“Terpaksa” Pulang ke Kampung Halaman Demi Mertua, Pria Bantul Ini Teruskan Usaha Ayah Jadi Pembuat Keris
Untuk memudahkan koordniasi, Giyatono membuat paguyuban pembuat keris. Paguyuban itu telah terdaftar sebagai salah satu kluster BRI
Untuk memudahkan koordniasi, Giyatono membuat paguyuban pembuat keris. Paguyuban itu telah terdaftar sebagai salah satu kluster BRI
“Terpaksa” Pulang ke Kampung Halaman Demi Mertua, Pria Bantul Ini Teruskan Usaha Ayah Jadi Pembuat Keris
Giyatono (59) merupakan salah satu pembuat perabot keris dari Dusun Banyusumurup, Kalurahan Giriloyo, Kapanewon Imogiri, Bantul. Usaha itu telah ia tekuni selama lebih dari 20 tahun.
Bakat membuat keris dari Giyatono sebenarnya tak lepas dari ayahnya. Dulu, sang ayah juga seorang pembuat keris. Namun setelah menikah, Giyatono memilih untuk tidak melanjutkan usaha ayahnya.
Ia mengajak istrinya pergi dari rumah untuk mengadu nasib di Jakarta.
-
Bagaimana keris Sumenep dibuat? Beragam Jenis Pembuatan keris di Sumenep disesuaikan pesanan para kolektor. Pembuat keris bisa membuat beragam model, mulai gaya Majapahit, model keris Mataram, serta keris model Madura sendiri.
-
Apa yang menjadi bahan baku pembuatan keris? Di Kerajaan Majapahit, banyak para empu yang jago membuat keris. Keris terbuat dari besi. Lantas di mana para empu itu memperoleh bahan baku pembuatan keris? Salah satu sentra besi di Kepulauan Nusantara itu berada di Luwu dan Banggai.
-
Bagaimana Aladin membantu memasarkan keris di Dusun Banyusumurup? Melihat cakupan pasar para perajin keris yang terbatas, Aladin membawa keris-keris yang dihasilkan warga untuk ia jual ke luar kota. “Awalnya saya dulu lebih sering memasarkan keris dari warga sini ke luar kota. Tapi lama-lama saya juga ikut jadi perajin,” kata Aladin.
-
Kenapa kerajinan keris di Sumenep bisa bertahan dan berkembang? Ada 500 lebih pengrajin keris di Sumenep yang menjadikan daerah ini sebagai penghasil kerajinan keris terbesar se-Indonesia.
-
Bagaimana prosesi Jamasan Keris dilakukan? Prosesi jamasan dimulai dengan pembacaan doa dengan diiringi alunan musik gamelan. Setelah itu barulah prosesi jamasan bisa dimulai.
-
Siapa yang melakukan Jamasan Keris? Kolektor keris, Agus Raharjo, mengatakan bahwa jamasan pusaka juga diartikan sebagai bentuk perawatan dari keris itu sendiri.
Selama 13 tahun di Jakarta, Giyatono bekerja sebagai seorang sopir di Jakarta.
Namun karena diminta mengurus mertuanya yang lanjut usia, ia terpaksa pulang kampung bersama istrinya. Padahal penghasilannya sebagai seorang sopir sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Waktu itu hidup di Jakarta sudah enak. Sehari nyopir bisa dapet Rp25-30 ribu. Sehari bisa disimpan Rp10-15 ribu,” ujar Giyatono saat ditemui Merdeka.com pada Selasa (2/4).
Setiba di kampung halaman, Giyatono sempat bingung mau kerja apa. Pada akhirnya ia memilih untuk melanjutkan pekerjaan orang tuanya sebagai perajin keris.
Usaha pembuatan keris terus ia tekuni selama puluhan tahun. Menurutnya, hidup sebagai seorang pembuat keris penghasilannya memang tidak pasti.
“Penghasilan yang kami peroleh tergantung siapa pembelinya. Kalau dia orang yang punya banyak duit dan berpangkat, dia akan menawari harga yang berbeda,” ungkapnya.
Walau begitu pekerjaannya cenderung santai karena dia bisa menentukan waktu sendiri kapan ia harus membuat perabot keris. Giyatono menjelaskan, harga keris yang ia jual cukup bervariasi tergantung bahan dan tingkat kesulitan membuatnya.
Membentuk Paguyuban
Selain Giyatono, banyak warga di Dusun Banyusumurup yang menggantungkan hidup sebagai pembuat perabot keris. Untuk mengumpulkan mereka, pada tahun 2016 ia membentuk “Paguyuban Giritimo” hingga terkumpul sebanyak 21 anggota.
“Sebenarnya di Banyusumurup ini banyak orang yang mencari penghasilan dari membuat perabot keris. Tapi tidak ada satupun yang membuat paguyuban. Saya buat paguyuban ini harapannya biar para pembuat keris di sini ada yang mengkoordinasi. Alhamdulillah sampai sekarang berjalan lancar,”
Tutur Giyatono tentang alasannya membentuk paguyuban pembuat keris di Banyusumurup.
- Lagi Bangun Rumah, Pria Ini Temukan Prasasti Batu dari Abad ke-12 Bergambar Uskup Agung dan Misionaris
- Pesan Terakhir pada Kasus Penemuan Kerangka di Bandung: Aku Bawa Sampai Mati Semua Janji Manismu
- Lestarikan Warisan Leluhur, Ini Cerita Pria Asal Bantul 30 Tahun Menjadi Perajin Keris
- Bikin Geger! Pria di Malang Ditemukan Tewas dengan Pisau Tertancap di Leher, Wanita Luka Lebam
Sebulan sekali, mereka rutin mengadakan pertemuan untuk arisan dan saling merekatkan antar anggota. Saat pertemuan itu, mereka bisa saling berbagi ilmu tentang keris dan perabotnya.
Sejak berdiri tahun 2016 hingga tahun 2024 ini, Giyatono menjadi ketua Paguyuban Giritimo. Sebenarnya ia berharap ada anggota lain yang meneruskannya, tapi belum ada satupun dari mereka yang siap.
Jadi Kluster BRI
Paguyuban Giritimo sendiri sudah terdaftar sebagai salah satu kluster Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dengan terdaftar sebagai kluster BRI, para pembuat keris akan lebih mudah mendapat pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk modal usaha. Namun Giyatono berharap pihaknya dapat mendapat bantuan modal, baik barang maupun nominal uang.
“Peralatan membuat keris itu kan mahal, jadi harapan saya kalau bisa memberi modal, tak hanya memberi pinjaman KUR saja. Soalnya banyak warga kami yang kurang mampu,” pungkas Giyatono