Robot Penjelajah Temukan Bukti Kehidupan di Planet Mars
Robot penjelajah itu ditugaskan untuk mengumpulkan sampel-sampel yang menunjukkan bukti kehidupan, keadaan geologi, dan iklim planet Mars.
Robot penjelajah Rover Perseverance milik Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) Amerika Serikat (AS) telah menemukan konsentrasi molekul organik tertinggi pada sebuah batu di planet Mars. Temuan ini mengisyaratkan akan keberadaan mikroba kuno yang pernah hidup di planet itu.
Dikutip dari laman Phys, Sabtu (17/9), bahan organik sebelumnya pernah ditemukan di planet Mars, namun temuan baru ini lebih menjanjikan sebab ditemukan di mana batuan sedimen dan garam diendapkan di danau yang memungkinkan munculnya kehidupan.
-
Apa yang membuat ilmuwan kebingungan tentang Planet Mars? Para ilmuwan telah mengungkapkan bahwa Mars berputar lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
-
Apa yang ditemukan NASA di Planet Mars? Wahana antariksa NASA Perseverance di Planet Mars menemukan bukti adanya danau purba di lapisan sedimen Kawah Jezero.
-
Apa yang ditemukan di permukaan Mars? NASA mengklaim telah memecahkan misteri salah satu fenomena paling aneh di Mars. Mengutip BBC, Selasa (17/9), para ilmuwan dari badan antariksa AS tersebut berhasil merekonstruksi bentuk seperti laba-laba yang terlihat di permukaan Mars.
-
Apa yang ditemukan di Planet Mars yang membuat para ilmuwan terkejut? Batuan misterius berbentuk aneh ini mengejutkan para ilmuwan. Memaksa mereka untuk mempelajarinya lebih lanjut.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan di Mars yang mirip dengan Bumi? Lumpur kering ini ketika diamati ternyata mirip dengan lumpur kering yang ada di Bumi.
-
Bagaimana puting beliung di Mars terbentuk? Di Bumi, angin puting beliung umumnya terbentuk ketika tanah dipanaskan oleh sinar Matahari, sehingga udara naik dan menciptakan tekanan rendah di atmosfer. Setelah itu, udara akan mengisi area dengan tekanan rendah tersebut, yang menyebabkan terbentuknya angin puting beliung. Namun, puting beliung di Planet Mars bisa tumbuh menjadi lebih besar dan sering muncul selama bulan-bulan musim semi dan musim panas.
“Sangat layak untuk mengatakan ini menjadi sampel batuan paling berharga yang pernah dikumpulkan,” ujar David Shuster, seorang ilmuwan Perseverance, kepada wartawan.
Biasanya bahan organik terbentuk oleh karbon, hidrogen, dan oksigen. Namun dalam hal tertentu, bahan organik terbentuk karena elemen-elemen lain sehingga tidak melewati proses biologi.
Sebelumnya robot penjelajah yang dikenal juga dengan nama Percy itu, mendarat di Kawah Jezero pada Februari tahun lalu. Robot penjelajah itu ditugaskan untuk mengumpulkan sampel-sampel yang menunjukkan bukti kehidupan, keadaan geologi, dan iklim planet Mars.
Robot penjelajah itu kini sedang mengeksplorasi endapan di muara sungai yang diyakini terbentuk 3,5 miliar tahun lalu. Robot itu ditugaskan untuk menganalisis batuan sedimen yang diyakini berasal dari lingkungan yang penuh air.
Robot itu sebelumnya telah mendapat dua sampel dari batu di wilayah Wildcat Ridge atau Punggung Batu Wildcat yang lebarnya sekitar satu meter. Pada 20 Juli lalu robot penjelajah itu menganalisis dua sampel batu dengan cahaya ultraviolet yang berasal dari instrumen bernama SHERLOC.
Hasil analisis menunjukkan jika batu itu memiliki bahan organik bernama aromatic yang berperan besar dalam biokimia.
Sunanda Sharma, seorang astrobiologis NASA mengatakan “ini adalah perburuan harta karun untuk menemukan potensi kehidupan di planet lain”.
“Bahan organik adalah petunjuk dan kami semakin kuat dan petunjuk semakin kuat...Saya pribadi menemukan hasil ini sangat mengharukan karena rasanya kami berada di tempat yang tepat, dengan alat yang tepat, pada saat yang sangat penting,” kata dia.
Keberadaan metana yang merupakan hasil pencernaan mikroba juga pernah ditemukan oleh robot penjelajah Curiosity. Temuan ini menunjukkan tanda-tanda kehidupan di planet merah itu.
Kini ilmuwan NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA) harus menunggu hingga 2023 agar batu itu untuk kembali ke Bumi dari planet Mars.
Batu itu akan dianalisis lebih lanjut dari dua ilmuwan badan antariksa itu.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
(mdk/pan)