"Sebelum ke Masjid Dia Bilang Akan Pulang untuk Makan Bersama, Tapi Dia Tak Pernah Pulang"
Seorang pria muslim dibunuh sekelompok massa Hindu di sebuah masjid di Maharashtra, India.
Seorang pria muslim dibunuh sekelompok massa Hindu di Maharashtra, India.
"Sebelum ke Masjid Dia Bilang Akan Pulang untuk Makan Bersama, Tapi Dia Tak Pernah Pulang"
Pada malam 10 September, Hassan, seorang insinyur sipil berusia 31 tahun, meninggalkan rumahnya menuju masjid setempat untuk melaksanakan salat Isya.
Ketika sedang salat, terdengar keributan di luar masjid. Kerumunan massa mengepung masjid, meneriakkan slogan anti-muslim dan membuat pernyataan mencerca Islam. Seorang saksi yang enggan diidentifikasi menggambarkan betapa mengerikannya situasi kala itu.
- Pohon Ini Bisa Berjalan dan Hidup Selama Ratusan Tahun, Begini Penjelasan Ilmuwan
- Mumi Tertua di Dunia Bukan Berasal dari Mesir, Bangsa Ini Pertama Kali Mengawetkan Mayat 9.000 Tahun Lalu
- Pertama Kalinya di Dunia Patung Berhijab akan Dipasang di Tempat Umum, Catat Lokasinya
- Tak Terima Putrinya Menikah dengan Pria Dalit, Seorang Suami di India Ajak Istri dan Dua Anaknya Minum Racun
Masjid ini diserbu oleh sekelompok orang yang membawa senjata tajam, besi, potongan granit, dan tongkat. Mereka mulai menyerang semua orang yang ada di dalam. Hassan diserang dengan brutal dan dipukuli dengan besi, hingga jatuh dalam genangan darah.
Ketika mereka mengangkatnya dari tempat itu, sudah terlambat, Hassan sudah meninggal. Sedikitnya 14 orang lainnya juga mengalami luka-luka serius.
"Dunia saya hancur berkeping-keping ketika melihat jenazah anak saya di tempat tidur. Pada saat itu saya tidak percaya dengan apa yang saya lihat," kata ayah Hassan, Muhammad Liyaqat kepada Aljazeera melalui sambungan telepon.
Paman Hassan, Muhammad Siraj mengatakan ada sekitar 15 orang di dalam masjid dan mereka sedang salat ketika ada kerusuhan di luar.
Kerusuhan ini dimulai dari serangan terhadap akun Instagram seorang remaja muslim oleh seorang pria Hindu. Unggahan yang tidak pantas tentang Chhatrapati Shivaji, seorang raja Hindu abad ke-17 yang dihormati karena perjuangan melawan Kesultanan Mughal yang muslim, menjadi penyulut ketegangan antara komunitas muslim dan Hindu di wilayah tersebut.
Namun, ketegangan terus berlanjut, dan pada 10 September, uanggahan media sosial lain yang merendahkan Shivaji menjadi viral di wilayah tersebut.
Situasi semakin memanas dan kerumunan yang terdiri dari sekitar 150-200 orang Hindu menyerang masjid di Pusesavali.
Mereka merusak pintu masjid dan memasuki rumah ibadah itu dengan senjata tajam. Bahkan, masjid itu sendiri tidak luput dari serangan. Mereka membakar kitab suci Alquran, buku-buku agama, dan merusak fasilitas masjid.
"Ada sekitar 150-200 orang HIndu berkumpul di luar masjid dan mulai melempari batu, merusak sebagian kendaraan yang diparkir," kata Liyaqat.
Seseorang dari desa akhirnya memberitahu polisi setempat dan aparat datang untuk mengatasi kerusuhan. Namun, kerumunan ini tidak berhenti.
Sumber: Aljazeera
Akibat dari serangan ini adalah kematian tragis Nurul Hassan. Jenazahnya dibawa ke pusat kesehatan setempat, di mana dia dinyatakan meninggal dunia. Laporan otopsi mengungkapkan dia menderita patah tangan dan luka parah di kepala, leher, dan dada, yang menyebabkan kematian mendadak.
Polisi mengatakan setidaknya ada 10 aparat terluka ketika berusaha mengatasi kerusuhan.
"Sejauh ini kami sudah menangkap 35 orang dan penyelidikan masih berlangsung," kata polisi.
Hassan menikahi Ayesha November tahun lalu.
"Kehidupan kami tidak ada artinya tanpa dia. Dia satu-satunya harapan kami. Sekarang siapa lagi tempat kami mengadu selain kepada Allah?" ujar Liyaqat.
"Dia orang yang baik dan suka berterus terang. Bahkan tetangganya yang non muslim juga berduka atas kematiannya," kata Siraj.
Ayesha kini mati rasa karena duka atas kematian suaminya.
"Sebelum dia pergi ke masjid, Ayesha meminta suaminya makan malam dulu. Tapi Hassan mengatakan dia akan kembali dalam 20 menit dan mereka akan makan bersama," ujar Liyaqat kepada Aljazeera.
"Tapi dia tak pernah pulang."