Mengenal Tari Lawet, Kesenian Khas Pesisir Kebumen yang Kini Mulai Meredup
Dulu tarian ini rutin dibawakan saat acara-acara besar daerah periode 1990 hingga 2000.
Dulu tarian ini rutin dibawakan saat acara-acara besar daerah periode 1990 hingga 2000.
Mengenal Tari Lawet, Kesenian Khas Pesisir Kebumen yang Kini Mulai Meredup
Pesisir Kebumen sudah terkenal sebagai daerah penghasil sarang burung walet sejak abad ke-17. Mereka banyak tinggal di goa-goa yang memang banyak terdapat di daerah itu.
Berbeda pengucapan, masyarakat setempat menyebut kata “walet” dengan “lawet”. Seiring waktu, keberadaan lawet menjadi ikon Kebumen dan bertransformasi ke dalam bentuk kreasi tari bernama Tari Lawet.
-
Apa yang ditampilkan oleh Tari Landok Sampot? Sesuai dengan namanya "Landok Sampot" tarian ini menampilkan gerakan perkelahian antar 2 pemuda dengan senjata berupa sebilah bambu. "Landok" yang berarti Tari, sedang "Sampot" berarti libas atau pecut.
-
Apa itu Tari Tabut? Tari Tabut merupakan sebuah tari kreasi yang sudah lama eksis di Bengkulu. Kesenian ini diadaptasi dari sebuah upacara ritual agama yang disebut Ritual Tabut.
-
Apa itu Tari Ratoh Jaroe? Tarian khas Nanggroe Aceh Darussalam ini banyak yang mengira masih menjadi satu kesatuan dengan Tari Saman. Secara gerakan, kedua tarian ini memiliki unsur kemiripan namun pada praktiknya unsur-unsur tersebut jelas berbeda.
-
Apa yang digambarkan oleh Tari Kridhajati? Jika memperhatikan gerakannya, tarian ini menggambarkan proses kinerja kerajinan ukir mulai dari pencarian kayu di hutan, menggambar objek di kayu, menatah, hingga diplitur dengan warna-warni yang memukau.
-
Bagaimana Tari Ratoh Jaroe diiringi? Dalam pelaksanaannya, Tari Ratoh diiringi dengan musik Rapai yang menjadi alat musik tradisional asli Aceh. Kemudian para penari harus menyesuaikan dengan irama Rapai dan melantunkan syair serta membalas syair dari syahi. Setiap gerakan tarian dilakukan dengan tempo pelan hingga tempo cepat.
-
Apa yang digambarkan oleh Tari Miyang? Mengutip Instagram @tuban_bercerita, tari ini merupakan representasi perilaku istri nelayan ketika suaminya sedang melaut. Kata ‘Miyang’ dalam bahasa Tuban berarti “pergi melaut untuk mencari ikan”. Para nelayan melakukan kegiatan ini pada malam hari, dan pulang pada pagi atau siang hari membawa ikan hasil tangkapan.
Dilansir dari Budaya-Indonesia.org, kemunculan Tari Lawet berawal dari keinginan Bupati Kebumen pada tahun 1989 untuk menampilkan pentas tari massal khas Kebumen untuk membuka acara Jambore Daerah Jawa Tengah yang diadakan di bukit perkemahan Widoro, Kebumen.
Sumber Foto: YouTube SDN 1 Kutosari
Keinginan bupati disambut baik oleh seorang seniman asal Klaten, Sardjoko. Ia kemudian melakukan survei dan refleksi budaya di Pantai Karangbolong, Kebumen. Pantai itu dipilih karena di sana banyak terdapat goa-goa yang menjadi sarang burung lawet.
Melihat kondisi alam, perilaku satwa, serta orang yang mengunduh sarang burung lawet, Sardjoko terinspirasi untuk menciptakan lagu yang berwujud tari lawet.
Gerakan tarian ini lincah disertai dengan gerakan burung lawet. Selain itu terdapat beberapa gerakan dalam tarian ini seperti ngulet, loncat egot, angklingan, didis, lenggut, nyucuk, ukel, lincah nyucuk, dan kepetan. Tak hanya gerakan tari Lawet, lagu pengiring dan kostum juga tak luput dari hasil kreasi Pak Sardjoko.
Sumber foto: YouTube DKC Kebumen
Tarian ini bercerita tentang rutinitas burung Lawet sehari-hari mulai dari bangun tidur lalu keluar goa untuk mencari makan lalu kembali lagi ke dalam goa saat sore hari. Kostum tarian ini didominasi warna hitam diselingi warna biru di bagian sayapnya, sesuai dengan warna burung lawet itu sendiri.
Sumber Foto: YouTube SDN 1 Kutosari
Dilansir dari Budaya-Indonesia.org, tari lawet pernah berjaya pada masanya. Dirintis dari Bumi Perkemahan Widoro Payung pada tanggal 31 Agustus 1989 dengan jumlah penari 200 orang, mulai saat itu tarian tersebut mengalami kemajuan yang pesat.
Sumber foto: YouTube DKC Kebume
Tarian ini kemudian rutin dibawakan pada acara-acara besar khususnya di Kebumen pada rentan tahun 1990-2000. Bahkan pada periode itu tari Lawet masuk ke dalam kurikulum wajib sebagai Muatan Lokal Sekolah Dasar.
Sumber Foto: YouTube/PGRI Jateng
Sejak saat itu Tari Lawet meredup dari tanah Kebumen hingga sekarang.