Perusahaan Jepang Kirim Sake ke Luar Angkasa, Bakal Dijual Kembali di Bumi dengan Harga Fantastis
Sake ini akan dijual kembali di Bumi dengan harga belasan miliar.
Baru-baru ini, Asahi Shuzo perusahaan sake paling populer di Jepang merk Dassai berencana membuat terobosan baru dengan membuat sake di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Jika berhasil, Dassai akan jadi merk sake pertama yang dibawa ke luar angkasa dan menjadi salah satu sake paling mahal di dunia. Satu botol berukuran 100 mililiter sake ini akan dijual di Bumi dengan harga 100 juta yen atau sekitar Rp10,4 miliar.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan di luar angkasa? Para ilmuwan telah menemukan dua bintang dengan sifat misterius. Benda langit ini memancarkan gelombang radio setiap 20 menit. Anehnya lagi ia berkedip dan mati saat berputar menuju maupun menjauh dari Bumi. Para ilmuwan berasumsi bahwa mereka mungkin mewakili objek bintang tipe baru.
-
Mengapa para ilmuwan menanam semangka di Antartika? Eksperimen ini tidak hanya berhasil membuktikan bahwa semangka dapat tumbuh di tempat terdingin di planet ini. Tetapi juga memberikan camilan pencuci mulut yang menarik bagi para ilmuwan yang tinggal di kondisi dingin Antartika.
-
Apa yang ditemukan ilmuwan di luar angkasa? Tim astronom pimpinan ilmuwan di Caltech, Amerika Serikat melaporkan penemuan air di luar angkasa. Mereka mengaku menemukan tempat cadangan air terbesar yang pernah terdeteksi di alam semesta.
-
Apa yang diuji oleh ketiga ilmuwan tersebut? Mereka adalah trio ilmuwan yang berhasil memenangkan penghargaan Nobel Prize 2022 dengan jumlah hadiah sebesar 10 juta krona Swedia (USD915.000) atau Rp 14 miliar. Penghargaan tersebut diraih atas keberhasilannya dalam melakukan eksperimen mekanika kuantum dan menjelaskan titik lemah dari Teori Kuantum temuan Einstein.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di luar angkasa? Dua tim astronom yang dipimpin oleh ilmuwan di Caltech, telah menemukan tempat cadangan air terbesar yang pernah terdeteksi di alam semesta. Dan jaraknya 30 miliar triliun mil.
-
Apa yang dilakukan oleh para ilmuwan Jepang pada robot? Ilmuwan Jepang telah menemukan cara untuk menempelkan jaringan kulit hidup ke wajah robot dan membuat mereka bisa "tersenyum".
Souya Uetsuki, pembuat bir yang bertanggung jawab atas proyek di Asahi Shuzo mengatakan: “Tidak ada jaminan keberhasilan 100 persen untuk uji fermentasi."
Uetseki menambahkan, perbedaan gravitasi dapat memengaruhi perpindahan panas dalam cairan, sehingga menyebabkan proses fermentasi berbeda antara di luar angkasa dan di Bumi, ditambah proses fermentasi yang memakan waktu sekitar dua bulan.
Meski begitu, perusahaan tersebut saat ini sedang mengembangkan peralatan pembuatan bir luar angkasa, yang rencananya akan diluncurkan pada akhir tahun 2025.
Harapan Baru
Uetsuki mengungkapkan, perusahaan berharap proyek itu akan menawarkan wawasan tentang cara kerja fermentasi di luar angkasa, sehingga mungkin suatu hari mereka dapat membuat sake di bulan.
"Di masa depan, saat manusia dapat bepergian bebas ke bulan, sebagian orang akan mengunjungi bulan sebagai turis. Proyek ini bertujuan untuk menciptakan sake yang dapat dinikmati di bulan, sehingga pengunjung dapat menikmati momen-momen menyenangkan di sana," kata Uetsuki.
- Menkop Teten Yakin Harga Susu Ikan Bisa Bersaing dengan Susu Sapi
- Pengusaha Jual Minyakita Harga Tinggi, Siap-Siap Kena Sanksi
- Indonesia Punya Jamur “Berlian” asal Bangka yang Harganya Jutaan Rupiah, Perlu Sambaran Petir agar Tumbuh
- Dijual Mahal di Jepang, Belut Ternyata Kaya Zat Gizi dan Punya Manfaat Tersendiri
Ia berharap proyek ini juga akan bermanfaat bagi wisatawan luar angkasa masa depan yang memiliki kegemaran terhadap jenis makanan fermentasi lainnya.
“Banyak makanan Jepang, seperti natto dan miso yang difermentasi dan teknologi ini dapat diperluas untuk area ini,” imbuh Uetsuki, seperti dikutip dari laman CNN, pada Jumat (13/12).
Perusahaan Asahi Shuzo telah membayar Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang untuk akses ke modul eksperimen Kibo, bagian dari ISS yang dikembangkan oleh Jepang, tempat pengujian dapat dilakukan dalam lingkungan gravitasi mikro khusus, meski belum ada tanggapan dari badan antariksa tersebut.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti