Dulu Punya Banyak Fans Kini Nyaris Ditinggalkan, Begini Kisah Seniman Ludruk Tobong Ponorogo yang Masih Bertahan
Dulu menjadi seniman Ludruk Tobong dulu berarti bergelimang harta, kini sebaliknya.
Kini para seniman harus kerja keras mencari penonton.
Dulu Punya Banyak Fans Kini Nyaris Ditinggalkan, Begini Kisah Seniman Ludruk Tobong Ponorogo yang Masih Bertahan
Kesenian tradisional menghadapi tantangan tersendiri untuk tetap eksis di tengah zaman modern. Meski tak menghasilkan cuan sebanyak dulu, sejumlah seniman tetap setia melakoni kerja kebudayaan tersebut. Sebagaimana yang dilakukan sejumlah seniman Ludruk Tobong di Jawa Timur.
(Foto: Instagram @kembangtunggur)
-
Apa itu tongtrong? Media ini disebut sebut sebagai pengganti jam, dan biasa digunakan oleh masyarkat luas. Saat berkunjung ke sana, wisatawan bisa mendengarkan tongtrong yang dipukul berulang-ulang.
-
Apa itu toko kelontong? Sebelum digitalisasi mendominasi aktivitas ekonomi, masyarakat Indonesia kerap belanja di toko kelontong. Namun kini, toko kelontong berevolusi menjadi sebuah supermarket yang telah dimodernisasi.
-
Di mana letak Curug Nyogong? Curug ini memiliki pesona yang sayang untuk dilewatkan. Membahas keindahan alam Garut memang tak ada habisnya. Salah satu yang mencuri perhatian adalah Curug Nyogong di Desa Mekarwangi, Kecamatan Cihurip, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Apa itu Kue Jojorong? Kue Jojorong jadi salah satu kudapan tradisional nenek moyang Banten yang masih bertahan di era gempuran kuliner modern.
-
Apa itu Lompong Sagu? Lompong sagu menjadi kudapan favorit masyarakat Minangkabau dan selalu hadir sebagai camilan untuk menemani minum kopi saat sore hari. Setiap daerah di Indonesia memiliki ragam kuliner yang lezat dan patut untuk dicoba. Di Sumatra Barat, terdapat salah satu kuliner tradisional yang begitu populer yakni lompong sagu.
-
Bagaimana ciri khas bentuk kapak lonjong? Sesuai dengan namanya, kapak lonjong memiliki ciri khas penampang yang berbentuk lonjong.
Ludruk Tobong
Ludruk Tobong adalah pertunjukan teater tradisional yang pementasannya digelar di tanah lapang, dapat berpindah dari satu tempat ke wilayah lain yang didorong faktor antusiasme masyarakat untuk menonton, begitu juga faktor kontrak tanah yang disewa. Para seniman mendapatkan bayaran dari penjualan tiket penonton. Oleh karena itu, jumlah penonton sangat berpengaruh terhadap penghasilan para senimannya.
Salah satu pusat kesenian Ludruk Tobong yakni Kabupaten Ponorogo. Hingga tahun 2018 masih ada tiga kelompok ludruk yang bertahan. Kini, kelompok Ludruk Suromenggolo jadi satu-satunya yang tersisa.
(Foto: Instagram @kembangtunggur)
Ludruk Tobong di Ponorogo menampilkan pertunjukan dengan mengurangi esensi dagelan dan
meniadakan lakon pada struktur pertunjukan. Acara utama Ludruk Tobong Ponorogo adalah monosuko, lagu-lagu yang dipesan oleh
penonton dan dinyanyikan para tandhak ludruk.
Mengutip ejournal.unesa.ac.id, sesi Monosuko membuat Ludruk Tobong dapat cuan lebih banyak. Penonton memberikan upah untuk
setiap lagu yang dinyanyikan antara Rp10.000 hingga Rp100.000.
Adapun upah jasa menyanyikan gending dipatok Rp10.000 yang wajib disetorkan kepada sekretaris dan sisanya masuk kantong pribadi
penerima pesanan gending tersebut.
Senjakala Ludruk Tobong
Seorang seniman Ludruk Tobong Suromenggolo menceritakan kondisi yang ia dan teman-temannya tengah hadapi saat ini.
Menurut dia, menjadi seniman Ludruk Tobong bisa dikatakan memiliki penghasilan yang menjanjikan. Selain itu, dulu penampilan Ludruk Tobong dinanti-nantikan banyak orang. Sementara sekarang, sang seniman Ludruk Tobong yang harus bersusah payah mencari penggung pentas.
(Foto: Instagram @kembangtunggur)
- Ditegur Tak Boleh Sombong saat Bertemu Penggemar, Begini Respons Fuji yang Jadi Sorotan
- Curi Perhatian, Begini Aksi Panggung Mahalini yang Turuti Permintaan Fans ‘Pinjam Dulu Seratus’
- Potret Gemas 10 Anak Seleb yang Udah Punya Banyak Fans Sejak Kecil
- Fans Meninggal, Konser JKT48 di Semarang Ternyata Belum Kantongi Izin Polisi
Para seniman Ludruk Tobong Suromenggolo mengaku kini harus banyak berbesar hati. Pasalnya, penghasilan yang mereka dapatkan dari pementasan tidak seberapa, sebagaimana mengutip trailer film dokumenter Ludruk Dahulu, Kini, dan Nanti (2022).
(Foto: Instagram @kembangtunggur)
Kiprah Ludruk Tobong Suromenggolo
Paguyuban Ludruk Suromenggolo didirikan dan dipimpin oleh
Juri Wijaya bersama warga Sukorejo
Ponorogo pada 30 Juni 2007. Pada tahun 2015, pengelolaan manajemen Paguyuban Ludruk Suromenggolo
dilanjutkan oleh Eka Sanjaya.
Seniman Ludruk Suromenggolo di dominasi oleh Tandhak/travesti ludruk. Hadirnya travesti berparas cantik dan bersuara merdu menjadikan tolok ukur eksistensi ludruk di Ponorogo.