Temuan 37 Tulang Manusia Ungkap Praktik Kanibalisme 4000 Tahun Lalu, Lidah dan Leher Dipotong Sampai Jari Kaki Jadi Santapan
Arkeolog menemukan 37 tulang kerangka manusia di sebuah lubang di terowongan Somerset, Inggris.
Temuan 37 kerangka manusia di Somerset, Inggris oleh arkeolog telah mengungkap peristiwa pembantaian dan kanibalisme mengerikan yang terjadi sekitar 4000 tahun lalu di Inggris.
Para ahli menemukan lebih dari 3.000 fragmen tulang di terowongan batu kapur alami sedalam 20 meter di Charterhouse Warren, Somerset, Inggris pada 1970-an.
-
Di mana kain berusia 4000 tahun itu ditemukan? Peneliti menemukan kain berusia 4000 tahun di Gua Tengkorak di Gurun Yudea, Israel.
-
Apa yang diburu manusia purba Neanderthal 48.000 tahun yang lalu? Catatan Tertua Hominid yang Berhasil Membunuh Predator Besar Merupakan bukti langsung pertama bahwa Neanderthal terlibat dalam perburuan singa gua.
-
Apa yang terjadi pada nenek moyang manusia sekitar 900.000 tahun yang lalu? Sebuah penelitian genetik terbaru mengungkap sesuatu yang aneh terjadi pada nenek moyang kita sekitar 900.000 tahun yang lalu. Tiba-tiba, populasi manusia purba mengalami penurunan drastis hingga mencapai jumlah yang sangat sedikit, hanya sekitar 1.300 individu yang berkembang biak.
-
Kapan kain berusia 4000 tahun itu dibuat? Dari penanggalan karbon diketahui kain itu berasal dari Zaman Perunggu Tengah, khususnya antara tahun 1954 dan 1767 SM.
-
Bentuk tangan manusia seperti apa di tahun 3000? Umat manusia mungkin berevolusi untuk memiliki cakar, bukan bentuk tangan saat ini untuk memegang ponsel pintar. Leher manusia mungkin ditekuk agar lebih nyaman melihat komputer pribadi. Manusia bahkan mungkin menjadi bungkuk, seperti yang kadang terjadi di masa lalu.
-
Apa yang membuat kain berusia 4000 tahun ini istimewa? Yang membuat penemuan ini unik adalah penggunaan pewarna merah yang berasal dari serangga Kermes vermilio, sumber warna mewah dan langka di zaman kuno.
Rick Schulting dan rekan-rekannya dari Universitas Oxford mengungkapkan setidaknya 37 orang, yang usianya berkisar dari bayi baru lahir hingga dewasa, ditemukan di terowongan itu. Berdasarkan penanggalan radiokarbon menunjukkan mereka meninggal sekitar Zaman Perunggu Awal (2200 hingga 2000 SM).
Pemotongan, pengulitan dan kanibalisme
Dilansir dari Live Science, studi yang diterbitkan di jurnal Antiquity ini mengungkapkan 30 persen dari tengkorak jasad tersebut telah retak pada saat kematian yang menunjukkan banyak di antara mereka mengalami kematian yang kejam.
Sekitar 20% dari tulang-tulang tersebut memiliki bekas luka, yang dibuat dengan peralatan batu. Bekas sayatan pada tulang depan salah satu tengkorak menunjukkan adanya kepala yang dikuliti. Bekas sayatan panjang pada rahang bawah menunjukkan adanya lidah yang dicabut.
Luka pada tulang rusuk mungkin disebabkan oleh pengeluaran isi perut. Sedikitnya enam orang memiliki bekas sayatan pada ruas tulang leher, yang menunjukkan proses pemenggalan, sejumlah tulang tangan dan kaki kecil mengalami patah tulang yang konsisten dengan kebiasaan pengunyahan manusia, kata tim peneliti.
Alasan pembantaian
Hampir setengah dari korban adalah anak-anak yang menunjukkan seluruh komunitas mungkin musnah dalam peristiwa brutal ini.
- Arkeolog Tentukan Usia Tiga Kerangka Manusia di Kompleks Istana Majapahit dengan Metode Uji Karbon
- Arkeolog Temukan Kuil Berusia 4.000 Tahun Bersama Kerangka Manusia, Terkubur di Bawah Gurun Pasir
- Arkeolog Temukan Lukisan dan Pahatan Purba di Gua Spanyol, Dibuat Manusia Zaman Batu
- Arkeolog Ungkap Temuan: Kapan Manusia Purba Mulai Berbicara!
Meski begitu, praktik kanibalisme pada Zaman Perunggu sangat tidak lazim dilakukan seperti yang dikatakan Schulting, "Jika ini adalah sesuatu yang 'normal', Anda akan menemukan buktinya di situs lain. Kami memiliki ratusan kerangka dari masa ini, dan Anda tidak akan melihat hal seperti ini."
Schulting dan timnya masih belum menemukan alasan di balik pembunuhan massal dan kanibalisme ini. Namun, mereka memperkirakan kemungkinan besar tujuannya bukan hanya membasmi kelompok tersebut atau tindakan balas dendam.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti