Serunya Nyawalan Kampung Khas Lebaran di Ciamis, Hadirkan Kuda Lumping sampai Reog Sunda
Nyawalan jadi ajang silaturahmi sekaligus melestarikan tradisi nenek moyang di Ciamis.
Nyawalan jadi ajang silaturahmi sekaligus melestarikan tradisi nenek moyang di Ciamis.
Serunya Nyawalan Kampung Khas Lebaran di Ciamis, Hadirkan Kuda Lumping sampai Reog Sunda
Hari Lebaran menjadi waktu yang ditunggu-tunggu oleh segenap masyarakat. Berbagai acara dipersembahkan untuk meramaikan acara satu tahun sekali itu, salah satunya nyawalan di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Acara ini bisa dikatakan sebagai hajat warga setelah salat Idulfitri, di mana mereka menampilkan berbagai tradisi nenek moyang. Kuda lumping sampai reog Sunda jadi salah satu kesenian yang dipertunjukan.
-
Di mana tradisi Nyepuh di Ciamis dilakukan? Dalam pelaksanaan tradisi Nyepuh pada Senin (26/2) lalu, ratusan warga antusias dan berkumpul di makam leluhur Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu.
-
Kenapa tradisi Nyadran dilakukan di Desa Mliwis? “Kita berkumpul di sini berdoa. Karma baiknya kita limpahkan kepada para leluhur kita yang dimakamkan di sini. Kemudian setiap keluarga di rumah buka pintu, untuk menerima tamu dari teman, saudara, kerabat, agar tidak lupa dengan tali persaudaraan para leluhur kita. Biasanya sampai tengah malam masih ada tamu,”
-
Bagaimana cara warga Ciamis merayakan tradisi Nyepuh? Warga yang hadir kemudian mengikuti serangkaian prosesi, termasuk berdoa dalam menyiapkan diri lahir batin agar bisa menjalankan ibadah puasa dengan tuntas dan mendapat keridaan.
-
Kenapa warga Ciamis melaksanakan tradisi Nyepuh? Tradisi ini rutin dilaksanakan, sekaligus untuk menghormati leluhur di masa silam. Harapan utama dari acara ini agar diberikan kelancaran dalam menjalankan ibadah puasa.
-
Bagaimana warga Desa Mliwis menjaga tradisi Nyadran? “Sudah turun-temurun sejak zaman simbah-simbah kita dulu. Kita kasih undangan ke warga-warga kalau tiap tanggal 15 ruwah diadakan doa bersama, dan satu minggu sebelumnya diadakan bersih-bersih makam,” kata Widiatmoko, tokoh masyarakat Desa Mliwis.
-
Kenapa tradisi ruwatan dilakukan di Jawa? Masyarakat Jawa masih rutin melaksanakan tradisi tersebut sebagai bentuk penyucian diri. Masyarakat Jawa memiliki beragam jenis ritual yang sampai sekarang masih rutin dilakukan. Salah satunya adalah tradisi ruwatan yang merupakan ritual penyucian untuk membebaskan seseorang dari hukuman yang berbahaya.
Dari anak-anak sampai orang dewasa, tumpah ruah di salah satu lahan kosong pada desa yang menyelenggarakan nyawalan. Mereka ada yang terlibat menampilkan kesenian, adapula yang hadir sebagai penonton.
Tradisi nyawalan hadir sebagai bentuk silaturahmi antar warga, sekaligus ngamumule alias melestarikan kebiasaan nenek moyang dalam merayakan hari kemenangan.
Yuk, intip keseruan tradisi nyawalan khas Lebaran di Ciamis, Jawa Barat.
(Gambar: YouTube RC Explorer)
Warga Berkumpul untuk Menyaksikan Nyawalan
Mengutip YouTube RC Explore, tradisi nyawalan jadi acara besar di kampung yang ditunggu-tunggu masyarakat.
Berbagai kesenian turut dihadirkan warga, dengan dihadiri tokoh masyarakat setempat.
Dalam bahasa Sunda, nyawalan artinya merayakan bulan Syawal atau bulan kemenangan di Hari Raya Idulfitri.
Sisi menarik dari nyawalan adalah seluruh pengisi acaranya berasal dari warga setempat dengan memakai dandanan ala masyarakat tradisional Sunda.
Tampilkan Kuda Lumping sampai Reog Sunda
Untuk keseniannya ada berbagai jenis yang ditampilkan seperti kuda lumping. Kesenian ini dimainkan oleh anak-anak maupun orang dewasa dengan mengalungkan tali yang menyambung ke kayu berbentuk kuda.
Tangan kiri mereka memegang kepala dan tangan kanannya memegang pecutan. Setelah alat musik Sunda dibunyikan, para pemain kuda lumping langsung menari mengikuti irama lagu.
- Uniknya Tradisi Sambut Lebaran di Bengkulu, Bakar Batok Kelapa dengan Penuh Sukacita
- Mengenal Tradisi Nyepuh Khas Warga Ciamis, Sambut Ramadan dengan Hias Kampung hingga Makan Nasi Kuning
- Mengenal Balimau Kasai, Tradisi Bersuci Sambut Hari Ramadan Khas Masyarakat Kampar Riau
- Serunya Tradisi Sedekah Laut di Brebes, Bentuk Rasa Syukur Para Nelayan
Kemudian ada juga reog Sunda yang dimainkan oleh ibu-ibu setempat. Mereka memainkan dok-dok atau kendang kecil yang ditabuh, diiringi oleh gerak tari yang lucu dan lawak para pemainnya.
Biasanya turut disampaikan pesan-pesan sosial dan keagamaan kepada warga yang hadir di lokasi.
Tarian Tokecang yang Lucu
Tarian tokecang menjadi kesenian yang ditampilkan oleh anak-anak usia SD di Ciamis untuk memeriahkan nyawalan. Tarian ini dimainkan oleh anak-anak perempuan, dengan mengenakan kebaya warna-warni.
Anak-anak juga membawa bakul berukuran kecil sebagai simbol kemakmuran di masa lalu. Setelah itu, anak-anak akan menari setelah lagu tokecang dimainkan penyelenggara.
Sebenarnya, tokecang tak sekedar lagu anak-anak yang seru untuk dimainkan, melainkan ada hal lainnya yang tak kalah penting yakni pesan kepada pemainnya. Simbol bakul berarti kecukupan dan bersyukur, ini karena bakul biasanya berisi beras sebagai simbol kehidupan.
Daerah yang Masih Melestarikan Tradisi Nyawalan
Terakhir, tarian Bang Wangsit Siliwangi juga dimainkan oleh bapak-bapak pada malam hari. Mereka akan mengenakan baju pangsi Sunda berwarna hitam, lengkap dengan totopong atau udeng (ikat kepala). Tarian ini cukup sakral karena dikelilingi cahaya obor.
Mengutip ANTARA, tarian ini merupakan warisan leluhur masyarakat Ciamis dari Kerajaan Galuh di masa silam. Tujuan utama dari tarian ini adalah mempererat tali silaturahmi dengan warga yang membaur berkat lagu tradisional.
Adapun sejumlah daerah yang masih melestarikan ini di antaranya, Kampung Citeureup, Ciomas Panjalu dan di Brunggendis, Sukaraja, Ciamis. Semakin seru karena adanya unsur kerasukan dari para pemain dan penari di acara tersebut.