Menguak Jejak Peradaban Hindu di Wilayah Demak, Lebih Tua dari Majapahit
Pada masa Hindu, wilayah Demak sudah berkembang menjadi permukiman Hindu.
Pada masa Hindu, wilayah Demak sudah berkembang menjadi permukiman Hindu.
Menguak Jejak Peradaban Hindu di Wilayah Demak, Lebih Tua dari Majapahit
Kabupaten Demak selama ini dikenal sebagai bumi para wali. Banyak peninggalan peradaban Islam yang ditemukan di sana.
Namun sesungguhnya peradaban di Demak sudah ada jauh sebelum Islam masuk.
Sekitar 10 kilometer arah selatan Kota Demak, tepatnya di Desa Pidodo, Kecamatan Karangtengah, ada sebuah situs bernama Situs Mbah Kopek. Situs itu berada di tengah kuburan. Di sana ada arca Durga Mahisasuramardini dari masa klasik.
-
Kenapa warga Demak menggelar Sedekah Bumi? Mengutip Demakkab.go.id, Apitan atau sedekah bumi digelar sebagai ikhtiar masyarakat Demak serta ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah di tahun sebelumnya. Selain itu, pada acara tersebut mereka berharap bisa terhindar dari musibah dan mara bahaya serta diberi hasil panen yang melimpah lagi.
-
Kapan Kerajaan Kendan berkuasa? Kerajaan Kendan berkuasa sekitar abad ke-6 sampai ke-7 masehi, dan merupakan salah satu kerajaan Sunda yang pernah berjaya.
-
Kapan Sedekah Bumi di Demak dilaksanakan? Tradisi dinamakan “Apitan” karena dilaksanakan setiap bulan Apit, yaitu sebelum bulan besar dalam penanggalan Jawa atau bulan Dzulhijjah dalam penanggalan Islam.
-
Apa yang dulunya memisahkan daratan Kudus dengan Demak? Pada saat itu, Selat Muria memisahkan daratan Demak dan Kudus, sehingga wilayah Kudus, Jepara, dan Pati berada di pulau sendiri, memisahkan diri dari Pulau Jawa.
-
Kenapa Batu Wongwongan jadi bukti peninggalan Hindu di Lebak? Dalam konteks ikonografi dewa-dewa Hindu, situs ini dianggap sebagai respresentasi Dewa Siwa yang tertinggi. Ini terlihat dari keempat kepala tersebut disimbolkan menyatu dengan Lingga, atau yang biasa dianggap sebagai mukhalingga.
-
Kapan Kerajaan Pajajaran runtuh? Sejak itu, Kerajaan Pajajaran jadi mudah diserang hingga akhirnya runtuh pada 1579.
Durga adalah shakti dari Dewa Siwa. Ia terkenal cantik sekaligus perwira karena mampu menghancurkan Mahesa Sura, pangkal dari seluruh kejahatan. Selain di Demak, arca Durga Mahisasuramardini paling terkenal ada di Candi Prambanan, yang lebih dikenal sebagai arca Roro Jonggrang.
Pak Bayan, juru pelihara Situs Mbah Kopek mengatakan, situs itu merupakan tempat penyimpanan arca yang tersebar di jalan-jalan. Kemudian suatu hari ada salah seorang donatur dari Jakarta yang membantu pembuatan bangunan kecil untuk penyimpanan arca tersebut.
“Yang penting masyarakat menerima, bukan untuk disembah, karena ini semua untuk cagar budaya,” kata Pak Bayan, mengutip YouTube ASISI Channel.
Perjalanan menjelajahi sisa peradaban Hindu di bumi para wali dilanjutkan dengan berkendara sejauh 9 km ke arah barat daya dari Situs Mbah Kopek. Di sana ada situs bernama Situs Dudukan. Situs ini terletak di Desa Blerong, Kecamatan Guntur. Area situs itu memang tidak terlalu luas. Di sana terdapat artefak yoni yang sudah tidak utuh, bahkan caratnya lenyap.
“Jadi ada cerita dari orang zaman dulu, kan banyak orang cari rumput, kalau alatnya lecek otomatis dia langsung cari batu untuk menguatkan. Kemungkinan dulu ada orang yang buat sabit supaya kuat lagi. Jadi unsurnya tidak sengaja,” kata Pak Bahrur Tahadi, juru pelihara Situs Dudukan.
Yoni itu ditemani tiga arca, salah satunya ganesha. Sayangnya kepala arca itu sudah pecah. Selain itu ada lingga semu atau patok pembatas, serta arca Durga Mahishasura Mardini. Di sana ditemukan juga bata merah kuno dan bata berbahan tufa.
Di Museum Glagah Wangi, pusat Kota Demak, terdapat banyak koleksi artefak yang ditemukan di sekitar Demak. Di antara koleksi itu adalah yoni dan umpak, gandik dan bibisan, serta arca Siwa bermahkota mewah yang duduk di atas padmasana.
Arca Siwa itu diduga berasal dari abad ke-9 Masehi. Namun ada pendapat lain yang mengatakan kalau arca itu berasal dari periode Kediri abad ke-11 Masehi. Dari sana dapat ditarik kesimpulan kalau arca-arca di Demak berasal dari masa Medang di abad ke-9 atau di abad ke-11 di zaman Kediri. Semua masa itu muncul sebelum berdirinya Kerajaan Majapahit.
Bahkan di museum itu terdapat guci dari Negeri Cina yang berasal dari berbagai dinasti, salah satunya dari Dinasti Tang (Abad 7-10 Masehi).
Arkeolog Aris Munandar menduga, pada masa Hindu wilayah Demak dan sekitarnya sudah berkembang menjadi kota-kota dagang hingga di ujung masa klasik.
Lalu pada abad ke-16, Demak muncul sebagai salah satu kekuatan besar dengan adanya kerajaan Islam pertama di pulau Jawa.