Usia Alam Semesta Ternyata Dua Kali Lebih Tua Dari Dugaan Sebelumnya, Begini Cara Ilmuwan Menghitungnya
Usia Alam Semesta Ternyata Dua Kali Lebih Tua Dari Dugaan Sebelumnya, Begini Cara Ilmuwan Menghitungnya
Teori baru ini menunjukkan alam semesta mungkin juga terbuat dari bahan yang sangat berbeda dari apa yang diyakini sebagian besar ilmuwan sebelumnya.
-
Kapan ilmu pengetahuan mencoba memahami hakikat alam semesta? Contohnya, dalam fisika, penelitian tentang teori relativitas Albert Einstein bertujuan untuk memahami prinsip-prinsip dasar ruang, waktu, dan gravitasi dalam alam semesta.
-
Apa yang membuat ilmuwan kesulitan menemukan ujung alam semesta? Menjawab pertanyaan itu semua, menurut laman Astronomy, Selasa, (05/09), menjelaskan bahwa sekalipun diteliti dengan teleskop yang lebih besar tidak akan menemui bagian-bagian lainnya, sebab teleskop memiliki kemampuan yang terbatas.
-
Bagaimana para ilmuwan memastikan asal usul senjata-senjata kuno itu? "Beberapa kilogram besi berkarat penuh lumpur tanpa bentuk dibungkus dengan aman dan dibawa keluar dari hutan untuk dibersihkan dan memastikan asal usul temuan ini," jelas Darius Kopciowski dari Konservator Monumen Provinsi Lublin.
-
Bagaimana cara para ilmuwan menentukan usia Bumi? Metode yang paling umum digunakan untuk menentukan usia Bumi adalah penanggalan radiometrik. Teknik ini memanfaatkan peluruhan unsur-unsur radioaktif yang ada dalam batuan dan mineral.
-
Apa itu Pembangunan Semesta? Salah satu perusahaan otobus atau firma yang berdiri di Kota Medan yaitu Pembangunan Semesta. PO Bus ini didirikan oleh dua sahabat karib yang akhirnya saling berpisah dan mendirikan perusahaan sendiri. Pada awal berdirinya, bus ini melayani rute kota Medan ke Kabupaten Langkat. Bus Pembangunan Semesta menjadi salah satu pilihan moda transportasi warga Medan pada saat itu.
-
Bagaimana cara ilmuwan menentukan usia Bumi? Sejumlah ilmuwan mencoba menghitungnya menggunakan penanggalan usia radiometrik. Melalui cara ini dianggap perhitungannya presisi.
Usia Alam Semesta Ternyata Dua Kali Lebih Tua Dari Dugaan Sebelumnya, Begini Cara Ilmuwan Menghitungnya
Usia alam semesta mungkin hampir dua kali lipat lebih tua dari usia yang kita yakini selama ini, yaitu 26,7 miliar tahun, bukan 13,7 miliar tahun.
Teori baru ini menunjukkan alam semesta mungkin juga terbuat dari bahan yang sangat berbeda dari apa yang diyakini sebagian besar ilmuwan sebelumnya.
Para peneliti mencapai kesimpulan tersebut setelah menganalisis data dari planet berwarna merah yang bergerak menjauh dari kita, sehingga cahayanya menjadi lebih merah.
- Ilmuwan Penasaran Bagaimana Manusia Purba Bisa Jelajahi Gua Penuh Jurang Berbahaya 8.000 Tahun Lalu
- Mengapa Manusia dan Mamalia Lain Punya Lima Jari? Ini Kata Ilmuwan
- Ilmuwan Tercengang Saat Temukan Peristiwa Sangat Langka, Hanya Terjadi Sekali dalam 1 Miliar Tahun
- Ilmuwan Akhirnya Temukan Jawaban Mengapa Manusia Tidak Punya Ekor
Studi mereka menunjukkan 'dark matter’ atau 'materi gelap' misterius mungkin tidak ada sama sekali—sehingga membuat alam semesta menjadi tempat yang sangat berbeda.
Dark matter adalah materi penyusun mayoritas materi di alam semesta yang tidak terdeteksi dari radiasi yang dipancarkan materi itu.
Rajendra Gupta, seorang profesor fisika di Fakultas Sains, Universitas Ottawa, mengatakan, “Temuan penelitian ini mengkonfirmasi bahwa penelitian kami sebelumnya tentang usia alam semesta adalah 26,7 miliar tahun telah memungkinkan kami untuk menemukan bahwa alam semesta tidak memerlukan kegelapan penting untuk ada."
Gupta mengatakan pengamatan menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb yang baru sesuai dengan teorinya.
Dalam kosmologi, istilah 'dark matter’' menggambarkan segala sesuatu yang tampaknya tidak berinteraksi dengan cahaya atau medan elektromagnetik, yang hanya dapat dijelaskan melalui gaya gravitasi.
Dilansir Yahoo News, para ilmuwan yakin, sebagian besar alam semesta terbuat dari materi gelap, dengan 27% terdiri dari materi gelap dan kurang dari 5% materi biasa.
Kita tidak dapat melihatnya—bahkan dengan teleskop, kita juga tidak tahu terbuat dari apa. Namun materi gelap membantu kita memahami perilaku galaksi, planet, dan bintang– meskipun studi baru menunjukkan bahwa materi gelap mungkin tidak ada sama sekali.
Penelitian ini menunjukkan seluruh pemahaman manusia tentang perluasan alam semesta mungkin salah.
Alih-alih membutuhkan materi gelap yang misterius dan tak terlihat untuk membuat segalanya bertambah, hal ini sebenarnya berkaitan dengan kekuatan alam yang semakin berkurang seiring berjalannya waktu dan cahaya kehilangan energi.
Para peneliti mengatakan hal ini bisa membuka cara baru untuk memahami alam semesta.
"Dalam kosmologi standar, percepatan perluasan alam semesta dikatakan disebabkan oleh energi gelap, namun sebenarnya disebabkan oleh melemahnya kekuatan alam seiring dengan perluasannya, bukan karena energi gelap,” ujar Gupta.
“Ada beberapa makalah yang mempertanyakan keberadaan materi gelap, tapi makalah saya adalah makalah pertama, sepengetahuan saya, yang menghilangkan keberadaan kosmologisnya sambil tetap konsisten dengan pengamatan kosmologis utama yang telah kami konfirmasi,” tambahnya.
Dengan menantang kebutuhan akan materi gelap di alam semesta dan memberikan bukti bagi model kosmologis baru, penelitian ini membuka jalan baru untuk mengeksplorasi sifat-sifat dasar alam semesta.