Semut Tentara Tertua Ditemukan dalam Batu Amber Berusia 35 Juta Tahun
Penemuan itu menunjukkan semut tentara yang kini umumnya dapat ditemukan di wilayah Afrika dan Amerika Selatan dahulu pernah tinggal di Eropa.
Semut tentara tertua di dunia berhasil ditemukan dalam batu amber berusia 35 juta tahun. Penemuan itu menunjukkan semut tentara yang kini umumnya dapat ditemukan di wilayah Afrika dan Amerika Selatan dahulu pernah tinggal di Eropa.
Christine Sosiak dari New Jersey Institute of Technology yang menemukan pun terkejut mendapatkan semut tentara itu dalam batu amber dari Eropa.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
“Kami tidak menyangka mereka ada di Eropa. Sebenarnya sama sekali tidak pernah terdengar menemukan mereka di sana. Namun di sini kita memiliki semut tentara Eropa ini, dari jauh ke belakang dalam sejarah,” jelas Sosiak, dikutip dari New Scientist, Jumat (25/11).
Sebelumnya penemuan itu terjadi ketika Sosiak sedang meneliti semut yang terjebak dalam batu amber baltic yang disimpan di Harvard University sejak tahun 1930-an. Saat meneliti, Sosiak menemukan spesimen semut itu salah diidentifikasi sebagai anggota genus Platythyrea.
Sosiak yang yakin dengan kesalahan itu kembali meneliti semut dan batu amber itu.
“Saya meletakkannya di bawah mikroskop dan berpikir, ‘Tunggu, itu jelas bukan spesies yang diberi label. Ini sesuatu yang sama sekali baru, sesuatu yang sangat aneh dan menarik’,” ungkap Sosiak.
Menggunakan fotografi dan pemindaian CT mikroskopis, Sosiak dan rekan-rekannya membuat gambar 3D beresolusi tinggi dari semut cokelat berkilau yang terawetkan dalam batu amber.
Saat meneliti, Sosiak dan rekannya menemukan semut itu tidak memiliki mata namun memiliki rahang runcing tajam, satu ruas pinggang, dan kelenjar besar untuk mengeluarkan cairan pelindung.
Temuan-temuan itu pun merujuk pada semut tentara yang berkerabat dekat dengan spesies semut lain di Afrika. Sama seperti semut modern, semut-semut purba diyakini berburu dalam kawanan besar untuk menyerang menggunakan semburan feromon dan menjalani kehidupan berpindah serta membangun sarang bawah tanah jangka pendek.
Sosiak yakin semut itu tersesat karena tidak mencium bau feromon yang ditinggalkan semut-semut. Akhirnya dia terjebak dalam getah pohon, bersatu dan mengeras menjadi batu amber.
Semut yang diteliti Sosiak dan rekannya diberikan nama Latin sebagai Dissimulodorylus perseus yang berarti tersembunyi. Sebab semut itu selama 80 tahun dapat menyembunyikan identitasnya dari para peneliti lain.
Sosiak menjelaskan penemuan itu adalah temuan fosil semut tentara kedua. Fosil semut tentara pertama bernama Neivamyrmex ectopus berhasil ditemukan dalam batu amber berusia 16 juta tahun di Republik Dominika.
Meski penemuan terbaru itu tidak disangka, namun temuan semut tentara baltic itu masuk akal mengingat Eropa dahulu lebih hangat dan lebih basah.
“Semut tentara adalah pemangsa yang sangat keren saat ini, dan mereka merupakan bagian integral dari ekosistem. Dan sangat menarik untuk mengetahui bahwa mereka masih merupakan bagian integral dari ekosistem bahkan 35 juta tahun yang lalu,” ujar Sosiak.
Reporter Magang: Theofilus Jose Setiawan
(mdk/pan)