Temukan Fosil Manusia Purba Berusia 45.000 Tahun, Arkeolog Ungkap Penyebab Manusia Neanderthal Punah
Arkeolog menemukan garis keturunan Neanderthal yang baru setelah mengambil sampel DNA dari fosil berusia 45.000 tahun.
Ilmuwan menemukan garis keturunan Neanderthal baru setelah mengambil DNA dari beberapa tulang berusia sekitar 45.000 tahun lalu di Lembah Rhône, Prancis saat ini.
Sisa-sisa tulang itu milik manusia prasejarah yang dijuluki "Thorin" berdasarkan Thorin Oakenshield, salah satu kurcaci dari The Hobbit karya J.R.R Tolkien.
-
Dimana fosil manusia purba Neanderthal pertama ditemukan? Spesies ini dinamakan Neandertal sesuai dengan lokasi tempat pertama kali ditemukan di Jerman, Neandertal atau Lembah Neander.
-
Di mana fosil manusia purba ditemukan? Fosil ini ditemukan di gua Heaning Wook Bone di Cumbria, Inggris.
-
Bagaimana fosil manusia purba di Sangiran ditemukan? Fosil ini pertama kali ditemukan oleh Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald pada tahun 1934 dengan bantuan penduduk setempat.
-
Siapa yang menemukan kerangka manusia Neanderthal? Pada 1986, seorang ahli paleontologi amatir bernama Miguel Aznar mendonasikan kotak tersebut ke museum. Kotak ini berisi kerangka manusia Neanderthal yang dikumpulkan oleh Aznar pada akhir tahun 1970-an di Cova Simanya, sebuah gua yang terletak di luar Barcelona.
-
Mengapa fosil manusia purba ini penting? Penemuan fosil ini merupakan sisa-sisa manusia tertua yang pernah ditemukan di Inggris bagian utara.
-
Apa yang diburu manusia purba Neanderthal 48.000 tahun yang lalu? Catatan Tertua Hominid yang Berhasil Membunuh Predator Besar Merupakan bukti langsung pertama bahwa Neanderthal terlibat dalam perburuan singa gua.
Fosil Thorin ini ditemukan pada 2015 bersama peralatan purba di Grotte Mandrin. Lokasi yang sama dengan tempat tinggal Homo sapiens tapi pada kurun waktu yang berbeda dengan Neanderthal.
Adanya Neanderthal lain di lokasi yang berbeda
Ahli genomik, Martin Sikora membandingkan genom Neanderthal lain yang telah diurutkan sebelumnya dengan genom milik Thorin yang menunjukan genom milik Thorin lebih mirip dengan individu yang digali sekitar 1.600 kilometer ke arah timur laut di Gibraltar. Slimak berspekulasi poulasi Thorin kemungkinan bermigrasi ke selatan dari Gibraltar ke Prancis.
“Ini berarti ada populasi Neanderthal Mediterania yang tidak diketahui dengan populasi yang membentang dari ujung paling barat Eropa hingga Lembah Rhône di Prancis,” kata Ludovic Slimak, ketua tim peneliti dari Universitas Toulouse Paul Sabatier, seperti dilansir Popular Science.
Lokasi yang sama dengan Homo Sapien
Ilmuwan menemukan garis keturunan Neanderthal baru setelah mengambil DNA dari beberapa tulang berusia sekitar 45.000 tahun lalu di Lembah Rhône, Prancis saat ini.
- Arkeolog Temukan Fosil Manusia Purba Berusia 6.000 Tahun Saat Menggali 9 Kuburan, Ada Kalung Berhiaskan Ribuan Manik-Manik
- Apa yang Dimakan Manusia Prasejarah Ketika Zaman Es? Jawaban Ilmuwan Bikin Merinding
- Arkeolog Temukan Bukti Neanderthal Tak Hanya Berburu Hewan Besar untuk Bertahan Hidup, Ini Daftar Makanan Mereka
- Arkeolog Temukan 7.000 Tulang Berusia 7.000 Tahun di Dalam Gua, Ada Tengkorak Manusia Dengan Kepala Berlubang, Ternyata ini Penyebabnya
Sisa-sisa tulang itu milik manusia prasejarah yang dijuluki "Thorin" berdasarkan Thorin Oakenshield, salah satu kurcaci dari The Hobbit karya J.R.R Tolkien.
Fosil Thorin ini ditemukan pada 2015 bersama peralatan purba di Grotte Mandrin. Lokasi yang sama dengan tempat tinggal Homo sapiens tapi pada kurun waktu yang berbeda dengan Neanderthal.
Ahli genomik, Martin Sikora membandingkan genom Neanderthal lain yang telah diurutkan sebelumnya dengan genom milik Thorin yang menunjukan genom milik Thorin lebih mirip dengan individu yang digali sekitar 1.600 kilometer ke arah timur laut di Gibraltar. Slimak berspekulasi poulasi Thorin kemungkinan bermigrasi ke selatan dari Gibraltar ke Prancis.
“Ini berarti ada populasi Neanderthal Mediterania yang tidak diketahui dengan populasi yang membentang dari ujung paling barat Eropa hingga Lembah Rhône di Prancis,” kata Ludovic Slimak, ketua tim peneliti dari Universitas Toulouse Paul Sabatier, seperti dilansir Popular Science.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti