Penelitian: Bulu Kucing Bisa Jadi Bukti Penting dalam Penyelidikan Kasus Kejahatan
Dalam studi ini, tim peneliti berhasil mengekstrak DNA mitokondria dari bulu kucing.
Sebuah penelitian terkini yang dipimpin oleh Emily C. Patterson mengungkapkan hasil yang menarik dan dapat mengubah cara pandang kita terhadap bukti forensik. Dalam studi yang dimuat di jurnal Forensic Science International: Genetics ini, Patterson dan timnya menemukan bahwa sehelai bulu kucing yang ditemukan di lokasi kejadian dapat menghubungkan pelaku kejahatan dengan tempat atau individu terkait. Seperti yang dikutip dari laman SciNews pada Rabu (06/11/2024), hasil penelitian ini berpotensi membuka peluang baru dalam pemanfaatan bukti DNA hewan untuk investigasi kriminal.
Inovasi dalam Mengidentifikasi DNA dari Bulu Kucing
-
Apa itu Buleng? Buleng merupakan budaya orang Betawi yang memiliki keunikan dan digemari di masa silam.
-
Apa itu bolu kukus? Kue bolu kukus adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang biasanya kita temui di jajaran jajanan pasar. Kue ini memang sudah dikenal dengan kelembutan dan kelezatan rasanya.
-
Bagaimana Paguyuban Asep Dunia dibentuk? Adapun grup Asep Dunia ini dibentuk secara tidak sengaja di Facebook tahun 2008 lalu. Ketika itu penggagas, Asep Iwan Gunawan membuat postingan untuk mencari nama Asep lainnya di lingkar pertemanan. Melihat respon yang antusias, dirinya kemudian berkomunikasi lebih lanjut dengan Asep-Asep di Facebook hingga lahir lah Paguyuban Asep. Paguyuban ini menjadi organisasi yang berdiri melalui pertemuan rutin, sejak 1 Agustus 2010, melalui inisiasi beberapa Asep lainnya.
-
Kenapa cokelat Nglanggeran bisa bersaing di skala global? "Cokelat-cokelat di Nglanggeran ini dapat menjadi produk ekspor yang bisa bersaing di skala global. Yang perlu kita pastikan adalah keberlanjutan produknya. Bisa tidak kita memproduksi cokelat dengan kualitas baik dalam jangka panjang," kata Benny dikutip dari Instagram @humasjogja.
-
Bagaimana Buleng dilakukan? Buleng diawali dengan memperkenalkan judul cerita, dilanjutkan dengan menyebutkan silsilah raja, menggambarkan sekilas keadaan kerajaan, menggambarkan konflik-konflik yang terdapat dalam cerita, lalu diakhiri dengan penjelasan pesan moral yang terkandung dalam cerita.
-
Kapan Curug Bibijilan buka? Curug Bibijilan buka setiap hari mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB.
Metode baru yang dikembangkan oleh Patterson dan rekan-rekannya memungkinkan para peneliti untuk mengekstraksi dan menganalisis DNA yang terdapat dalam bulu kucing yang rontok di lokasi kejadian. Umumnya, bukti forensik DNA diperoleh dari darah, air liur, atau jaringan tubuh lain, tetapi bulu yang rontok, yang sering kali dianggap sepele, dapat memberikan informasi yang sangat berharga. Dalam penelitian ini, tim berhasil mengidentifikasi DNA mitokondria dari bulu kucing tersebut. DNA ini kemudian dapat dibandingkan dengan sampel DNA dari kucing korban, tersangka, atau kucing yang berada di sekitar lokasi kejadian.
Bulu kucing, meskipun sering dianggap remeh, ternyata menyimpan informasi genetik yang sangat penting. Dalam konteks kejahatan, seperti perampokan atau pembunuhan, penemuan bulu kucing dapat menjadi petunjuk yang membantu penyidik dalam memahami keterlibatan kucing dalam peristiwa tersebut.
