Belajar dari Orang Betawi Tempo Dulu Kenalkan Agama Islam ke Anak, Lewat Dongeng Sebelum Tidur hingga Syair
Saat islam dikenalkan sedari dini, maka ke depan sang anak akan lebih memahami dan bisa mempraktikkan ajarannya dengan baik.
Ada banyak kisah parenting yang menarik untuk disimak, salah satunya berasal dari masyarakat tradisional Betawi. Sejak zaman dahulu, mereka sudah mengenalkan ajaran agama Islam kepada anak sedari dini.
Seperti diketahui bersama, kultur keislaman melekat kuat di budaya orang Betawi. Bahkan, ajaran tersebut juga dekat dalam tradisi-tradisi yang masih bertahan sampai sekarang seperti nyorog, munggahan, dan ruwahan yang identik saat bulan Ramadan.
-
Apa yang dimaksud dengan tradisi Tamat Qur'an di Betawi? Tradisi yang juga dikenal dengan nama Tamat Qur'an ini populer di kalangan warga pinggiran Jakarta, terutama yang masih kental dengan budaya Betawi. Biasanya, acara ini dirayakan oleh anak-anak yang mampu menyelesaikan sebanyak 30 juz. Yang menarik, anak-anak akan diarak keliling kampung sebagai ungkapan rasa bahagia sekaligus menjadi motivasi bagi anak-anak lainnya agar bisa turut menyelesaikannya.
-
Kenapa budaya palang pintu muncul di Betawi? Budaya palang pintu muncul ketika daerah-daerah Betawi masih rawan. Dulu jauh sebelum seperti saat ini, orang melamar untuk nikah harus berangkat pada malam hari.
-
Bagaimana orang Batak mempertahankan budaya kekeluargaan saat merantau? Kemudian ikatan marga dan kekeluargaan yang kuat juga menanamkan rasa tanggung jawab dan saling membantu. Bahkan, tak hanya keluarga inti, marga jauh pun juga diajarkan untuk membantu apabila memiliki rezeki yang lebih.
-
Bagaimana proses pelaksanaan tradisi Tamat Qur'an di Betawi? Prosesi Tamat Qur'an akan dilaksanakan ketika seorang anak telah rampung membaca sebanyak 30 juz. Kemudian anak-anak tersebut akan dikumpulkan di depan Kong Aji sebagai pengajar dan orang tua. Setelahnya, anak-anak kembali diminta untuk membaca beberapa surat atau ayat Al-Qur'an. Kemudian mereka juga diminta membaca selawat serta akan diberi nasihat oleh Kong Aji. Pembacaan ini merupakan ujian akhir, sebelum disahkan bahwa mereka benar-benar sudah menyelesaikan bacaan Al-Qur'an dengan baik dan benar.
-
Apa saja pantangan yang diyakini orang Betawi? Masyarakat Betawi di seputaran Jakarta masih meyakini adanya pantangan sebagai sebuah pedoman hidup.
-
Siapa yang melakukan peleburan budaya Arab, China, dan Melayu dalam pakaian pengantin Betawi? Pakaian yang dikenalan pengantin Betawi merupakan contoh peleburan budaya Arab, China, dan Melayu.
Kuatnya akulturasi Islam ini karena nenek moyang mereka selalu mengajarkan manusia agar senantiasa dekat dengan Allah yang akan membuat batin tenang dan mendapat kemudahan hidup.
Itulah mengapa para orang tua selalu berusaha mengenalkan agama Islam dimulai dari membacakan dongeng kepada anak-anak yang masih berusia bayi. Yuk kenalan lebih dekat lagi.
Membaca Dongeng Tentang Islam
Ada banyak cara yang dilakukan para orang tua di Betawi agar anaknya kelak mengenal ajaran agama Islam. Salah satunya adalah saat menidurkan anak melalui pembacaan dongeng.
Dongeng-dongeng tersebut bisa berupa kisah kebaikan, mengenalkan pahala, maupun kisah anak yang selalu beruntung ketika rutin menjalankan salat.
Saat islam dikenalkan sedari dini, maka ke depan sang anak akan lebih memahami dan bisa mempraktikkannya dengan baik.
Nyanyikan Syair Islam Sembari Berdoa
Dalam buku Betawi Tempo Doeloe: Menelusuri Sejarah Kebudayaan Betawi karya Abdul Chaer, dikatakan bahwa orang tua Betawi juga mengganti lagu nina bobo dengan syair-syair bernada Islam.
Menurut Chaer, liriknya kebanyakan tentang doa orang tua kepada anak tersebut agar ke depan rezekinya melimpah.
“Ya Allahu, Ya Robbi. Beri rezei biar lebi, supaye bise pegi haji, sambil ziarah ke kuburan Nabi,” sebut Chaer.
Bawa Pesan Kebaikan
Seluruh isi dari dongeng maupun syair yang disampaikan sarat dengan nilai kebaikan. Ketika anak hendak tidur, para ibu juga menceritakan tentang perbuatan apa saja yang mengandung pahala.
Kemudian, sang ibu juga menceritakan apa saja yang menimbulkan dosa seperti ketika meninggalkan salat.
“Dung indung Siti Aise, mandi di kali rambutnye base, kagak sembayang kagak pause, di dalem kubur mendapet sikse,” tambah Chaer.
Didekatkan saat Orang Tua Hendak Salat
Kemudian, cara tradisional lain adalah ketika kedua orang tuanya hendak salat, sang anak didudukkan atau direbahkan di dekat mereka. Di sini, anak akan melihat kedua orang tuanya salat dan akan terbawa saat dewasa.
Kemudian, anak ketika sudah bisa berbicara mulai dibacakan surat Al-Fatihah per kalimat dan anak diminta mengikutinya. Lama-lama, ketika terbaca secara berulang-ulang, ilmu akan masuk dan mudah diamalkan.
“Ya Allah, ya Rahma, Nabi Muhammad akhir zaman, minta mati, minta beriman, masuk sorga serta junjungan,” tulis Chaer.
Kebudayaan Islam Dekat dengan Masyarakat Betawi
Adapun kebiasaan turun temurun warga asli Betawi tersebut sebenarnya berawal dari kuatnya peradaban Islam di masa silam. Ketika itu, masyarakat Betawi memang terdiri dari banyak suku bangsa salah satunya wilayah Timur Tengah.
Mengutip jejakislam.net, perkembangan awal masyarakat Betawi mulanya terbentuk dari pernikahan berbeda budaya yang terjadi di masa Sunda Kelapa. Saat itu banyak para pedagang asal melayu hingga Hadramaut, Yaman.
Menurut sejarawan, almarhum Ridwan Saidi, terdapat juga salah satu ulama yang saat itu paling berpengaruh dan sangat awal dalam penyebaran Islam di tanah Betawi yakni Syekh Quro.
Itulah mengapa orang Betawi memiliki budaya Islam yang melekat kuat, karena dalam sejarahnya terjadi penyebaran yang masif melalui perdagangan hingga pernikahan.