Ini Satu-Satunya Lokasi yang Tidak Diserang Israel di Gaza
Agresi brutal Israel dimulai sejak 7 Oktober 2023, telah menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza.
Agresi brutal Israel dimulai sejak 7 Oktober 2023, telah menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza.
-
Apa yang dilakukan Israel terhadap warisan budaya Gaza? Sejak Israel menggempur Jalur Gaza, Palestina, pada Oktober 2023, lebih dari 200 situs warisan kebudayaan hancur, bersama dengan sejumlah arsip, universitas, dan museum. Ada juga laporan yang menyebutkan tentara Israel menjarah artefak bersejarah dari Jalur Gaza dan bahkan memamerkannya di kantor parlemen yang dikenal dengan nama Knesset.
-
Bagaimana Inggris mengalahkan Ottoman dalam Pertempuran Gaza Ketiga? Setelah melakukan reorganisasi besar-besaran dan dengan persiapan yang lebih matang, pasukan Inggris meraih kemenangan gemilang dalam Pertempuran Gaza Ketiga pada bulan Oktober – November 1917.
-
Apa isi selebaran yang dijatuhkan Israel di Gaza? Selebaran Ramadan yang ditulis dalam bahasa Arab itu berisi seruan agar "memberi makan mereka yang membutuhkan dan berbicaralah yang baik". Di saat yang sama ratusan ribuan penduduk Gaza saat ini sedang kelaparan karena blokade Israel terhadap makanan dan air bersih.
-
Kenapa Israel melakukan pembantaian di Gaza? Selama beberapa pekan terakhir, para pejabat Israel mengklaim 13.000 'teroris' dibunuh oleh tentara Israel di Gaza, walaupun status ‘teroris’ menurut mereka adalah setiap pria dewasa yang ada di Gaza.
-
Kenapa Inggris menyerang Gaza? Setelah mengalahkan pasukan Ottoman dalam kampanye Gurun Sinai, Pasukan Ekspedisi Mesir (EEF) – yang mencakup Brigade Senapan Berkuda Selandia Baru dan Korps Unta Kekaisaran – menyerang Gaza, pintu gerbang ke Palestina, pada bulan Maret 1917.
-
Apa yang ditemukan oleh para tentara Israel di perbatasan Gaza? Dua tentara cadangan Israel baru-baru ini menemukan sebuah lampu minyak kuno dari zaman Bizantium yang berumur 1.500 tahun di perbatasan Gaza.
Ini Satu-Satunya Lokasi yang Tidak Diserang Israel di Gaza
Di Jalur Gaza, Palestina, terdapat dua pemakaman yang berisi kerangka tentara Inggris, yang sebagian besar tewas dalam Perang Dunia I, beberapa di antaranya tewas dalam Perang Dunia II.
Dimiliki oleh Komisi Pemakaman Perang Persemakmuran yang berbasis di Inggris, mereka dikenal secara lokal sebagai kuburan Inggris, dan dianggap sebagai situs budaya dan arkeologi utama di Gaza.
Dihiasi semak-semak dan dikelilingi pohon cemara yang tinggi serta tembok rendah di mana berbagai bunga bermekaran dalam suasana yang tenang, ratusan warga Gaza telah mengunjunginya selama bertahun-tahun untuk bersantai.
Pemakaman Perang Gaza terletak di lingkungan al-Tuffah di utara Gaza. Pemakaman ini berisi 3.217 makam, 781 di antaranya tidak teridentifikasi. Pemakaman Perang Dunia II berjumlah 210. Ada 30 pemakaman pascaperang dan 234 kuburan perang dari negara lain.
Yang lainnya terletak di utara Deir al-Balah, di daerah al-Zwayda. Di dalamnya terdapat 724 tentara, semuanya orang Inggris.
- Israel Mulai Kekurangan Tentara, Sampai Rekrut Warga Berumur 40 Tahun Lebih
- Israel Kembali Serang Rafah, 35 Warga Palestina Tewas Terbakar, Kebanyakan Ibu dan Anak-Anak
- Ramadan di Gaza, "Mereka Berpuasa, Tapi Mereka Kelaparan dan Sekarat"
- Dari Bangun Tidur Sampai Tidur Lagi, Begini Pengalaman Menjadi Warga Gaza dalam Sehari
Beberapa pemakaman paling awal di pemakaman ini dilakukan tentara Inggris yang terlibat dalam pertempuran Gaza dengan Kekaisaran Ottoman/Utsmaniyah pada tahun 1917 dan 1918. Selama Perang Dunia II, pasukan Kerajaan Inggris, sebagian besar dari Australia, mengelola sejumlah rumah sakit di Gaza.