Sebagai contoh, jika bulu kucing ditemukan di dekat jenazah korban atau pada pakaian pelaku, hal ini bisa menunjukkan adanya hubungan antara pelaku dan korban atau bahwa pelaku pernah berada di lokasi yang sama. Patterson menjelaskan bahwa untuk menganalisis DNA dari bulu kucing, tim peneliti hanya dapat mengekstraksi DNA mitokondria, yang diwariskan secara turun-temurun dari induk (dalam hal ini, ibu kucing) kepada keturunannya. DNA mitokondria ini terdapat dalam mitokondria sel, yang ada di hampir semua sel tubuh.
Teknik baru yang telah dikembangkan
Keunikan DNA mitokondria terletak pada kemudahan penemuan dan pemeliharaannya dalam sampel biologis yang telah mengalami degradasi, seperti bulu yang rontok. Namun, ada satu hal yang perlu diperhatikan dalam analisis ini; karena DNA mitokondria hanya diwariskan dari ibu, kucing-kucing yang berasal dari garis keturunan yang sama akan menunjukkan kesamaan dalam DNA mitokondria mereka. Dengan demikian, kucing-kucing yang memiliki ibu yang sama tidak dapat dibedakan hanya berdasarkan DNA mitokondria meskipun mereka memiliki hubungan genetik yang sangat dekat.
Metode yang diterapkan oleh tim Patterson berbeda dengan metode analisis DNA mitokondria yang telah ada sebelumnya. Sebelumnya, para peneliti hanya dapat menganalisis fragmen pendek dari DNA mitokondria, sehingga informasi yang diperoleh terbatas pada asal-usul genetik individu. Namun, dengan teknik baru yang telah dikembangkan, mereka kini dapat menentukan urutan lengkap DNA mitokondria.
- Ilmuwan Akhirnya Ungkap Rahasia Mengapa Kucing Berwarna Oranye Setelah 60 Tahun Pencarian
- DNA Berusia 17.000 Tahun Ungkap Asal Usul Bayi Bermata Biru dari Zaman Es, Ternyata Hasil Perkawinan Sedarah
- Ilmuwan Berhasil Ungkap 13 DNA Manusia Purba yang Hidup 10.000 Tahun Lalu, Keturunannya Masih Hidup Sampai Sekarang
- Mengupas Mitos Orang Bunian, Makhluk Bertubuh Pendek yang Dipercaya Tinggal di Kaki Gunung Kerinci
Hal ini memungkinkan analisis yang lebih mendalam dan akurat. Tim Patterson telah berhasil menciptakan teknik yang memungkinkan pemetaan urutan DNA mitokondria secara keseluruhan, memberikan hasil yang lebih diskriminatif dan tepat.
Dengan kemampuan untuk memeriksa lebih banyak bagian dari DNA mitokondria, peneliti dapat menemukan perbedaan yang lebih halus antara individu kucing, bahkan yang berasal dari garis keturunan yang sangat dekat. Ini meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi asal-usul bulu yang ditemukan di tempat kejadian perkara, bahkan memungkinkan untuk mengaitkan bulu tersebut dengan kucing tertentu.
Kemungkinan penerapan pada kejahatan dan spesies lainnya
Meski penelitian ini berfokus pada kucing, metode yang digunakan tidak hanya berlaku untuk hewan tersebut. Patterson dan rekan-rekannya meyakini bahwa pendekatan ini juga dapat diterapkan pada spesies lain, terutama anjing. Bulu anjing sering kali ditemukan di lokasi kejadian, dan dengan menggunakan teknik analisis DNA yang sama, penyidik dapat mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang pelaku atau tempat terjadinya peristiwa kriminal. Selain itu, metode ini membuka peluang untuk penerapan yang lebih luas dalam berbagai jenis tindak kejahatan.
Dalam kasus kejahatan yang melibatkan perampokan, keberadaan bulu hewan peliharaan pada pakaian atau tempat tidur pelaku maupun korban dapat memberikan petunjuk yang sangat berarti. Dalam beberapa situasi, adanya bulu hewan yang sebelumnya tidak teridentifikasi bisa menjadi awal yang mengarah kepada pelaku, sehingga membantu dalam mengidentifikasi atau mengecualikan individu tertentu selama proses penyidikan. (Tifani)