumpulkan lebih dari 4.400 otak manusia yang diawetkan dari 213 sumber yang berbeda di semua benua kecuali Antartika. Otak tertua yang termasuk dalam penelitian ini berasal dari 12.000 tahun yang lalu, sementara yang termuda berasal dari abad ke-20.
Sumber: Newsweek
Penelitian ini menunjukkan, otak yang diawetkan jumlahnya lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Beberapa mekanisme pengawetan yang ditemukan termasuk dehidrasi, pembekuan, penyabunan, dan penyamakan.
Lebih dari 1.300 otak dalam arsip tersebut ditemukan telah diawetkan tanpa adanya jaringan lunak lainnya. Beberapa otak dalam arsip ini juga merupakan yang tertua, bahkan berasal dari Zaman Es terakhir.
Penelitian ini menekankan pentingnya mempelajari pengawetan jaringan lunak manusia, karena informasi yang diperoleh dapat memberikan wawasan tentang evolusi manusia, kesehatan dan penyakit purba, serta kondisi neurodegeneratif seperti Alzheimer.
- Arkeolog Teliti Kotoran Mumi Berusia Ribuan Tahun, Hasilnya Ungkap Pola Makan Manusia Dulu Ternyata Aneh
- Arkeolog Temukan Bukti Manusia Purba Pernah Hidup di Wilayah Indonesia Jauh Sebelum Orang Mesir Bangun Piramida Pertama
- Arkeolog Temukan Karya Seni Hewan Tertua di Dunia Berusia 130.000 Tahun, Begini Sosok Makhluknya
- Arkeolog Temukan Makam Bangsawan Berusia 1.200 Tahun, Dikubur Bersama Korban Tumbal dan Harta Karun
Namun, kurang dari 1 persen otak dalam arsip ini telah diselidiki untuk mengetahui biomolekul kuno. Oleh karena itu, para peneliti berharap penelitian ini akan menginspirasi para arkeolog lainnya untuk terus menyelidiki otak manusia yang diawetkan, dan memahami nilai ilmiah yang dapat diperoleh dari studi ini.
Penelitian ini juga mendorong para arkeolog untuk tetap terbuka terhadap penemuan yang mungkin saja mereka temukan di masa depan.
Penelitian terbaru ini merupakan "arsip yang belum tersentuh" yang dapat menjelaskan evolusi manusia, serta membantu kita untuk lebih memahami kesehatan dan penyakit purba. Penelitian ini bahkan dapat memberikan wawasan tentang kondisi neurodegeneratif yang mempengaruhi manusia saat ini, seperti Alzheimer dan bentuk demensia lainnya.Penelitian ini memiliki potensi untuk memberikan wawasan yang sangat berharga tentang sejarah dan evolusi manusia, serta memperluas pemahaman kita tentang berbagai aspek biologi dan kesehatan manusia. Namun, peneliti juga memberikan penekanan bahwa penggunaan sisa-sisa tubuh manusia harus dilakukan dengan hormat dan kesadaran akan martabat manusia.
Dengan terus mempelajari otak manusia yang diawetkan, kita dapat membuka pintu ke pengetahuan baru yang dapat membantu kita memahami lebih dalam tentang diri kita sendiri dan sejarah manusia.