Kedua pemakaman tersebut telah bertahan sejak perang Israel di Gaza dimulai, seperti halnya pemakaman-pemakaman lain yang telah bertahan dari berbagai konflik sebelumnya.
Pada 2006, Pemakaman Perang Gaza rusak sebagian oleh rudal Israel. Israel membayar Rp1,8 miliar sebagai kompensasi. Selain itu, sekitar 350 nisan membutuhkan perbaikan setelah serangan Israel selama tiga pekan di Gaza pada 2009.
Hanya sedikit daerah di Gaza yang terhindar dari serangan gencar operasi militer terbaru Israel. Namun, dibandingkan dengan sejumlah kuburan Palestina yang menjadi reruntuhan akibat serangan tersebut, pemakaman Inggris tampaknya sengaja dihindari. Kedua pemakaman tersebut hanya mengalami kerusakan parsial akibat serangan di dekatnya, sementara kuburan dan nisan-nisan mereka tidak tersentuh.
Kedua pemakaman tersebut hanya mengalami kerusakan parsial akibat serangan di dekatnya, sementara kuburan dan nisan-nisan mereka tidak tersentuh.
Puluhan warga dan jurnalis telah dicegah oleh pihak Israel untuk melewati atau memotret pemakaman di Deir al-Balah.
Fadel Keshko, yang mengungsi dari utara Gaza, mencoba mengunjungi pemakaman tersebut baru-baru ini namun dilarang. Hal ini meninggalkan "tanda tanya besar".
"Saya telah mengunjungi nenek saya dan ingin sekali melihat pemakaman dalam perjalanan pulang. Saya terkejut melihat tidak ada satu pun kuburan yang tersentuh. Serangan udara yang terjadi di dekatnya hanya menyebabkan kerusakan parsial pada pagar dan tembok luar," tuturnya, dikutip dari Middle East Eye, Kamis (27/6).
"Ini adalah cerita yang sama untuk pemakaman lainnya. Sementara itu, kuburan warga Gaza telah dibuldoser dan mayat mereka dicuri. Ini terasa sangat tidak manusiawi."
Hampir semua kuburan Palestina di seluruh Gaza telah dihancurkan dan digeledah sejak perang dimulai setelah serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel.
Pemakaman Al-Shujayya, Beit Hanoon dan Khan Younis semuanya hancur, begitu juga dengan makam Gereja Santo Porphyrius yang diyakini sebagai gereja tertua ketiga di dunia, yang telah menjadi reruntuhan.
Ketika Israel terus memperluas operasi militernya di Gaza, jumlah korban tewas terus meningkat. Di Deir al-Balah, di mana lebih dari 1 juta orang kini berlindung setelah invasi ke Rafah, hanya satu dari dua kuburan yang masih berfungsi.
Kehabisan kapasitas sejak Januari dan menerima sejumlah mayat setiap hari, kotamadya Deir al-Balah bergantung pada kuburan massal untuk menyerap arus masuk.
"Pemboman Israel yang terus menerus membuat kami tidak punya pilihan. Kami menggali puluhan meter ke dalam tanah untuk mengubur orang-orang. Ada hari-hari di mana saya harus mengubur 300 atau 400 orang. Mereka tidak hanya berasal dari Deir al-Balah atau Gaza tengah, tetapi juga dari Khan Younis, al-Qarrara, dan al-Mawasi," kata Abu Jawad Baraka, seorang penjaga makam berusia 64 tahun.
Israel telah menggali banyak kuburan untuk mencari jasad tawanan yang dibawa Hamas pada tanggal 7 Oktober, dan banyak warga Palestina tidak dapat menemukan jasad kerabat mereka setelah pasukan Israel menarik diri. Hal ini mendorong banyak warga Palestina untuk menguburkan orang-orang yang mereka cintai yang terbunuh sedekat mungkin dengan rumah mereka.
"Sementara kuburan kami telah rusak parah dan dicuri, kami tidak menerima kompensasi. Mereka bahkan tidak memiliki perlindungan," kata Baraka.
"Namun Israel tidak dapat menyebabkan malapetaka pada makam-makam Inggris dan akan membayar begitu banyak uang sebagai kompensasi untuk memperbaiki apa yang nyaris tidak rusak. Mereka menganggapnya suci, dan memikirkannya saja sudah menyakitkan."