Kisah Bajak Laut di Perairan Gorontalo, Bekerja Sama hingga Timbul Kerugian Bagi Perdagangan VOC
Para bajak laut menempati kedudukan penting dalam kegiatan penyelundupan perdagangan gelap.
Para bajak laut menempati kedudukan penting dalam kegiatan penyelundupan perdagangan gelap.
Kisah Bajak Laut di Perairan Gorontalo, Bekerja Sama hingga Timbul Kerugian Bagi Perdagangan VOC
Pada zaman dahulu kala tepatnya pada abad ke-18, para bajak laut beraktivitas di perairan Teluk Tomini Pulau Sulawesi. Mereka banyak bermukim di perairan dekat Gorontalo.
Saat itu sedang ramai perdagangan emas. Para bangsawan Gorontalo saat itu terlibat dalam penjualan emas kepada para pedagang Bugis dan bajak laut yang berkeliaran di pantai Gorontalo.
-
Kapan Kota Bawah Laut itu ditemukan? Kota ini ditemukan pada tahun 2000 menggunakan peralatan sonar.
-
Apa yang ditemukan penyelam di bawah laut? Sisa-sisa kota ini ditemukan penyelam di bawah laut.
-
Dimana letak surga bawah laut yang memikat di Raja Ampat? Jauh dari hiruk pikuk kota metropolitan, Raja Ampat memiliki suguhan alam yang begitu mengagumkan.
-
Kapan sungai bawah laut ini ditemukan? Sungai ini ditemukan tahun 2010 menggunakan kapal selam robot.
-
Kapan endapan bawah laut tersebut diperkirakan terbentuk? Ilmuan meyakini megabed terbentuk sekitar 18.000 ribu tahun yang lalu akibat dari letusan dahsyat Camp Flegrei Neapolitan Yellow Tuff.
-
Kenapa berang-berang laut hampir punah? Sayangnya, berang-berang laut pernah diburu sampai hampir punah dan populasinya belum sepenuhnya pulih. Saat ini, mereka diklasifikasikan sebagai spesies yang terancam punah.
Bajak laut yang berkeliaran di perairan laut Gorontalo berasal dari berbagai tempat seperti Bugis, Makassar, Mandar, Mindanao, dan Tobelo.
Pada 27 September 1677, dalam kunjungan Gubernur Maluku, Robertus Padtbrugge, ke Gorontalo secara khusus membahas masalah aktivitas para bajak laut dengan Olongia atau para raja di sana.
Padtbrugge menyampaikan bahwa keamanan di Teluk Tomini dan pantai utara Sulawesi sangat rawan bagi pelayaran di sana.
Hal ini menunjukkan banyaknya bajak laut yang berkeliaran di Teluk Tomini dan sulit ditaklukkan oleh raja-raja di sana.
Untuk mengamankan pelayaran di Gorontalo, VOC mengontrol langsung kawasan perairan itu agar mencegah timbulnya kerugian yang lebih besar.
Selan itu, VOC juga menekan Olongia agar menjaga keamanan wilayahnya dari gangguan bajak laut dan menyerahkan para bajak laut yang ditangkap kepada VOC.
Para bajak laut Bugis dan Makassar punya strategi serta cara kerja yang baik.
Di sepanjang wilayah operasinya, mereka mendirikan pangkalan-pangkalan yang letaknya strategis di antara pelabuhan besar atau dekat dari tempat transit kapal dagang.
Setiap pangkalan ada pemimpinnya. Merekapun membentuk jaringan dan saling membantu ketika menghadapi musuhnya.
- Gempa M 6,1 Guncang Gorontalo, Ini Penyebab dan Dampaknya
- Peringati Hari Hiu Paus Internasional, Anggota Dewan Pers Lepas Penyelam Gorontalo Bersihkan Sampah Laut
- Menguak Jejak Benteng Lohayong yang Diduga Hancur Akibat Gempa, Jadi Saksi Kejayaan VOC di Timur Nusantara
- Lapas Gorontalo Banjir, Begini Penampakannya
Walaupun sudah diperingatkan VOC, para Ongolia dan bangsawan Gorontalo tetap menjalin kerja sama dengan para bajak laut. Akibatnya VOC mengalami kerugian besar.
Para bangsawan Gorontalo sendiri lebih suka berhubungan dengan para pedagang dari Bugis dan Mandar yang lebih banyak memberikan keuntungan dari pada menjalin hubungan dagang dengan VOC.
Maka tidak mengherankan apabila beberapa bangsawan memberikan kemudahan bagi aktifitas para bajak laut dalam melakukan penyelundupan dan memberi perlindungan. Sehingga bajak laut sulit ditangkap VOC.
Aktivitas perompakan oleh para bajak laut di Teluk Tomini dan pantai utara Sulawesi sering dianggap sebagai bentuk menentang penindasan oleh pihak yang lemah terhadap mereka yang mendominasi.
Dalam catatan Asisten Residen Gorontalo, pada tahun 1824, 1832,1833, dan 1834 terjadi perampokan yang cukup besar.
Akibat peristiwa ini, Asisten Residen Gorontalo menyurat kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk meminta bantuan dalam menumpas bajak laut.
Laporan ini ditanggapi serius oleh Gubernur Jenderal di Batavia dengan menempatkan sebuah kapal perang di perairan Gorontalo.
Pada saat itu, para bajak laut menempati kedudukan penting dalam kegiatan penyelundupan perdagangan gelap. Mereka membawa kain, candu, dan beras ke Gorontalo dan mengangkut damar, lilin, teripang, sagu, dan kulit kerang.