Mengenal Sosok Gan Kam, Pengusaha Tionghoa Sang Penyelamat Pertunjukan Wayang Orang Mangkunegaran
Pertunjukan wayang orang yang dikemas Gan Kam bertransformasi jadi lebih populer dan bisa dinikmati segala kalangan
Pertunjukan wayang orang yang dikemas Gan Kam bertransformasi jadi lebih populer dan bisa dinikmati segala kalangan
Mengenal Sosok Gan Kam, Pengusaha Tionghoa Sang Penyelamat Pertunjukan Wayang Orang Mangkunegaran
Pertunjukan Wayang Orang sudah menjadi tradisi yang diwariskan secara turun-temurun di Istana Mangkunegaran, Solo.
Wayang Orang Mangkunegaran muncul pada masa pemerintahan Mangkunegara I (1757-1796) dan terus mengalami perkembangan pesat hingga masa pemerintahan Mangkunegara IV (1853-1881).
-
Kapan Gewa lahir? Mutia mengungkapkan bahwa anaknya yang lahir pada 28 Februari 2020 sudah semakin besar dan dapat memilih pakaian yang ingin dikenakannya.
-
Kapan O ditangkap? Ia ditangkap saat tengah bekerja di pabrik tahu di Kampung Parit Timur, Desa Banjarsari Timur, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang.
-
Kenapa orang pingsan? Pingsan adalah kondisi sementara di mana seseorang kehilangan kesadaran karena penurunan aliran darah ke otak.
-
Kapan Galang Rambu Anarki meninggal? Dia meninggal dunia pada 25 April 1997 di usia 15 tahun.
-
Kapan Gege meninggal? Joe atau Juhana Sutisna dari P Project mengalami duka atas meninggalnya putra kesayangannya, Edge Thariq alias Gege, pada pertengahan Mei 2024.
-
Bagaimana bentuk Gua Kemang? Berbentuk Tidak Simetris Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Gua Kemang sendiri berbeda dari gua-gua lainnya yakni memiliki bentuk yang tidak simetris.
Pada masa Mangkunegara V (1881-1896), pertunjukan wayang orang mengalami perubahan dan pembaharuan dari sisi banyak hal seperti penari, rias busana, lakon, dan fungsi sajiannya.
Namun saat itu dibarengi pula dengan kemerosotan perekonomian istana, sehingga banyak abdi dalem yang sebelumnya menjadi bagian dalam pertunjukan wayang orang memilih melakukan aktivitas di luar istana.
Kemerosotan Wayang Orang Mangkunegaran ini menarik perhatian seorang Tionghoa bernama Gan Kam.
Dalam jurnalnya yang berjudul “Wayang Orang Panggung Sebagai Hiburan Massa: Tinjauan dari Perspektif Sejarah”, pengamat sejarah Dhanang Respati Teguh menulis bahwa pada waktu itu, tepatnya tahun 1895, Gan Kam membentuk kelompok wayang orang panggung yang anggotanya direkrut dari para abdi dalem Wayang Orang Mangkunegaran yang diberhentikan.
Setelah mendapat izin dari Mangkunegara V, Gan Kam mengemas pertunjukan wayang orang dalam durasi waktu yang agak pendek di mana dialog lebih ditonjolkan dari pada tariannya.
Pertunjukan itu bertransformasi menjadi pertunjukan yang lebih populer sehingga lebih bisa dinikmati penonton dari segala kalangan.
Dalam jurnalnya, Dhanang menulis bahwa pertunjukan wayang orang panggung kemasan Gan Kam diselenggarakan di sebuah bangunan besar yang mampu menampung 200 penonton.
Bangunan itu diperkirakan merupakan bekas tempat membatik milik Gan Kam yang berada di sebelah selatan Pasar Singosaren.
Pementasan itu dilakukan di atas panggung yang diberi layar lebar. Panggung diberi bingkai proscenium, layar depan, serta skenari kanvas drop dan wing yang dilukis dengan gaya naturalistik untuk menggambarkan istana, hutan, candi, jalan, alun-alun, dan lain-lain. penonton duduk menghadap secara frontal ke arah panggung berlayar itu. Tempat duduk penonton terpisah dari panggung yang di antaranya ditempatkan seperangkat gamelan.
- Sosok Anggota Ormas Keroyok Prajurit TNI di Jaksel, Begini Nasibnya
- Uniknya Wayang Ringkang Khas Pasundan, Pertunjukannya Mirip Teater Kolosal
- Uniknya Kerajinan Wayang Sodo Khas Gunungkidul, Dibuat dari Bahan Lokal
- Mengenal Uniknya Wayang Golek Betawi, Bisa Menangis hingga Mengeluarkan Darah Mirip Manusia
Kesuksesan Gan Kam ini kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha Tionghoa serta pribumi lainnya.
Pengusaha Lie Sin Kwan atau Bah Bagus mendirikan Sedya Wandawa. Adiknya, Lie Wat Gien mendirikan Saritama. Anak Bah Bagus, Lie Wat Djien bersama Mangkunegara VII (1916-1944) mengadakan pagelaran wayang orang panggung di Sono Harsono yang kemudian dikenal dengan nama wayang orang Sono Harsono.
Masih ada Yap Kam Lok yang mendirikan Sri Katon. Di luar itu sebenarnya masih banyak lagi pengusaha Tionghoa yang membuka usaha wayang orang. Namun usaha mereka tidak bertahan lama.
Dalam penelitiannya yang berjudul “Dinamika Wayang Orang Mangkunegaran dari Istana ke Publik (1881-1895), peneliti Putut Bayu Pribadi menulis bahwa apa yang dilakukan Gam Kam dalam mengadaptasi bentuk wayang orang dari tradisi istana ke tengah masyarakat umum merupakan bagian integral dari kondisi perubahan sosial di Indonesia tahun 1870.
Hal ini sebagai akibat dari diberlakukannya peraturan bernuansa liberal oleh pemerintah Belanda yang membebaskan siapa saja untuk melakukan usaha.
Gan Kam merupakan kreator yang mampu menjawab tantangan zaman di tengah perubahan sosial itu, yakni menghadirkan gaya seni yang cocok untuk selera estetis masyarakat urban kota Surakarta sekaligus sebagai usaha komersil.