Menguak Misteri Candi Kayen di Pati, Jadi Saksi Awal Mula Masuknya Peradaban India ke Tanah Jawa
Peninggalan bangunan kuno itu pertama kali ditemukan tahun 2009.
Di Desa Kayen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, terdapat peninggalan bangunan candi bercorak Hindu. Dikutip dari Liputan6.com, peninggalan bangunan kuno itu pertama kali ditemukan tahun 2009.
Awalnya, masyarakat setempat mengenal lokasi itu sebagai bagian dari Makam Jati Kembar atau makam Ki Ageng Dharmoyono. Namun setelah diteliti, ternyata bangunan itu merupakan bagian dari sebuah candi yang pernah berdiri di masa silam. Menurut penelitian, candi ini merupakan salah satu saksi bisu awal mula masuknya peradaban India di tanah Jawa.
-
Apa yang digambarkan Candi Tingkip? Orang zaman dahulu menganggap jika Candi Tingkip ini digambarkan sebagai replika Gunung Meru. Kemudian, di sekeliling candi terdapat aliran sungai yang disimbolkan sebagai sebuah samudra yang memutarinya.
-
Kapan Candi Kethek ditemukan? Dalam laman Kebudayaan Kementerian Pendidikan, disebutkan bahwa Candi Kethek ditemukan pada tahun 2005.
-
Bagaimana Candi Pandegong ditemukan? Ekskavasi itu dilakukan sesudah BPCB Jatim menerima laporan warga tentang keberadaan gundukan tanah tertutup pepohonan, dengan yoni yang ditemukan pada salah satu sudut pohon.
-
Kapan Candi Wates Umpak ditemukan? Pada tahun 2008 silam, warga sekitar tak sengaja menemukan candi ini saat sedang menggali tanah untuk keperluan membuat bata merah.
-
Siapa yang merawat Candi Pandegong? Candi ini dipelihara seorang diri oleh salah satu warga setempat
-
Kapan Candi Jago dibangun? Candi ini dibangun sekitar abad ke-13 Masehi.
Lalu apa saja fakta menarik terkait candi ini? berikut selengkapnya:
Penemuan Candi Miyono
Seperti dijelaskan sebelumnya, Candi Miyono pertama kali ditemukan tahun 2009. Saat itu, warga sedang membuat galian untuk pondasi masjid. Ternyata ditemukan batu besar yang masih terstruktur atau masih tertata. Penemuan batu itu membuat penggalian untuk pondasi masjid harus digeser ke utara.
Penemuan batu bata itu kemudian dilaporkan kepada Dinas Kebudayaan Pati dan ditindaklanjuti dengan melaporkannya ke BP3 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Temuan tersebut juga dilaporkan ke Balai Arkeologi Yogyakarta. Barulah setelah itu pihak-pihak terkait melakukan ekskavasi di tempat tersebut.
Proses Ekskavasi
Setelah laporan tersebut, kemudian dilakukan penelitian mulai September 2009 hingga 2015. Hasilnya, selain situs Candi Kayen, ternyata di sana juga terdapat situs Candi Pomahan.
Namun situs tersebut ditutup kembali karena berada di tanah hak milik warga. Warga diberi masukan oleh BP3 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala untuk melaporkannya pada Balai Arkeologi.
- Misteri Curug Bubut Cianjur, Ada “Candi” di Balik Air Terjun Indah
- Masih Jadi Misteri, Begini Cerita Penemuan Candi Peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat
- Menguak Misteri Situs Balekambang di Batang, Kolam Pemandian Diduga Peninggalan Abad ke-7 Masehi
- Menguak Misteri Makam Tunggal di Pekarangan Warga Salatiga, Bentuknya Mirip Makam Yahudi di Semarang
Survey dan penelitian terus-menerus dilakukan sepanjang tahun 2010 hingga 2013. Pada tahun 2014 dan 2015, hasil penelitian berkembang ke arah barat.
Dari penelitian tersebut, terdapat temuan di antaranya antefiks, lapik, umpak, batu segi delapan, bahan-bahan andesit, alat-alat rumah tangga, batu bata bertuliskan huruf sa’ dan ya’, peripih berbahan bata, uang kepeng, dan sebuah Arca Siwa Mahakala. Barang temuan itu disimpan di masjid dan di kediaman Ketua Pengurus Yayasan Bumi Miyono.
Punya Nilai Arkeologi dan Sejarah yang Tinggi
Dari penelitian yang dilakukan selama bertahun-tahun itu, terungkaplah bahwa candi tersebut punya nilai arkeologi dan sejarah yang cukup tinggi. Penelitian itu menunjukkan bahwa Candi Kayen menandakan awal peradaban orang India datang ke Jawa untuk menyebarkan budayanya pada abad ke-7 hingga 9 Masehi. Bahkan situs Candi Kayen diyakini menjadi salah satu pintu masuk pertama kali nenek moyang orang Jawa menyebarkan budayanya dari India.
Dari hasil penelitian pula, diketahui bahwa corak yang terdapat pada candi tersebut identik dengan agama Hindu. Hal ini ditandai dengan bentuk puncaknya yang berundak.
Selain itu, keunikan lainnya adalah bangunan Candi Kayen dibuat menggunakan batu bata merah. Diperkirakan candi itu sezaman dengan candi-candi yang dibangun pada era Kerajaan Mataram Kuno.