Pulang dari Transmigrasi, Pria Gunungkidul Ini Memilih Hidup Sendiri di Gubuk Pinggir Jurang Tepi Laut
Walaupun keluarganya sudah membujuknya untuk tinggal bersama mereka, namun Mbah Subeno tetap memilih tinggal menyendiri di sana.
Walaupun keluarganya sudah membujuknya agar tinggal bersama mereka, namun Mbah Subeno tetap memilih tinggal menyendiri di sana.
Pulang dari Transmigrasi, Pria Gunungkidul Ini Memilih Hidup Sendiri di Gubuk Pinggir Jurang Tepi Laut
Di kawasan wisata Bukit Pengilon, ada seorang pria tua yang memilih hidup sendiri di sebuah gubuk. Tempat tinggalnya berada di tepi jurang yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Pria itu bernama Mbah Subeno.
-
Siapa mentor Mbah Man? Mbah Man sendiri belajar pemugaran dan seluk beluk candi pada para senior para pencari batu. Salah satu mentornya yaitu Mbah Atmo Jino.
-
Apa yang dilakukan Mbah Putih di Desa Kayen? Mbah Putih mengenalkan diri sebagai warga biasa dengan nama Sumodruno.
-
Apa itu Subbet? Kuliner khas Mentawai yang satu ini diolah menggunakan pisang, keladi atau umbi-umbian, dan kelapa yang bercita rasa lembut.
-
Siapa Mbah Joget? Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Mbah Joget sendiri merupakan seorang penari atau ronggeng pada masa kolonial Belanda.
-
Apa yang Mbah Atmo buat? Mbah Atmo berkata, ia sudah membuat mainan dari kertas sejak kecil.
-
Siapa Mbah Demang sebenarnya? Dalam pengasingannya, ia berusaha menyembunyikan jati dirinya sebagai bangsawan. Sebelum menjadi kabupaten, Bangkalan dulunya berbentuk kerajaan yang dipimpin seorang sultan. Kehidupan bangsawan kerajaan tentu saja jauh lebih enak dibanding kaum pribumi biasa saat itu. Meski demikian, kehidupan nyaman tak menjamin seluruh anggota kerajaan betah tinggal di dalamnya.
Mbah Subeno sebenarnya punya anak cucu yang tinggal di rumah yang lebih layak. Tapi Mbah Subeno tetap memilih hidup menyendiri di gubuk pinggir laut itu.
“Alasan dia memilih hidup seperti itu saya kurang tahu persis, mas. Padahal anak cucu sudah membujuk pulang, sudah juga menyediakan kamar khusus untuk beliau, cuma beliau belum mau,” kata Bapak Radal, penjaga wisata Bukit Pengilon, mengutip YouTube Cerita Desa Indonesia.
Lalu seperti apa keseharian Mbah Subeno di gubuk kecil itu? Berikut ulasan selengkapnya.
Saat ditemui oleh pemilik YouTube Cerita Desa Indonesia, Mbah Subeno sedang melakukan aktivitas di dalam gubuknya.
Mbah Subeno bercerita sebelum tinggal di gubuk itu, ia merantau ke Lampung. Kemudian ia pulang ke kampung halaman di Gunungkidul sejak 2016.
“Saya di Lampung sudah dari tahun 1965. Saya sudah dari tahun 1994 jadi duda,” kata Mbah Subeno.
Mbah Subeno bercerita, ia waktu itu pergi ke Lampung untuk menyusul kakak perempuannya. Di sana mereka merintis usaha. Karena usahanya tidak berjalan bagus, mereka pindah ke Lampung Barat.
“Di sana daerah sayuran. Di daerah itu saya menjalani usaha, tapi malah sakit seperti ini,” kata Mbah Subeno.
Mbah Subeno punya anak dua. Satu tinggal di Lampung dan satunya tinggal di Gunungkidul.
Walau sendirian tinggal di gubuk kecil, Mbah Subeno mengaku tidak takut. Ia merasa tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan.
“Di Lampung dulu banyak gajah saya biasa saja. Dulu bahkan di sini masih banyak harimau. Tapi sekarang sudah tidak ada. Sekarang paling cuma monyet liar,” kata Mbah Subeno.
Mbah Subeno sekarang sudah berusia 80 tahun. Ia mengatakan kalau lahan itu dulunya milik orang tuanya. Namun sekarang sebagian besar disewa oleh pengelola wisata.
- Pria Ini Ditemukan Selamat Setelah Dua Bulan Terombang-ambing di Laut Terdingin, Begini Caranya Bertahan Hidup
- Berjuang dari 1976, Pria Transmigrasi Sukses Jadi Petani Kangkung Sampai Lupa Pulang Kampung ke Banyuwangi
- Pria Ini Perlihatkan Kondisi Kawasan Transmigrasi Setelah 10 Tahun Dihuni Warga, Begini Penampakannya
- Buka Lahan Butuh Biaya, Transmigrasi Muda Asal Pacitan Ini Pantang Menyerah Kini Hasilnya Memuaskan